Dania adalah wanita yang lemah lembut dan keibuan. Rasa cintanya pada keluarganya begitu besar.
Begitupun rasa cintanya pada sang suami, sampai pada akhirnya, kemelut rumah tangganya datang. Dengan kedua matanya sendiri Dania menyaksikan penghianatan yang di lakukan oleh suami dan kakaknya sendiri.
Penghianatan yang telah di lakukan orang-orang yang di kasihinya, telah merubah segalanya dalam hidup Dania.
Hingga akhirnya dia menemukan cinta kedua setelah kehancurannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ara julyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Bersandiwara
"Dan orang yang kamu maksud itu adalah dirimu sendiri mas, dasar manusia munafik!" batin Dania.
Karena rasa kantuk yang menyerangnya akhirnya Dania terlelap.
Entah sudah berapa lama Dania tertidur malam itu. Setelah matanya terbuka kemudian, keadaan di dalam kamarnya gelap gulita.
Di angkatnya kepalanya dari bantal. Dania menoleh ke samping kanan dan kiri semua gelap.
Dania meletakkan kembali kepalanya di atas bantal. Ia menoleh ke samping. Lalu ia meraba dan kosong.
"Dimana Bobby?" lirihnya pelan.
Di tekannya saklar di samping tempat tidur. Lampu menyala. Dan benar saja Bobby tidak ada di kamar.
"Kemana dia? bukannya tadi dia tidur di sampingku."
Dania menatap jam dinding di kamarnya. Sudah pukul dua belas lewat. Memang sudah larut malam.
Dania bukan khawatir pada Bobby, ia hanya tidak ingin kehilangan kesempatan untuk mendapatkan bukti-bukti lainnya.
Dania bangkit lalu keluar kamar. Ia berjalan pelan menuruni tangga. Masuk ke ruang kerja Bobby dan ruangan itu kosong. Hanya ada lampu di sudut ruangan itu yang menyala.
Di ruang tv pun sunyi. Pintu kamar Sinta sedikit terbuka. Dania sedikit mengintip ke dalam, kosong tidak ada orangnya.
Saat Dania melintas di ruang depan yang gelap, ia tertegun. Ia mendengar suara Bobby bercakap-cakap dari arah teras depan.
Dari balik pintu utama yang sedikit terbuka Dania menajamkan pandangannya ke arah sana. Ia melihat Bobby sedang bercakap-cakap dengan Sinta.
Dania melanjutkan langkahnya, di bukanya pintu dengan perlahan-lahan. Bobby dan Sinta duduk bersisian dengan santai. Dan karena melihat Dania, Sinta tampak terkejut.
"Eh, Dania....," katanya agak gugup.
Bobby menatap Dania dan melambaikan tangannya, mengundang Dania supaya duduk di sisinya.
"Sinta sedang curhat padaku," katanya.
"Oh ya....?" sahut Dania pura-pura bingung, di letakkannya tubuhnya di sisi Bobby.
Sebenarnya perasaan Dania biasa saja melihat keakraban mereka. Karena Dania jelas sudah tahu hubungan mereka. Hanya saja Dania pura-pura bingung di depan mereka.
"Sinta bilang tadi sore ada teman kerjanya yang menyatakan cinta padanya," ucap Bobby.
"Begitu?" Dania menatap Sinta yang terlihat kebingungan.
"Benarkah kak Sinta?"
Sinta mengangguk.
"Oh rupanya mereka sedang mengajakku bermain-main," batin Dania.
Rupanya Bobby takut Dania berpikir macam-macam. Lalu tanpa di minta ia pun menjelaskan.
"Tadi waktu aku akan mengunci pintu depan, ku lihat Sinta sedang duduk termenung. Karena teringat perkataanmu waktu itu, bahwa Sinta adalah tanggung jawab kita. Jadi aku bertanya kepadanya apakah ada sesuatu yang di pikirkan. Begitulah, akhirnya kami jadi bercakap-cakap sampai lupa waktu."
"Apa masalahnya?" tanya Dania.
"Sinta tidak tahu harus mengatakan apa pada pria itu!"
Dania menoleh lagi pada Sinta yang menundukkan kepalanya.
"Benar begitu kak?" tanya Dania kepadanya.
Sinta mengangguk tanpa sedikitpun menoleh ke arah Dania.
"Kenapa harus bingung kak? kakak mencintainya bukan?" kata Dania lagi.
"Iya Nia, kakak sangat mencintainya!" ucap Sinta dengan pandangan menatap tajam pada Bobby.
"Kalau begitu mudah penyelesaiannya bukan?" kata Dania.
Sinta tidak menjawab meskipun hanya anggukan saja.
"Yang penting statusnya jelas, bukan suami orang. Kakak tinggal terima saja cintanya lalu menikah, mudah kan?"
Sinta menatap Dania. Seolah kehabisan kata-kata ia hanya bisa diam.
"Ingat ya kak, yang penting bukan suami orang, karena aku juga nggak mau punya kakak pelakor!" tegas Dania lagi.
"Iya Nia, kakak mengerti," jawab Sinta polos, seolah dia adalah orang yang benar.
Dania membelai lengan Sinta dengan lembut.
"Kalau mereka bisa bersandiwara di hadapanku, aku juga bisa melakukan hal yang sama!" ucapnya dalam hati.
"Sekarang tidurlah kak, besok kakak kan harus bekerja," kata Dania dengan suara lembut.
"Sudah larut malam. Janganlah terlalu memikirkan masalah yang ada seolah tidak ada jalan keluarnya."
Sinta mengangguk. Bobby yang duduk di samping Dania mulai menguap.
"Aku juga sudah mengantuk," kata Bobby sambil berdiri.
Dania menyusul berdiri. Tapi Sinta masih duduk di tempatnya.
"Masuklah kalian berdua dulu, nanti kakak yang akan mengunci pintunya,"
Bersambung....
♥️♥️♥️
Silahkan berikan bintang lima jika suka dengan cerita ini..
Tinggalkan jejak kalian dengan like,kome,vote dan berikan hadiah untuk author🤗🤗🤗
terimakasih....