NovelToon NovelToon
Teruji Dengan Nikmat

Teruji Dengan Nikmat

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Hamil di luar nikah / Pernikahan Kilat
Popularitas:10.1k
Nilai: 5
Nama Author: Eva Siboro

ikatan pernikahan yang pada umumnya dilakukan oleh manusia normal, adalah ikatan yang memiliki kekuatan dasar yakni tujuan dan perasaan yang sama, keterikatan seseorang dengan pernikahan tentunya sudah melalui proses yang matang dan melibatkan logika yang kuat, tidak hanya emosi semata. seseorang berani mengambil sikap untuk menikah tentunya sudah mempertimbangkan baik dan bahkan buruknya. maka aku melakukan hal yang berbeda. menikah bagiku adalah menikah. tidak ada perdebatan dan pertimbangan karena memang tidak ada yang bisa dipertimbangkan dan diperdebatkan semua seakan sudah harus dipaksa seperti itu, mengalir begitu saja. bahkan aku muallaf pun seakan berjalan begitu saja tanpa ada paksaan dan kesadaran dari diri. semua sudah seperti diskenariokan begitu, aku hanya mengikuti arahan sutradara kemana hidupku akan dibawa dan harus menerima ujian begitu saja, sampai aku harus benar - benar masuk dalam peran dan menjiwai dengan begitu nikmat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eva Siboro, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perlawanan

Aku berteriak setelah berusaha menahan rasa sakit dan kecewa yang telah menumpuk.

"Jika mama merasa anak mama susah, maka bawa saja bersama mama!", teriakku.

Mama dan Aan terkejut melihat responku.

"Bunda, kok berani sekali berteriak sama mama begitu?",

Sahut Aan yang masih mimik wajah kaget bercampur rasa marah.

" Kenapa? kamu tidak terima? silahkan pergi, aku sudah muak!", ucapku lagi.

Ketika Aan hendak menjawabku, mamanya langsung menyela

" Hebat kamu ya ka, berani bentak mama, dan sekarang mengusir suamimu juga, wah...luarbiasa ya ka, betul - betul kamu ya...",

Aku langsung memotong pembicaraan mama.

" Iya aku sudah hebat berkat kalian! bukankah kalian yang mengajarkan untuk tidak menghargai oranglain?", balasku

"Kami tidak pernah mengajarkan itu!",

hardik mama padaku.

"secara tidak langsung kalian yang mengajarkan aku untuk tidak menghargai!, kalian hanya memikirkan diri kalian sendiri!", sahutku lagi.

"Oh...hanya memikirkan diri sendiri? gak salah ngomong kamu? bukannya kamu yang seperti itu? sepertinya mama harus mengingatkan kamu lagi, jika kami hanya memikirkan diri sendiri, maka kami tidak perlu untuk bertanggungjawab atas kehamilanmu! tak perlu membiayai kuliahmu! dan tak perlu menuruti kemauanmu untuk pindah dari rumah! paham kamu?",

Mama mengungkit semuanya.

" Sama ma, jika kutau kenyataan seperti apa yang menjadi suamiku saat itu, maka aku akan lebih memilih aborsi saat itu atau mungkin hidup menjadi seorang ibu tanpa suami!Lalu jika biaya kuliah yang sejumlah tiga juta yang mama maksud cukup untuk membuat orang meraih gelar sarjananya, maka aku akan memberi jumlah yang sama saat ini juga,siapapun itu terutama anak - anak mama, harus tiga juta biayanya sampai ia lulus sarjana! pindah? terlepas kasih sayang seorang mama kepada anaknya, harusnya malu memiliki anak laki - laki yang sudah menikah tetapi tidak menafkahi anak istrinya bukan malah memanjakannya dan membelanya!",

Aku mencoba membalas semua tudingan mama padaku dengan marah yang sudah meledak, hingga membuat seluruh tubuhku gemetar dan mengeluarkan keringat.

"Kamu sudah keterlaluan sama mama!",

Hardik Aan sambil mendekatiku.

