Memiliki Kakak tiri dengan segudang pesonanya membuat Neira berperang dengan perasaannya.!
Bagaimana bisa Neira harus menahan dirinya untuk tidak menyukai Kakak tirinya dengan semua perhatian yang dia dapatkan juga semua perlakuan manis darinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Encha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cantik.!
Hari semakin larut namun Neira masih enggan untuk pulang, mereka masih berada di pasar malam dengan bermain mainan di sana.
Neira tampak sangat senang dan terus tertawa. Sudah lama dia tidak datang ke tempat seperti itu mengingat Widia yang sibuk dengan butiknya dan juga dia tidak memiliki kakak yang bisa di ajak pergi seperti saat ini.
"Capek " Ucap Neira bersandar pada bahu Gevan.
Gevan tersenyum dan membiarkannya, jika bersama Neira status kulkas yang melekat dalam dirinya runtuh seketika berbeda saat bersama teman-temannya Gevan akan bersikap dingin.
"Seneng?"
"Eum, sudah lama Nei gak main ke pasar malam. Dulu Mama sibuk sama butiknya jadi paling Nei jalan ke Mall bareng Widi juga Mika."
"Kakak sendiri?" Ucap Neira mendongak menatap wajah tampan Gevan yang terdiam.
"Gak pernah."
"Hah- Masa Kak Gevan sama sekali gak pernah datang ke tempa gini."
Kali ini Neira tampak kaget, bahkan dia menatap wajah Gevan yang mengangguk.
"Memangnya kakak gak dateng sama pacar kakak mungkin."
"Enggak."
Neira menautkan alisnya menatap Gevan yang malah membalasnya dengan mengangkat satu alisnya.
"Sudah malam, pulang." Ajaknya menarik tangan Neira.
"Capek Kak."
Gevan menggeleng dan langsung jongkok di hadapan Neira.
"Eh ngapain?"
"Naik."
"Engga, nanti jatuh. Nei jalan aja."
"Gak jatuh."
Neira tampak berpikir namun dia langsung naik ke atas punggung Gevan.
Gevan tampak membenarkan agar Adiknya tidak jatuh.
"Nei berat gak Kak." Ucapnya sembari memeluk leher Gevan membuat pipi mereka menempel.
"Berat."
"Ya udah turun."
"Bercanda Nei."
"Nyebelin."
Gevan tersenyum dan terus berjalan melewati beberapa orang yang masih tampak berlalu lalang. hingga sampai di samping motor besar Gevan.
"Huh-
"Kenapa?"
"Hehehe gapapa, Ayo Kak."
Neira terdiam kaku saat tiba-tiba Gevan memakaikan Helm di kepalanya, tindakan yang sama sekali tidak pernah Neira bayangkan bahkan dulu saat bersama Alex dia sama sekali tidak di perlakukan spesial seperti saat ini.
"Naik."
"Eum."
Neira langsung memeluk perut Gevan dan menyembunyikan wajahnya di balik punggung lebar kakaknya.
Tidak ada obrolan di jalan, mereka asik dengan pikiran masing-masing.
Gevan yang berpikir kenapa dia bisa bersikap manis seperti itu terhadap Neira, begitu juga dengan Neira yang selalu speechless dengan sikap Gevan.
Hingga motor masuk ke dalam perumahan elit.
Gerbang tinggi langsung terbuka saat Gevan membunyikan klakson motornya.
"Makasih Pa." Teriak Gevan
"Sama-sama Den."
Neira turun dan melepas helmnya, namun sial dia tidak bisa melepaskan pengait helm membuat Gevan langsung membantunya.
Wajah keduanya begitu dekat, bahkan hembusan napas Gevan begitu terasa di kulit wajahnya.
Gevan menatap wajah Neira yang begitu dekat, apalagi Neira yang begitu imut saat matanya terus mengerjab.
"Sudah.!"
Neira menggeleng dan menatap Gevan yang tengah menatapnya.
"Nei masuk dulu Kak." Ucapnya langsung berlari.
"Jangan Lari-lari."
Gevan tersenyum dan menggeleng dengan tingkah adiknya dan berjalan masuk.
Neira langsung menyentuh dadanya , jantungnya berdetak lebih cepat bayangan wajah Gevan yang sangat dekat dengannya membuatnya tersenyum.
Dia pun menutup wajahnya.
Astaga, Kak Gevan ganteng banget..
Neira tersenyum dan berjalan masuk dia melempar tas nya dan berguling di atas ranjang.
