Akibat mengintai sang ayah yang dicurigai selingkuh, Freya justru berakhir di kamar hotel bersama seorang Pria. Namun, siapa sangka jika semua ini hanya jebakan agar Freya menerima perjodohan bisnis dari keluarganya. Lantas, bagaimanakah Freya menjalani pernikahannya, sedangkan Freya sedang memperjuangkan teman satu kampusnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tie tik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jebakan Freya
Tepat pukul tujuh malam, Alexander sampai Jepang. Setelah menempuh perjalanan panjang, pria tampan itu sampai di Denenchofu, kawasan elit tempat tinggal Mirei dan suaminya. Berbekal informasi dari Yamato, pria tiga puluh tahun itu akhirnya sampai di depan rumah megah Mirei. Bersamaan dengan itu, ada mobil jenis sedan yang memasuki halaman rumah.
"Alex!" ujar Mirei setelah keluar dari mobil. Wanita cantik itu masih memakai pakaian formal. Sepertinya dia baru kembali dari perusahaan, "tumben datang ke sini? Mana Freya?" cecar Mirei setelah berada di hadapan Mirei.
"Silahkan masuk," ucap Mirei setelah membuka pintu rumah. Dia mengajak Alexander duduk di ruang tamu. "Silahkan duduk dulu. Aku mau ke dalam sebentar," ucap Mirei sebelum pergi dari ruang tamu.
Alexander duduk bersandar di sofa seraya menghela napas. Pikirannya kembali kepada sosok yang belum ditemukan batang hidungnya hingga saat ini. Pemantauan terus dilakukan oleh Alexander dan posisi ponsel Freya pun ada di sekitar kawasan tempat tinggal Mirei.
"Minum dulu, Al," ucap Mirei setelah kembali kembali ke ruang tamu dengan membawa minuman untuk adik iparnya itu. Mirei pun sudah berganti dengan pakaian santai.
"Jadi, bagaimana?" Mirei memulai pembicaraan setelah menunggu Alexander beberapa menit untuk menikmati minumannya.
"Aku datang ke sini untuk mencari Freya. Dia pergi dari rumah tanpa pamit sejak kemarin," jelas Alexander. "Aku melacak ponselnya ada di sekitar sini. Mungkin dia mampir ke rumahmu?" Alexander menunjukkan ponselnya kepada Mirei.
"Ya, hotel ini sangat dekat dari sini, Al. Freya tidak datang ke sini atau memberi kabar kepadaku. Lebih baik sekarang kamu hubungi dulu," jelas Mirei seraya mengembalikan ponsel Alexander.
"Dia tidak bisa dihubungi. Ratusan kali aku menghubungi adikmu itu. Orang tua mu juga sedang mencarinya, tetapi belum ada kabar." Alexander kembali bersandar di sofa.
"Kalau begitu coba aku hubungi dia," ucap Mirei sambil membuka ponselnya. "Kemana bocah nakal ini? Bikin orang susah saja," gerutu Mirei sambil menatap layar ponselnya.
Entah sudah berapa kali Mirei menghubungi nomor Freya, tetapi tak ada satu panggilanpun yang terhubung. Mirei termenung, memikirkan cara lain untuk menemukan adiknya itu. Seketika dia teringat nomor rahasia yang biasa dipakai Freya untuk mengelabuhi orangtuanya.
"Kali ini aku pastikan dia mengangkat telfonnya," ucap Mirei dengan diiringi senyum smirk.
"Kamu yakin?" Alexander tidak percaya begitu saja dengan wanita yang duduk tak jauh darinya itu.
Mirei memberikan isyarat agar Alexander diam karena panggilan terhubung. Mirei mengatur posisi yang nyaman agar suaranya terdengar lebih santai dan tidak mencurigakan. Senyum manis mengembang begitu saja dari kedua sudut bibirnya setelah mendengar suara Freya. Tak lupa dia mengaktifkan mode loud speaker.
"Ada apa kak? Kenapa menghubungi nomor ini sih?"
"Aku menelfon nomor utamamu tapi tidak ada jawaban. Setelah aku lacak ternyata kamu ada di Jepang ya! Kenapa gak mampir!" ujar Mirei.
Suara tawa renyah Freya terdengar nyaring. Tentu hal ini membuat Alexander semakin heran. Pria tampan itu semakin mendekat agar bisa mendengarkan Freya tanpa ada salah sedikitpun.
"Aku tidak pergi ke Jepang, Kak. Ah, Kakak ternyata masuk ke dalam perangkapku." Freya tertawa lepas setelah itu.
"Kalau tidak pergi ke Jepang, lalu kemana?" Mirei pun terkejut setelah mendengar ucapan adiknya. "Jangan macam-macam kamu, Fee! Papa mencarimu!"
