NovelToon NovelToon
NIGHT LIGHT

NIGHT LIGHT

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Reinkarnasi / Balas Dendam / Cinta Terlarang
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Chichi

Ketika Pagi datang, Lucian Beasley akan pergi. Tetapi Malam hari, adalah miliknya. Lucian akan memelukmu karena Andralia Raelys miliknya. Akan tetapi hari itu, muncul dinding besar menjadi pembatas di antara mereka. Lucian sadar, tapi Dia tidak ingin Andralias melupakannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chichi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dia Tetaplah Anak-anak

Kerajaan Erundil dipimpin oleh Raja yang bijaksana. Alvart Raelyst namanya. Alvart adalah Raja yang sangat melindungi semua rakyatnya. Meski dia adalah Raja yang penyayang, dia tetap akan mendapatkan apapun hingga dia menemukan hal yang membuat kepalanya berfikir.

Begitulah yang dia lakukan saat ini. Sekelas Detektif kerajaan pun, tidak menemukan setitik kebenaran tentang Lucian. Alvart langsung mendatangi kediaman Kyle untuk melihat Lucian sekali lagi.

Alvart tidak mencium aroma Iblis di dalam rumah Kyle. Dia hanya mencium aroma masakan dan kue. Kyle segera membuntuti Alvart yang masuk ke dalam rumahnya. Di sana, Alvart terdiam sejenak. Dia melihat Lucian yang belajar.

Lucian melihat Alvart yang berdiri di ambang pintu ruang tamu. Dia segera mendatanginya dan memberikan salam kepada Lucian.

"Salam hormat Saya untuk Yang Mulia Alvart yang agung" Ucap Lucian membungkuk kepada Alvart.

Alvart tidak membuang waktu. Dia melihat Lucian dengan mata spiritualnya. Dia tidak melihat ada yang aneh, selain energi sihir miliknya yang masih ada di tubuh Lucian. Alvart memegang bahu Lucian.

"Nak, apa kau pernah bertemu Iblis?" Tanya Alvart sekali lagi.

"Tidak pernah, Baginda" Jawab Lucian sambil mengeleng.

"Jujurlah padaku, nak. Tubuhmu ini tidak normal. Kau tau, orang yang menerima energi sihir mereka akan merintih kesakitan. Sedangkan, kau terlihat baik-baik saja" Ucap Alvart.

Lucian tidak tau dengan fakta itu. Matanya terbelalak sedikit. "Haruskah saya merasa kesakitan sekarang?" Tanya Lucian dengan nada tidak tau apa-apa.

Alvart dan Kyle saling melihat.

"Baginda, Lucian itu mengidap CIPA*" Jawab Dokter yang datang untuk memeriksa Lucian secara teratur. Dokter itu menyela begitu saja yang membuat satu rumah melihat ke arahnya.

*Orang yang tidak bisa merasakan rasa sakit.

"CIPA?" Lucian sendiri kaget mendengarnya.

"Iya, itu penyakit bawaan yang membuat penderitanya tidak bisa merasakan rasa sakit" Jawab Dokter itu sambil memberikan bungkukkan kepada Alvart.

"Tunggu, aku tidak tau apa yang mereka bicarakan. Ini karena regenerasiku yang lebih baik dari siapapun. Aku bisa menerima sihir orang lain untuk diriku sendiri. Aku bukan orang sakit" Batin Lucian sambil melihat semua orang yang memperhatikan Dokter itu.

Dokter itu menjelaskan panjang lebar padahal dia tidak tidak tau apa-apa tentang tubuh Lucian. Hingga ucapan Dokter itu, membuat Alvart dan yang lainnya, termasuk Kyle menatap Lucian dengan raut iba.

"Uh..., kenapa kalian melihatku seperti itu?" Lirih Lucian mengalihkan pandangannya.

Alvart langsung menepuk bahu Lucian. "Maafkan aku, lanjutlah belajar. Aku akan berbicara dengan Ayahmu sebentar" Ucap Alvart dengan raut ibanya.

Alvart meminta semua orang untuk keluar dan membiarkan Dokter itu melihat kondisi tubuh Lucian.

"Aaaakh, syukurlah.... kaki saya sungguh lemas, Tuan...." Ucap Dokter itu yang sudah meleleh di lantai.

Lucian melihat Dokter itu, Dokter itu ternyata seorang Iblis, dia sengaja menyamar untuk membantu Lucian menyelamatkan dirinya.

"Kau siapa? Aku tidak mengenalimu" Ucap Lucian.

Dokter itu kembali berdiri dan menarik kursi untuk duduk. "Saya Bangsa Anda. Apa Anda masih belum bisa melihatnya?" Tanya Iblis itu sambil memberikan sekantung permen buah bulat-bulat kepada Lucian.

Lucian mengambilnya dan melihat isi kantung itu. Kedua mata Lucian terbelalak. "Oh, kau Zerke si Pelayan itu kan?" Lucian langsung mengenalinya karena permen itu.

"Nama saya Zarel bukan Zerke" Jawab Iblis itu.

"Sama saja"

"Baiklah, sesuka Anda saja. Bagaimana dengan permen Anda yang saat itu saya beri? Apa sudah habis?" Tanya Iblis itu sambil cengegesan.

Lucian memandang Iblis itu dengan raut yang menunjukkan kebenciannya. "Apa maksudmu?" Tanya Lucian.

