Terikat Syarat Jailangkung

Fatima segera mengambil lagi hand phone miliknya dan saat menatap layar hand phone tertera lagi sederet nomor melakukan panggilan suara. Fatima cepat cepat menggeser tombol hijau, namun lagi lagi sudah terputus sambungan nya..

TUT

TUT

TUT

“Ga tahu nih Ndien orang iseng atau salah sambung mungkin..” ucap Fatima lalu kembali memasukkan lagi hand phone ke dalam tas nya.

“Okey, aku cabut ya.. cepat kasih kepastian ke aku ya Fat.” Ucap Lani sambil bangkit berdiri.

“Iya Lan, terima kasih. “ ucap Fatima.

Lani segera meninggalkan kantin itu. Andien masih saja terus memberi pesan pada Fatima agar pikir pikir dulu sebelum mengambil keputusan. Setelah kedua gadis itu menghabiskan es telernya dan pesanan as teler buat Ningrum sudah jadi, kedua nya segera pulang menuju ke kost.

Sesampai di kost Fatima segera masuk di dalam kamarnya, Dan Fatima segera mengambil hand phone milik nya untuk menghubungi Sang Bapak.

“Ada apa Fat? Bapak belum dapat uang. Bagaimana apa kamu sudah mulai bekerja hari ini?” suara bapaknya Fatima di balik hand phone milik Fatima.

“Belum Pak, lowongan pekerjaan cuci piring sudah terisi. Yang ada tukang pijat Pak. Boleh tidak?” ucap Fatima.

“Hah? Kamu masih muda kenapa mau jadi tukang pijat macam Mbah Girah dan Mbah Marto saja.. kalau kamu tidak pengalaman bahaya Fat malah jadi salah urat nanti kamu dimarahi orang. Mbah Girah dan Mbah Marto itu bisa memijat karena mereka dapat ilmu dari Mbah Mbah nya.. leluhur kita tidak ada ilmu tukang pijat Fat... “ suara bapaknya Fatima dengan nada kaget dan khawatir.

“Katanya ada pelatihan Pak.” Ucap Fatima..

Akan tetapi tiba tiba sambungan telepon dengan Bapaknya itu terputus.

“Hmmm apa hand phone ku rusak ya. Kok sejak tadi putus putus, padahal sinyal bagus.” Gumam Fatima di dalam hati.

Fatima kembali kaget sebab di layar hand phone nya kini kembali ada sederet angka yang melakukan panggilan suara. Fatima pun segera menggeser tombol hijau namun lagi lagi sambungan putus lagi.

“Benar hand phone ku eror apa ya...”

“Hmmm apa aku coba pinjam hand phone Andien apa Mbak Ningrum ya.. untuk mengecek nomor tidak kukenal ini.” Gumam Fatima lalu segera melangkah keluar dari kamarnya.

Saat sampai di ruang makan tampak Ningrum sedang menikmati es teler oleh oleh dari Andien. Dua gadis itu masih ngobrol di ruang makan sambil ngemil ngemil cantik.

“Gimana Fat sudah izin ke Bapak kamu?” tanya Andien saat melihat Fatima berjalan mendekat.

“Sudah Ndien. Tapi seperti nya hand phone eror nih, pinjam hand phone kamu ya.. yang nomer asing itu kontak kontak lagi tapi putus lagi. Mungkin penting.” Ucap Fatima sambil duduk di salah satu kursi.

“Hand phone ku di kamar Fat, ambil saja..” ucap Andien yang sedang malas gerak

“Nih pakai hand phone ku.” Ucap Ningrum sambil menggeser hand phone yang berada di atas meja didekatkan ke arah Fatima.

“Terima kasih Mbak. Aku cek nomor asing ini dulu ya siapa tahu tawaran kerja.” Ucap Fatima sambil meraih hand phone milik Ningrum. Dia pun mengusap usap layar hand phone miliknya untuk melihat nomor asing yang menghubungi dirinya. Dengan cepat jari jari tangannya menulis angka angka itu di layar hand phone milik Ningrum. Setelah semua angka sudah tertulis lengkap, Betapa kagetnya Fatima, saat muncul nama kontak Dewantara di layar hand phone Ningrum.