"Aku ada di Surabaya, Kak. Hanya ponselku saja yang ada di Jepang. Aku membiayai temanku liburan ke sana dan menitipkan ponselku di kopernya. Cerdas 'kan adikmu ini, Kak?"
Mirei memijat pangkal hidungnya setelah mendengar penjelasan Freya. Dia tidak menyangka saja jika adiknya itu nekat melakukan semua ini. "Kenapa kamu melakukan hal ini, Fee? Apa ada masalah?" cecar Mirei.
"Aku setres, Kak! Aku gak sanggup jadi istrinya Alex! Dia itu tidak normal. Aku sudah melakukan semua saran dari kakak, tetapi dia tidak tertarik sedikitpun kepadaku. Aku sempat membaca pesan dari pria bernama Leon di ponselnya. Aku gak sanggup punya suami pecinta sesama jenis, Kak."
"Aku pergi ke Surabaya karena butuh refreshing sekaligus mau menyurvei tempat KKN. Eh, by the way aku tadi mampir ke rumahnya Rama loh,"
"Ya sudah, nanti aku hubungi lagi,"
Mirei memutuskan panggilan begitu saja saat Freya menyebut nama 'Rama'. Dia tidak mau Freya menceritakan lebih detail lagi tentang pemuda idamannya itu di hadapan Alexander. "Kamu sudah mendengar sendiri 'kan jika dia ada di Surabaya?" Gumam Mirei seraya menatap Alexander.
"Siapa Rama itu?" Alexander sangat penasaran dengan satu nama yang disebut oleh istrinya itu, "apa perlu aku menyingkirkannya?" tanya Alexander.
"Kamu jangan khawatir soal Rama. Dia adalah teman kuliah Freya. Istrimu itu sangat tergila-gila dengan Rama, tetapi mereka tidak mungkin bersatu. Ya, mungkin inilah salah satu alasan papa menikahkan Freya denganmu," jelas Mirei dengan santainya.
"Memangnya kenapa?" Alexander mengernyitkan keningnya.
"Selain dari status ekonomi yang berbeda, dia seorang muslim," jawab Mirei dengan diiringi senyum manis, "lalu bagaimana denganmu? Siapa Leon? Apa praduga Freya memang benar? Kamu ...." Mirei menghentikan ucapannya karena tidak sanggup menuduhkan hal itu kepada Alexander.
"Tidak. Aku bukan kaum pelangi. Aku pria normal," jawab Alexander dengan tegas.
"Berarti Leon adalah seorang wanita?" tebak Mirei dengan sorot mata penuh arti.
"Ya. Dia ada di Australia saat ini." Tidak ada yang bisa Alexander lakukan selain jujur di hadapan Mirei.
"Apakah dia yang menjadi penyebab kamu tidak menginginkan Freya sebagai istrimu?" selidik Mirei. Kali ini dia harus turun tangan untuk menyelesaikan urusan rumah tangga adiknya. "Tidak ada yang perlu ditutupi dariku. Cerita saja," lanjut Alexander.
"Tidak ada yang perlu diceritakan. Aku hanya ingin menegaskan jika aku pria normal, bukan g4y seperti yang dituduhkan adikmu," ujar Alexander.
Mirei menghela napas panjang setelah mendengar penjelasan singkat dari Alexander. Dia kembali berpikir bagaimana meluruskan kesalahpahaman di antara pengantin baru itu. Keheningan mulai menguasai ruang tamu karena keduanya berkelana dalam pikiran masing-masing.
"Al, aku tidak memaksamu untuk mencintai Freya. Tolong jangan sakiti dia dengan perselingkuhan. Freya terlalu polos dalam hal percintaan. Jangan memberi dia harapan jika memang kamu tidak menginginkan dia," ucap Mirei dengan sorot mata penuh arti.
"Begitukah? Apa kamu yakin dia sepolos itu? Mengingat dalam hal dugem, dia begitu mahir. Aku rasa dia tidak sepolos yang kamu katakan," sanggah Alexander.
"Aku lebih mengenal Freya. Aku yang mengawasi langsung bagaimana pergaulannya. Untuk masalah dugem, aku yang mengajarkan. Dia tidak berani dugem tanpa aku," jelas Mirei tanpa ada yang ditutupi.
Pembicaraan mereka harus terhenti karena ponsel Mirei kembali berdering. Rupanya Freya yang menghubunginya dengan nomor rahasia. "Mari kita dengarkan bersama bagaimana pengakuannya. Aku akan menggali informasi untukmu," ucap Mirei sebelum menerima panggilan dari Freya.
...🌹TBC🌹...
Takut Freya terus barengan sama Rama dan g bisa mengawasi jarak dekat
Pasti berkesan dan g bisa di lupakan
Freya tetap jaga hati ya,,si Alex masih punya kekasih lain
tumben