Iblis itu cengegesan. "Tuan ini adalah obat untuk memulihkan ingatan Anda dengan cepat. Kami sudah melakukan banyak reset demi An- PRAKKKK!" Meja belajar Lucian patah menjadi dua tanpa dia sentuh. Patahnya meja itu, membuat Iblis itu menjadi dia dan menundukkan pandangannya.

"Akh, kepalaku sakit" Ucap Lucian sambil memegang kepalanya yang terasa seakan ada tali yang mengikat di keningnya dengan erat.

"Uh, i..itu karena Anda menggunakan sihir Anda. Anda belum bisa mengontrolnya dengan tubuh itu. Anda harus banyak berlat..."

Tes....

Darah menetes dari hidung Lucian.

"HUAH!!!! ANDA BERDARAH!!!" Iblis itu berteriak dengan histeris melihat Lucian mimisan.

Mendengar teriakan itu, Kyle yang menunggu perginya Alvart dengan yang lain, langsung masuk ke dalam rumah itu. Kyle terkejut melihat meja belajar untuk Lucian yang baru dia beli sudah patah menjadi dua seperti tertindih sesuatu yang keras.

Kyle melihat Lucian memegang kepalanya dan hidung Lucian yang mimisan. Kening Kyle langsung berkernyit. Dia mengambil pedangnya dan menarik lengan Dokter gadungan itu yang tengah memegang bahu Lucian.

"Huaaaaa!!" Iblis itu langsung memeluk kaki Lucian yang membuat Lucian ikut terseret.

"Apa yang kau lakukan pada anakku?" Tanya Kyle dengan aura membunuhnya.

"Hiiii! Tuan! Tolong saya!!!!" Iblis itu memeluk kaki Lucian dengan erat.

"Ayah, dia itu Iblis" Ucap Lucian sambil mendorong bahu kiri Zarel dengan kaki kirinya.

"Iblis? Berani-berani kau menyentuh anakku. JLEB!" Kyle menusukkan pedang besinya tepat di sebelah telinga kanan Zarel dan SYUUUK! Zarel pingsan di sana.

Lucian dan Kyle saling melihat.

"Apa dia mati?" Tanya Kyle sambil menarik jubah Zarel.

Tubuh Zarel begitu lentur seperti kucing. Kyle semakin percaya kalau Iblis ini mati sungguhan.

"Dia pingsan" Jawab Lucian.

"Iblis bisa pingsan juga?"

"Kami juga makhluk hidup yang bisa takut, Ayah" Jawab Lucian.

Kyle melihat meja itu dan menunjuknya.

"Aku merusak mejanya tanpa sengaja" Ucap Lucian.

"Nanti buat lagi"

"Tapi, hidungku mimisan"

"Apa dia memukulmu?"

"Tidak, ini keluar karena kepalaku sakit" Jawab Lucian.

"Kau bisa merasakan sakit?" Kyle ternyata percaya dengan ucapan Dokter gadungan itu.

"Kau kira aku ini makhluk kebal?" Balas tanya Lucian sambil mengusap darah di hidungnya.

"Oh, maaf" Jawab Kyle dengan wajah polosnya.

Kyle membuang Zarel jauh dari rumahnya. Dia membiarkan Zarel dengan posisi tak sadarkan itu sendirian. Kyle tau, Zarel pasti akan terus berada di sekitar Lucian. Lucian memintanya agar tidak menyakiti Zarel. Sebab, Lucian berkata Zarel itu baik.

Kyle fokus membersihkan darah Lucian hingga bersih dan memeriksa kondisi Lucian sekali lagi. "Kepalamu masih pusing?" Tanya Kyle.

"Tidak, kepalaku rasanya seperti ditekan dari segala arah. apa aku akan baik-baik saja, Ayah?" Tanya Lucian sambil menatap Kyle.

Kyle mengusap kening Lucian. "Kau pasti baik-baik saja. Sekarang tidurlah" Ucap Kyle menepuk bahu Lucian. Namun, Lucian menahan tangan Kyle.

Kyle menoleh ke arah Lucian yang memeluk tangannya.

"Ayah, apa kau tidak akan menemaniku tidur?" Tanyanya.

"Kau terlihat baik-baik saja. Kau tidak akan mimpi buruk lagi" Jawab Kyle.

Lucian menutup matanya. "Bagaimana kalau kau menghilang tanpa ku sadari? Aku akan sendirian lagi" Ucap Lucian.

"Kau masih punya teman dari bangsamu" Jawab Kyle.

"Ayah, mereka memang bangsaku, tapi kau adalah Ayahku. Orang yang akan melindungiku. Apa kau tidak penasaran dengan diriku?" Lucian menundukkan kepalanya.

Kyle merasa iba kepada Lucian. "Baiklah, aku akan tidur di sini. Sebelum itu, biarkan aku membersihkan air ini dulu"

Lucian menyeringai di balik wajahnya yang menunduk. Dia menunjukkan senyuman lebar dengan raut yang ceria kepada Kyle. "Baik Ayah. Aku akan menunggumu di sini" Ucap Lucian sambil melompat ke bantalnya dan tidur di sana sambil menepuk-nepuk tempat sebelahnya.

Kyle tersenyum tipis. Dia pergi keluar dari kamar Lucian untuk membuang air seka itu. Dalam hati Kyle berkata, "Meski dia Iblis, dia tetaplah anak-anak"

Namun, apa yang Lucian lakukan saat ini? Dia tersenyum dengan salah satu bibirnya yang terangkat ke atas. Iblis tetaplah Iblis. Jangan lupakan apa tujuan mereka sebagai Iblis di Erundil.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!