Suatu ketika, seorang gadis menerima ajakan untuk pindah dan tinggal di suatu negara perantauan Pamannya dan gadis cantik itu mulai bekerja di negara asing itu sebagai seorang pengawal. Ia merasa bahagia karena bisa tinggal di negara idolanya sendiri.
Tak berhenti hanya di situ, si gadis merasa semakin bahagia saat mendapati kenyataan bahwa dirinya akan bekerja untuk mengawal idolanya sendiri. Hingga suatu hari, kebahagiaannya memuncak bersamaan dengan rasa bingung dan terkejut saat idolanya melamar dirinya di depan para reporter di suatu acara yang besar.
Gadis itu merasa sangat bahagia hingga merasa hidup dalam mimpi. Namun, apakah gadis itu akan bahagia selamanya atau kebahagiaannya akan menjadi sirna? Atau mungkinkah hidup yang bagai mimpi indah itu ternyata berakhir dengan mimpi buruk hingga membangunkannya ke kenyataan pahit? Bagaimana kisah selengkapnya? Baca dan ikuti terus kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dilawrsmr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25 - Senior dan Junior.
Malam harinya, ada yang menghubungi Luna karena ingin bertemu untuk bicara. Itu adalah junior Lucca dan Luna setuju untuk bertemu dengannya. Karena Lucca sudah tahu alamat rumah seniornya itu, junior itu pun berkata akan menjemput Luna.
Saat ini Luna sedang menunggu Lucca menjemputnya hingga akhirnya sebuah mobil berhenti dan junior itu melangkah turun dari mobil tersebut.
"Kenapa kau turun dari mobil, Lucca? Padahal aku bisa langsung masuk ke dalam mobilmu," ujar Luna saat Lucca berjalan menghampirinya.
"Aku hanya mau bersikap baik padamu, Seonbae. Karena mungkin aku tak akan punya kesempatan lagi jika kau sudah menikah nanti," kata Lucca
"Kau pasti sudah melihat rumornya hingga bicara seperti itu, tapi jangan terlalu berlebihan. Katanya kau butuh teman untuk mengobrol karena itulah kau menghubungiku. Apa yang ingin kau bicarakan denganku?" tanya Luna
"Apa pun itu, Seonbae. Aku punya banyak hal jika mengobrol denganmu. Bagaimana kalau kita cari tempat lain untuk bicara? Kita bisa bicara di warung tenda pinggir jalan sambil makan bersama," ujar Lucca
"Oke, itu lebih baik dari pada harus makan dan mengobrol di restoran mewah. Aku memang lebih suka hal sederhana dan kau seolah selalu tahu hal itu," kata Luna
"Aku memang tahu banyak hal tentangmu, Luna Seonbae. Ayo, kita pergi sekarang." Lucca pun membukakan pintu di samping kursi pengemudi untuk Luna dan senior itu masuk ke dalam mobil sambil tersenyum ramah pada juniornya.
Setelah itu Lucca pun mengemudikan mobilnya menuju penjual makanan di pinggir jalan. Setelah sampai, junior dan senior itu pun masuk ke dalam warung tenda.
Lucca mengetahui banyak hal tentang Luna termasuk bahwa seniornya menyukai sesuatu yang sederhana dari pada kemewahan atau kemegahan. Meski begitu, Lucca tetap menggunakan mobilnya untuk menjemput Luna agar seniornya itu bisa merasa nyaman selama berada dalam perjalanan bersamanya.
Luna dan Lucca duduk berhadapan dengan sebuah meja yang ada di tengah antara keduanya. Senior dan junior itu mulai memesan makanan dan Luna pun lebih memilih soda untuk minuman pendamping selain air mineral dari pada minuman beralkohol. Lucca pun mengikuti pesanan seniornya itu.
"Luna Seonbae, mungkin ini adalah kesempatan terakhirku bisa bicara denganmu sebelum kau menikah," ucap Lucca
"Kau ini kenapa masih mengungkit hal itu? Aku hanya akan menikah dan bahkan belum terjadi, tapi bukan berarti aku akan mati. Jadi, kau masih punya banyak kesempatan lain untuk bicara denganku," ujar Luna
"Jangan bicara seperti itu, aku tidak bermaksud mengarah ke sana. Maksudku adalah setelah kau menikah nanti, mungkin sulit untuk bicara berdua denganmu dengan bebas seperti ini," kata Lucca
"Kau terlalu mengkhawatirkan hal yang tidak-tidak dan bahkan belum terjadi," sahut Luna
"Kau tidak mengerti perasaan hatiku, Luna Seonbae. Aku menyukaimu, hatiku sakit dan tak rela melihatmu menikah dengan lelaki lain, tapi aku juga tidak sanggup mengatakan yang sesungguhnya padamu. Sepertinya aku memang tidak pantas untukmu," batin Lucca
Setelah makanan yang dipesan diantarkan ke meja, keduanya pun mulai menyantap makanan bersama dan sesekali mengobrol di sela makan.