"Kamu jika tidak terima, maka pergilah dan bawa mamamu", tantangku pada Aan.

" Aku akan pulang sekarang, aku angkat tangan melihat perangai istrimu! keterlaluan! ",

ucap mama.

Aku yang sudah berada pada puncak kemarahanku segera masuk kamar dan mengangkat semua baju Aan dan melemparnya begitu saja dilantai.

"Bawa sekalian anakmu dari sini, biar tidak susah ia hidup, sekalian carikan istri untuknya yang bisa dijadikan boneka seperti kemauanmu",

Teriakku dengan lantang,

Mama memandangku dengan kemarahan.

" Betapa tidak sopannya kamu kepada mertuamu! tidak ada sedikitpun kamu menghargai aku bahkan juga suamimu sendiri!, berdosa sekali kamu!",

Suara mama terdengar bergetar.

" Bukankah hal itu juga yang mama lakukan pada mertua dan suami mama?",

Kalimat pertanyaan dengan nada menentang, sepertinya aku sudah menjadi kesurupan.

Aku begitu memiliki banyak kekuatan dalam diriku saat itu untuk melawan.

Mama geleng - geleng kepala.

"Bang...cari bus untuk mama pulang, kamu selesaikan urusanmu dengan istrimu!",

Aan hendak beranjak pergi mengikuti perintah mamanya,

"Sekalian kamu juga, tidak ada yang perlu diselesaikan lagi!",

ucapku pada Aan.

"Kamu betul - betul sudah keterlaluan sekali, sudah cukup penghinaanmu ke mamaku ya, dasar wanita jalang!",

Teriak Aan padaku dan kembali mendekatiku seakan hendak memukul, namun mama masih menghalaunya.

" Jangan sampai engkau memukulnya, menjadi ribet nanti urusannya", bisik mama.

Sementara hatiku makin hancur ketika dibilang wanita jalang, membuat aku semakin ingin menyudahi semuanya saat itu juga.

" Baguslah! aku wanita jalang sebaiknya kamu tinggalkan saja pergi bersama mamamu tercinta! Kalian sangat serasi!Bawa semua barang - barangmu! wanita jalang seperti aku tidak butuh laki - laki macam kau!", teriakku.

"Jaga ucapanmu!", teriak mama juga.

" Kenapa? jika kalian menghinaku bisa? mengataiku bisa?menyudutkan aku bisa? terus mengapa aku harus menjaga ucapanku? meminta supaya dihargai gitu sebagai suami dan orangtua?", teriakku lagi.

Kak ndut muncul bersamaan dengan teriakanku.

"Mili!!!!, Mertua itu sama dengan orangtua kandung, dosa besar melawan orangtua dek..",

Teriak Kak ndut padaku.

" Sayang sekali kak, prinsip hidupku jika orangtua kandungku saja berani aku melawannya maka tidak ada alasan apapun bagiku untuk menghormati siapapun lagi, sekalipun itu mertua. Sudah cukup bagiku untuk menjadi bahan mainan bagi keluarga mereka",

jawabku sambil menangis.

" Sekarang bawalah anakmu bersamamu, dia sudah cukup menderita selama ini hidup bersamaku disini! Silahkan!",

Aku mempersilahkan mama dan Aan pergi, tentu saja tidak dibiarkan oleh kakakku.

Kakak menarik tangan mama dan Aan , agar masuk kerumah dan meminta untuk duduk.

" mari kita bicarakan baik - baik dulu bou, tidak enak didengar tetangga, aku langsung kemari begitu tetangga sebelah memberitahu aku kalau kalian ribut, jadi ayo...duduk dulu..",

Bujuk kakakku.

"Mili sini duduk!", perintah Kak ndut.

"Tidak usah ka, disini saja. Tak pantas wanita jalang ini duduk bersama dengan putra mahkota!",

Sindirku pada Aan dan menatap tajam padanya.