Tangan Fatima pun gemetaran , tampak hand phone milik Ningrum yang dia pegang sampai bergoyang goyang..

“Fat ada apa?” tanya Ningrum yang melihat Fatima gemetaran dan wajahnya mulai pucat. Andien yang sejak tadi ngemil pun segera menoleh ke arah Fatima.

“Kamu lapar ya Fat?” tanya Andien yang melihat tangan Fatima gemertaran dan wajah Fatima pucat.

“Mbak, nomor yang tadi menghubungi aku sudah tersimpan di hand phone Mbak Ningrum..” ucap Fatima dengan bibir gemetaran.

“Apa mungkin temanku menyimpan nomor kamu Fat dan melihat status kamu yang mencari pekerjaan.” Ucap Ningrum masih menatap Fatima.

“Tapi namanya Dewantara. Apa ada Dewantara yang lain Mbak?” tanya Fatima sambil mengulurkan hand phone yang dipegang pada pemiliknya. Andien yang mendengar kini ekspresi wajahnya mulai takut takut.

“Hanya Dewantara itu. Memang kami tidak menghapus nomor itu. Dulu untuk berjaga jaga jika aktif kami akan langsung menanyakan kabar atau siapa pemilik nomor itu sekarang. Untuk melacak Dewa.” Gumam Ningrum dengan serius dia pun segera meraih hand phone miliknya dan melakukan panggilan suara.. Akan tetapi jawaban nya...

“Nomor yang anda hubungi tidak terdaftar”

“Hmmm masih sama Fat setelah masa tenggang nomor Dewa habis. Jawaban operator nomor tidak terdaftar. Kenapa bisa menghubungi kamu ya?” gumam Ningrum mencoba mengirim pesan chat ke nama kontak Dewantara.

“Mbak Ningrum tidak takut apa? Kalau tahu tahu yang menghubungi roh Dewa.. hiiiiii... Dihapus saja Mbak.. “ ucap Andien yang kini dia wajahnya juga pucat.

“Dulu sih tidak terpikir Ndien roh Dewa akan datang. Berpikir logis saja waktu itu, jika hand phone Dewa aktif atau ditemu orang, kan bisa buat melacak Dewa .” Ucap Ningrum.

“Ya sudah kita lihat saja nanti kalau chat aku centang dua aku akan mengabari Pungki.” Ucap Ningrum lalu kembali menyerahkan hand phone miliknya pada Fatima karena Fatima masih ingin menghubungi Bapaknya . Andien Dan Ningrum pun kembali ngemil cantik.

“Aku pikir hand phone kamu eror eror itu suatu pertanda Fat kamu tidak diizinkan kerja di hotel itu sebagai tukang pijat. Ngeri loh Fat, kalau kamu mijiti laki laki hidung belang lalu dia minta pijat petik mangga...” ucap Andien setelah menelan makanannya.

“Apa itu Ndien pijat petik mangga?” tanya Fatima dan Ningrum secara bersama sambil menatap Andien yang kini sudah bisa nyengir bibirnya...

“Cari saja di mbah google Mbak, Fat.. aku tadi sih kepo apa kerjaan tukang pijat di hotel, terus ada artikel pijat plus plus yang ada petik mangga itu.” Ucap Andien sambil tersenyum lebar.

“He.. He.. aku pikir kalau ikut pelatihan nya saja boleh ga ya? Tidak usah daftar jadi tukang pijat di hotel itu. Buat modal ilmu besok kalau punya suami.” Ucap Andien lagi sambil tertawa kecil.

“Haiisss pacar saja belum punya otakmu sudah mesum Ndien.” Ucap Ningrum sambil melempar bola tisue ke tubuh Andien dan Andien masih saja terus tertawa..

Sedangkan Fatima masih terus mencoba menghubungi Bapak nya lewat panggilan suara akan tetapi berkali kali tidak juga diterima panggilan suara dari nomor hand phone Ningrum. Hingga Fatima pun putus asa.

Akan tetapi tiba tiba kini terdengar lagi bunyi dering di hand phone Fatima. Semua pun menoleh menatap hand phone milik Fatima yang berkedip kedip di atas meja.