Eh,Jaket Kak Gevan.
Neira baru sadar jika dia masih memakai Jaket Gevan, dia pun melepasnya dan meletakkannya.
Besok deh gue balikin nya.
Berbeda dengan Gevan yang baru saja selesai membersihkan tubuhnya. Gevan memang sudah biasa akan kembali mandi setelah keluar rumah dia tidak suka dengan tubuh yang lengket.
Dengan sudah berganti pakaian santainya, dia keluar kamar untuk mengambil minum namun langkahnya terhenti tepat di depan pintu kamar Neira.
dia penasaran sedang apa adiknya itu, perlahan tangannya terangkat memegang handel pintu dan ternyata tidak di kunci.
Gevan berjalan masuk, matanya menatap Neira yang ternyata sudah terlelap di sana.
Bahkan dia belum berganti pakaian membuat Gevan menghela napas dan menggeleng.
Dia lantas mendekat dan membenarkan selimutnya. Di tatapnya wajah damai Neira.
Cantik. Satu kata yang keluar dari bibir Gevan saat melihat Neira.
Bibirnya tertarik membuat senyuman, dia membenarkan rambut yang menutupi wajah Neira.
Cup..
"Good Night Bocil gue."
Bocil_gue..
ciyee,, si Abang Gevan sudah mengklaim Neira miliknya aja nih..
kapan resmiin Bang??
#Halu autor sendiri ye 😁#
*********
Keesokan Harinya_
Neira menguap dan membuka matanya, menatap jam yang ternyata sudah pukul 7 pagi.
Dia masih enggan beranjak apalagi mengingat hari Minggu membuatnya hanya ingin bermalas-malasan. Di rumah.
Namun dering ponsel membuatnya beranjak bangun dengan masih malas dia mengambil benda pipih yang berada di atas meja.
"Mama" Ucapnya saat melihat Id name di layar ponselnya dan langsung menggeser tombol hijau langsung menampilkan wajah canti wanita yang sudah satu Minggu meninggalkannya.
"Loh sayang, kamu baru bangun?"
Neira mengangguk dengan kembali berbaring,
"Bangun Ding, sudah jam tujuh di sana kan?"
"Nei masih malas Ma, masih ngantuk juga."
"Memangnya semalam pulang jam berapa?" Papa bilang kalau kamu keluar sama Kakak kamu."
Widia tau Neira keluar bersama Gevan karena suaminya bercerita.
"Gak tau Ma, kayaknya jam 10."
"Pantesan kamu masih ngantuk, biasanya jam segitu kamu sudah tidur kan."
"Mama lagi apa di sana, Pasti seneng ya pergi kemana aja Ma sama Papa."
Widia tersenyum,
"Papa ajak Mama keliling, tapi juga sambil ketemu Klien Papa di sini Sayang. ini saja Papa lagi bertemu klien jadi Mama telpon kamu.
Kamu gimana di sana, jangan merepotkan Kakak kamu Lo. Kasihan Kakak Gevan."
"Engga Ma, tenang aja."
"Ya sudah bangun mandi terus sarapan, anak perempuan gak baik bangun siang."
"Iya bentar Lagi Nei bangun dan mandi."
"Bye Sayang, yang nurut sama Kakak kamu ya."
"Bye"
Neira mengangguk dan tersenyum.
Dia pun meletakkan ponselnya namun kaget saat melihat Gevan yang berdiri menatapnya dengan bersandar di tembok dan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya.
"Astaga Kak Gevan, ngagetin tau gak."
"Telpon sama Siapa?"
"Mama"
Gevan mengangguk dan berjalan mendekat.
"Bangun, Sarapan dulu."
"Kakak mau kemana?"
Neira menatap Gevan yang sudah rapi padahal masih pagi.
"Keluar ketemu temen-temen, Lo gapapa di tinggal apa mau ikut?"
Neira menggeleng.
Dia tidak mau ikut karena takut di bilang ngitil terus dan juga dia tidak enak pasti Gevan akan repot jika dia ikut.
"Nei mandi dulu."
Gevan menatap Neira yang masuk ke dalam kamar mandi. Sebenarnya dia khawatir meninggalkan Neira sendiri walaupun sebenarnya di rumah masih ada pelayan tapi dia pun tidak enak dengan teman-temannya. Sudah lama pula dia tidak berkumpul bersama mereka.
Gevan berjalan keluar dan akan menunggu di meja makan.
semangat untuk karya novel lainya dan ehem jangan Lupa thor EXTRA PARTNYA YAA