"Kok bisa jadi ribut begini, ada apa? bertengkar orang ini ya bou?",

Tanya Kak ndut pada mama mertuaku.

"Tadi semua baik - baik saja, bercerita - cerita, entah kenapa mili langsung marah! ",

Mama seakan berusaha menutupi yang sebenarnya, membuat aku semakin kesal saja.

" Kak, orang gila sekalipun tidak akan melawan jika tidak diganggu, tetapi jika sudah diganggu mau orang gila sekalipun akan melawan!",

Aku membuat pembelaan.

" Sekarang dek, ceritakan dulu yang membuatmu sampai marah dan bahkan melawan mertuamu, keterlaluan itu loh dek!",

Bujuk kakakku.

Aku pun mulai menceritakan masalahnya sampai berniat mau pindah lagi.

" Selama aku menikah, tidak pernah sekalipun aku bisa merasakan kebebasan dalam menentukan kehidupan rumahtanggaku, semua dicampuri! bahkan ketika sudah pisah rumah seperti ini pun semua dikomentari!aku lelah harus menjadi seperti mau mereka!",

Jelasku kepada kakak.

"Mama merasa aku telah membuat anaknya susah, tanpa sekalipun melihat bagaimana aku berusaha, bahkan ketika semua urusan rumah dan bahkan mencari uang bersama pun,aku tetap dianggap tidak ada. Sungguh tak adil!",

cecarku lagi mengeluarkan semua kekecewaanku.

" Mama seorang perempuan, seorang istri dan ibu juga, kok bisa bersikap seperti itu. Mama juga memiliki anak perempuan,bagaimana rasanya nanti jika memiliki menantu yang sama?",

Sambil memandang tajam pada mama.

" Dek, bisa saja semua itu benar, tetapi sekalipun kamu benar bukan berarti bisa berkata kasar kepada mertuamu, tetap salah!",

Ucap Kak ndut padaku.

"Bou, maafkan kelancangan adikku, dia masih terbawa -bawa dengan sifatnya yang keras kepala, serta terbiasa dituruti. Sebagai anak paling bungsu, mungkin kami terlalu memanjakannya terutama abang - abangnya, jadi kami juga meminta maaf bou...",

Kak ndut berusaha untuk mencairkan situasi yang sudah dalam tegangan tinggi, terutama diriku.

" Untuk apa meminta maaf ka, itu sama saja kakak sudah mengemis pada mereka, dan suatu saat bakal dijadikan modal untuk menyerang...aku sudah memutuskan untuk mengakhiri semua disini!, biar bagaimanapun setidaknya aku harus menyisakan sedikit harga diri untuk bekal membesarkan dan merawat anakku!,

cecarku lagi.

"Diam dek! tolong hargai kakak!",

Bentak kakakku.

Mereka berbicara setelah aku memilih untuk pergi dan membawa putriku keluar rumah.

Aku melihat mama bersiap untuk pulang, aku hanya berdiri melihat mereka dengan segala kesibukannya.

Tidak lama bus yang akan membawa pulang pun datang, mama bersalaman dengan kakakku lalu memeluk anaknya Aan kemudian berjalan kearahku dan mencium putriku.

" Mama pulang!", ucapnya berlalu.

Aku tidak bereaksi sama sekali. Diam membisu.

1
Asyamora Sanjaya
semangat lanjutin ceritanya...
Vie Desta
kayaknya emng gitu kalo kluarga suami ya ampe cucupun di bedakan lucu tp bner ini ceritanya sering dialamin hahah..
Eva Siboro
mohon dukungan like dan komen ya...
Endang Yusiani
alurnya bagussss
Eva Siboro: terimakasih bu
total 1 replies
Eva Siboro
mohon bantuan dukungannya...supaya lebih semangat belajar nulisnya...
Eva Siboro
mohon bantu like dan komennya guys...biar semangat!
Ishi
Keren abis! Thor pasti punya imajinasi yg luar biasa!
Yue Sid
Kyaah, ga sabar buat lanjut!
Eva Siboro: terimakssih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!