Karena pengkhianatan yang dilakukan oleh tunangannya, Rubi terpaksa menikahi Rexa, seorang pria luntang lantung yang baru tadi malam dikenalnya secara tak sengaja. Hal itu terjadi lantaran Rubi tak bisa menghindari pernikahannya yang akan diadakan esok hari.
Sementara pria yang bernama, Rexa, iya iya saja saat Rubi menawarkan sebuah pernikahan kontrak dengannya selama 31 hari, karena dia tak punya tempat tinggal dan tak memiliki uang sepeser pun.
"Deal, 31 hari kita bercerai!" ucap keduanya saling berjabat tangan.
Bagaimana lika liku rumah tangga yang dijalani oleh dua orang asing selama 31 hari?
Dan siapa sebenarnya, Rexa? pria pengangguran yang sering kali disebut mokondo oleh keluarga Rubi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annami Shavian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meminjam uang
Mendengar jawaban Rubi, sontak membuat Rexa terkesiap dan matanya melebar. Rexa pikir apakah wanita yang baru dikenalnya ini sesadis itu? Rexa geleng-geleng kepala dan tatapannya terpaku, serta kakinya perlahan bergerak mundur bersamaan dengan Rubi yang terus melangkah maju.
Setelah jaraknya mendekati Rexa yang hanya diam mematung, Rubi mengangkat tinggi golok itu dengan kedua tangannya. Dan kini golok itu sudah berada di atas kepalanya dengan posisi berdiri tegak. Dan pada saat yang sama, mata Rexa membeliak sempurna dengan mulut terbuka lebar. Dan dengan tak berperi kemanusian, Rubi melayangkan golok itu ke arah Rexa. Pria itu memejamkan matanya. Lalu 'pak' seketika saja golok itu menancap di atas kelapa tepat di samping Rexa.
Setelah merasa tubuhnya baik-baik saja, Rexa membuka matanya dan termangu ditempat antara sadar dan tidak sadar.
Rubi mengulum senyumnya melihat wajah lucu Rexa, kemudian mengangkat goloknya beserta kelapa yang menempel di golok tersebut. Setelah itu, dia membawanya ke tempat lain untuk di kupas kulitnya.
Rexa baru sadar ketika Rubi tak lagi didekatnya melainkan sedang mengupas kulit kelapa pakai golok yang membuatnya hampir saja mati berdiri.
"Jadi gunanya benda serem itu untuk menyembelih kelapa!" gumam Rexa melihat ke arah Rubi. Kemudian membuang nafasnya dengan kasar.
"Kamu memang wanita teraneh di dunia yang ngga pernah ku temui sebelumnya, Rub. Tadi manjat pohon kelapa, sekarang pegang golok segede tiang pintu," lirih Rexa.
Setelah selesai mengupas kelapa, Rubi lanjut memarut isi kelapa itu menggunakan parutan tangan.
"Rub, untuk apa kelapa itu?" Rexa yang sejak tadi hanya memperhatikan dan mengekori gerak langkah Rubi pun memberanikan diri bertanya.
"Untuk diambil santannya," jawab Rubi tanpa menghentikan aktifitasnya.
"Untuk apa?" Rexa kembali bertanya.
"Kamu lihat itu?"
Rexa mengikuti arah yang di tunjuk oleh dagu Rubi." Pakan kambing!" ucapnya setelah melihat tumpukan daun singkong yang tadi diambil dari kebun belakang rumah.
"Ya, untuk pakan kambing," lanjut Rubi lalu kembali melanjutkan aktifitasnya.
"Maksudmu....santan ini untuk membuat sayur daun singkong?"
Rubi menganggukkan kepalanya tanpa menyahutinya.
Rexa manggut-manggut mengerti.
"Emangnya tidak ada yang jual santan sampai kamu harus memanjat pohon kelapa yang cukup tinggi itu?"
"Banyak," jawab Rubi singkat dan tangannya terus memarut kelapa yang tak kunjung selesai karena Rexa terus menerus mengajaknya bicara.
"Kenapa ngga beli aja? Bukan nya lebih simpel dan harganya ngga mahal!"
Rubi menghembuskan nafasnya dengan kasar." Simpel sih dan murah lagi.Tapi kalau lagi ngga punya uang, uang 5 ribu itu berasa uang 5 juta bagi ku, Rex."
Rexa terdiam. Jika menyangkut masalah uang, dia memilih angkat tangan.
Rubi sendiri memilih untuk tidak bercerita pada Rexa jika uangnya hilang. Dia takut pria itu mengira dirinya menuduhnya. Apalagi sehari-hari Rexa ada di rumah. Rubi sama sekali tidak mencurigai Rexa meski pria itu baru dikenalnya dan belum tau karakter aslinya seperti apa. Feeling Rubi lebih kuat mengarah ke salah satu anggota keluarganya. Bisa saja itu ibunya, kedua adiknya atau iparnya. Karena Rubi tahu bagaimana watak-watak keluarganya itu.
Satu wajan sayur singkong sudah tersedia diatas kompor. Wanginya harum khas wangi sayur santan. Rexa datang lalu mengendus-endus.