"Luna Seonbae, apa kau sungguh akan menikah dengan tuan Lee itu? Kau sudah memikirkannya baik-baik sebelum menerimanya dan membuat keputusan itu?" tanya Lucca
"Kau membahas ini lagi. Apa kau hanya ingin bertanya soal ini padaku? Kau mengajakku pergi makan karena ingin membicarakan hal ini?" tanya balik Luna
"Saat bersama denganmu, tentu saja aku akan bicara sesuatu tentang dirimu dan bukan tentang hal atau orang lain," jawab Lucca
"Maksudku, bukankah kita bisa bicara sesuatu tentangmu saja? Apa kau tidak ada topik lain yang ingin dibicarakan denganku?" tanya Luna
"Kau masih belum memberi jawaban atas pertanyaanku tadi, Seonbae. Jawab saja dulu," sahut Lucca
"Hoobae, pernikahan bukanlah hal yang main-main. Tentu saja, aku sudah memikirkannya baik-baik sebelum menerima dan membuat keputusan itu. Bahkan aku juga sudah membicarakan hal ini dengan keluargaku dan mereka semua mendukung dan telah setuju dengan keputusanku," ucap Luna
"Luna Seonbae, bukankah kau suka dengan sesuatu yang sederhana? Kenapa kali ini justru berbeda? Apa kau sungguh menyukainya? Apa kau tidak bisa menyukai orang lain saja yang lebih sederhana dari pada dia?" tanya Lucca
"Hoobae-nim, kau tidak mengerti, mungkin kau memang belum mengerti. Suatu saat pasti kau akan mengetahui rasanya, saat itu kau tidak bisa menahan ketika hatimu telah memilih. Ini sesuatu yang jauh berbeda dari segala hal lainnya," jelas Luna
"Luna Seonbae, aku mengerti perasaan seperti itu, kau saja yang tidak tahu. Hatiku telah memilihmu dan sulit lepas darimu. Apa kau tidak bisa melihatku selain sebagai juniormu dan menyukaiku saja yang lebih sederhana ini? Bukankah aku lebih baik? Aku lebih sederhana, tapi juga tidak terlalu sederhana ... " batin Lucca
Luna dan Lucca meneruskan makan sambil mengobrol bersama dan junior lelaki itu sibuk menyembunyikan perasaan sakit di dalam hatinya.
"Terima kasih sudah mengajakku pergi ke sini untuk makan, Lucca. Aku akan menraktirmu kali ini," ucap Luna usai menyelesaikan makannya.
"Luna Seonbae, semoga kau bisa bahagia dengan pilihanmu. Aku akan mendoakan yang terbaik untukmu." Akhirnya, Lucca hanya bisa mengatakan hal ini yang sebenarnya sangat berbeda dari kata hatinya.
"Terima kasih banyak, Lucca. Kau juga pasti akan menemukan kebahagiaanmu suatu saat nanti." Luna berkata seolah dirinya tahu seperti apa perasaan Lucca sebenarnya.
"Kali ini biar aku saja yang menraktirmu, Luna Seonbae," kata Lucca
"Mana bisa seperti itu. Biar aku saja," sahut Luna sambil mengulurkan tangannya untuk mengacak pelan rambut juniornya itu seperti biasa.
Saat itu Lucca tersenyum saat menerima perlakuan dari senior cantiknya, meski pun hatinya sedih saat Luna hanya memperlakukannya seperti sebatas seorang adik. Namun, Lucca merasa setidaknya dirinya masih bisa menjadi dekat dengan gadis yang telah mencuri hatinya itu.
Saat itu tiba-tiba saja ponsel milik Luna berdering dari dalam sakunya menandakan adanya panggilan masuk hingga perhatiannya teralihkan.
"Tunggu sebentar, Lucca," kata Luna
"Terima saja dulu panggilannya, Seonbae," sahut Lucca
Luna mengangguk singkat dan langsung menerima panggilan yang masuk meski pun itu dari nomor yang tak dikenal.
"Yeoboseyo?"
"Yeoboseyo, Luna. Ini aku, Sofia. Aku meminta nomormu dari Hanina. Maaf jika aku mengganggumu saat malam hari ini, tapi aku butuh bantuanmu."
"Tidak masalah, Eonni. Kau tidak menggangguku. Katakan saja, ada apa?"
"Aku sedang bersama Richo Oppa, tapi sekarang dia mabuk. Kami hanya berdua dan aku ingin membawanya pulang, tapi dia sangat mabuk sekarang. Bisakah kau datang untuk membantuku membawanya pulang? Aku tidak tahu harus meminta bantuan pada siapa lagi dan hanya terpikirkan dirimu."
"Aku mengerti, Eonni. Kau tenang dulu, aku akan datang. Katakan saja, di mana tempat kalian berada sekarang?"
Luna pun mengakhiri panggilan tersebut setelah Sofia mengatakan tempatnya berada bersama Jericho.