"Kayaknya enak. Bikin perutku lapar, Rub."
Rubi yang tengah mengaduk-aduk wajan itu menoleh ke arah Rexa yang berdiri disampingnya.
"Emang kamu doyan makan pakan kambing, Rex?"
"Ya doyan lah. Enak kok."
Sejujurnya, Rexa belum pernah memakan sayur singkong dan belum tahu bagaimana rasanya. Tapi karena ingin menghargai jerih payah Rubi, dia terpaksa berbohong. Lagi pula saat ini hidupnya sangat amat sulit. Jadi tak akan pilih-pilih makanan selagi makanan itu tidak mengandung racun.
Selama hidup luntang lantung di jalanan membuat Rexa semakin menghargai yang namanya makanan sekecil apapun atau sesederhana apapun.
Dia pernah merasakan bagaimana rasanya kelaparan selama empat hari. Jika tak ada orang baik yang saat itu menemukanya di pinggir jalan, mungkin dia sudah mati karena kelaparan.
Rubi mengulas senyum." Apa kamu mau makan sekarang?"
"Kalau kamu ngga keberatan."
Rubi kembali tersenyum dan geleng-geleng kepala. Kemudian dia mengambil piring untuk menuangkan sayur singkong dan akan disuguhkan pada Rexa.
"Enak," ucap bathin Rexa ketika mencicipi kuahnya. Awal-awal mencicipi lama-lama memakannya dengan lahap.
Rubi mengulum senyumnya melihat cara makan Rexa yang tergesa-gesa dan belepotan.
"Pelan-pelan makannya, Rex. Ngga usah takut kehabisan masih ada satu wajan noh di kompor," gurau Rubi.
Rexa tersenyum dengan mulut penuh nasi dan daun singkong.
Setelah selesai melayani Rexa makan, Rubi masuk ke dalam kamarnya. Begitu pula dengan Rexa yang masuk kedalam kamarnya.
Setelah berada di kamar, Rubi kembali pusing memikirkan untuk hari esok. Bagaimana dengan ongkos berangkat kerja, bagaimana dengan uang jajan Tatung, bagaimana untuk makan suaminya dan juga keluarganya.
Ditengah dirinya memijit-mijit keningnya yang terasa pusing, sebuah ide tiba-tiba melintas di otaknya. Rubi bangkit. Dia tahu kemana dia harus meminta pertolongan jika dalam keadaan kepepet seperti saat ini.
Rubi melihat ke arah kamar Rexa yang tertutup rapat.
"Kayaknya ngga perlu ijin kali ya! lagian aku cuma pergi sebentar."
Bergegas Rubi keluar rumah untuk mendatangi seseorang. Rubi berjalan kaki di tengah gelapnya malam dan gerimis. Sebenarnya ada motor Tatung dan Danang yang nganggur, tapi Rubi memilih berjalan kaki. Karena selain dia yang tidak bisa mengendarai motor, dia juga tak punya ongkos untuk membayar ojek Danang. Begitu pula dengan Tatung yang tak mau mengantar jika tidak di upah.
"Yuniar......"seru Rubi setelah masuk ke dalam klinik dan mendapati tamannya itu sedang duduk melamun di meja kerjanya.
Yuniar tersenyum lebar melihat kedatangan Rubi dan langsung berdiri." Ya ampun penganten baru.."
"Ih, pengantin baru apaan sih!" sela Rubi yang seakan risih disebut pengantin baru. Karena pernikahannya sudah lewat beberapa hari.
Yuniar tertawa.
"Tumben kamu kemari, Rub."
"Iya." Rubi menyengir dan langsung mengutarakan inti kedatangannya yaitu untuk meminjam uang Yuniar.
"Ya ampun, Rub. Bukannya ngga mau minjemin tapi lihat deh dompetku." Yuniar menunjukan isi dompet nya ke arah Rubi yang hanya ada 100 ribu." Aku gajiannya masih tiga hari lagi, Rub. Dan uang ini harus cukup sampai gajian. Maaf ya, Rub. Aku ngga bisa bantu kamu."
Rubi tersenyum meski hatinya agak sesak karena sudah jauh-jauh datang namun tidak membuahkan hasil.
"Ya udah, Yun. Ngga apa-apa. Aku yang seharusnya nya minta maaf ke kamu. Apalagi aku sering banget repotin kamu."
Setelah berbincang agak lama dengan Yuniar, Rubi pamit pulang. Tapi baru beberapa langkah dia meninggalkan klinik itu seseorang memanggil namanya. Rubi lantas menoleh.
"Pak Dokter Yanto," ucap Rubi terkejut. Bagaimana tak terkejut melihat pria duda anak satu dan pernah menyatakan cintanya pada Rubi tiba-tiba memanggilnya.
kalo udah tau gimana sifat istri nya dijamin gak bisa berkutik tuh si rexa, sok sok an ngerjain ruby, ruby dilawan gitu loh 😆😆😆💪💪💪semangat lanjuuuuut
gemezzz deh...bikin penisirin.