Alaska Krisan dan Dionna Patrania terlibat dalam sebuah konspirasi bernama perjodohan.
Demi bisa hidup tenang tanpa campur tangan Mamanya, Alaska akhirnya menuruti keinginan mamanya untuk menikahi Dionna . Spesis wanita yang berbanding terbalik dengan kriteria wanita idaman Alaska.
Bagi Dionna, Alaska itu tidak bisa ditebak, sekarang dia malaikat sedetik kemudian berubah lagi jadi iblis.
Kalau kesetanan dia bisa mengeluarkan seribu ekspresi, kecepatan omelannyapun melebihi tiga ratus lima puluh kata permenit dengan muka datar sedatar tembok semen tiga roda.
Ini bukan cerita tentang orang ketiga.
Ini tentang kisah cinta Alaska dan Dionna yang
"manis, asem , asin = Alaska orangnya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaBucin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Datangnya Permasalahan
Dionna membuang ingusnya ditisu didepan Alaska "Aku sedang menonton film korea , filmnya sedih sekali, padahal bukan Ayahnya yang membunuh tapi Ayahnya tertuduh dan masuk penjara." Mata Dionna kembali berkaca-kaca teringat bagian yang paling menyedihkan. Air matanya ikut menetes.
"Kamu menangis gara-gara nonton film dan bukan karena kejadian tadi ?" Alaska menganga tak percaya, ternyata ia salah mengkhawatirkan wanita aneh ini.
"Untuk apa aku menangis karena kejadian itu ?" Suara Dionna semakin serak, menonton film membuatnya sampai lupa waktu dan makan.
"Sudahlah, kembali saja kekamarmu. Tidak usah keluar sekalian sampai besok !" Usir Alaska sambil membuat gestur mengusir dengan tangannya lalu ia menarik knop pintu sampai tertutup.
"Kenapa dia ?" gumam Dionna terheran-heran dengan sikap Alaska.
Lamunan Dionna dibuyarkan saat ponselnya berdenting menandakan ada pesan via whatsapp yang masuk, ternyata itu pesan dari Jena.
"Wow sahabatku memang juara ! Kau jadi tranding topik sekarang !"
Kepala Dionna berdenyut nyeri karena menangis terlalu banyak. Belum sempat membalas isi pesan Jena, wanita itu kembali mengirim lagi satu pesan ternyata sebuah link dan ketika Dionna membuka link itu ternyata isinya video saat dia menampar wanita itu sebanyak dua kali. Video itu hanya merekam saat Dionna membalas tamparan Vanesa sedangkan saat Vanesa lebih dulu menamparnya tidak ada disana. Dionna memilih abai lalu menelpon Jena, saking serunya menonton film Dionna lupa menceritakan kejadian itu pada sahabatnya.
Setelah puas berbagi keluh kesah dengan Jena dalam sekejap perut Dionna mengeluarkan bunyi yang cukup keras. Ia sadar bahwa perutnya belum diisi makanan apapun dari siang. Wanita itupun segera keluar dari sarangnya menuju dapur untuk mencari makanan.
Turun dari lantai atas Dionna sempat mengintip Alaska yang berjalan menuju pintu utama sepertinya Alaska memesan makanan online. Dionna meneguk air liurnya sendiri, hampir lupa tujuannya kedapur.
"Tidak ada apapun disini." Gumamnya setelah membongkar isi kulkas yang hanya terdapat beberapa kemasan botol air mineral.
Ketika Dionna berbalik, Alaska sudah berada dimeja makan bersiap menikmati makanannya tanpa melirik kearah Dionna.
Benar-benar tidak peka sama sekali !
Dengan langkah kesal yang dihentak-hentakkan , Dionna melewati meja makan hendak kembali kekamarnya . Ia harus memesan sendiri makanannya, memangnya apa yang ia harapkan dari Alaska ?
"Kamu sudah makan ?" Dionna tersenyum tipis lalu menolehkan wajahnya.
"Belum" ujarnya sembari menggeleng.
"Oh."
"Cuma 'oh' " ? tanya Dionna tidak percaya, kata 'Oh'-nya sampai dibuat bernada
Dionna ingin menjambak pria itu, balasan Alaska menaikkan emosinya. Ia tidak bisa lagi menahan bibirnya untuk mengeluarkan unek-uneknya. Alaska terlalu kejam.
"Kamu itu terlalu kejam dan egois sebagai seorang suami !" Seru Dionna dengan suara lantang.
Alaska hampir tersedak dengan potongan sosis ia lupa mengunyahnya karena suara Dionna yang cempreng mengganggu fokusnya mengunyah.
"Pesan makanannya itu harusnya 2, bukan hanya untuk dirimu sendiri ! Dasar egois !" Dionna masih berlanjut mengeluarkan unek-uneknya.
Pria itu menghentikkan gerak sendok dan garpunya lalu menatap Dionna. "Kamu sudah mandi ?" tanya Alaska persis seperti pertanyaan yang ditanyakan Ellen pada Dionna setiap hari.
Seharusnya tanpa bertanya Alaskapun tahu bahwa saat ini wanita dihadapannya itu belum mandi. Rambut kusut, mata sembab sudah cukup menjawab pertanyaannya.
"Belum"
Alaska membuang napas yang kentara "Ayo makan"
"Makanannya cuma satu, aku tidak mau makan makanan sisamu. " Jawab Dionna ketus.
Tiada hentinya Alaska membuang napas saat berhadapan dengan Dionna "Aku beli dua"
Mata Dionna berbinar, ia langsung mengambil tempat duduk disebelah Alaska. Lelaki itu refleks menghindar beberapa centi, Dionna tidak peduli dirinya terlalu lapar untuk mendebatkan itu sekarang.
"Dionna kunyah dengan pelan, jangan mengecap !" protes Alaska.
"Dionna--"
Tak !
Dionna meletakkan sendoknya dengan penuh emosi karena menimbulkan bunyi yang mengagetkan Alaska.
"Alaska , jangan bicara saat makan !" Dionna menirukan persis seperti nada bicara Alaska. Setelah mengatakan hal itu Dionna melanjutkan makannya memgabaikan Alaska yang terpaku diskakmat Dionna.
Tak membutuhkan waktu yang lama, makanan itu habis tak tersisa, Alaska belum beranjak dari duduknya . Dia menunggu sambil mengawasi Dionna yang mencuci piring. Ada napas lega yang berhembus ketika tak ada satupun piring atau gelas yang dipecahkan Dionna.
"Dionna, sepertinya kita harus membicarakan hal ini." ia memandang Dionna dengan serius.
"Hal apa? Wajahmu jadi seram kalau serius seperti ini."
"Mulai senin nanti, kau akan mulai belajar memasak." Dionna hendak protes namun jari telunjuk Alaska mengisyaratkan untuk tetap diam dilarang menyela pembicaraan serius itu .
"Kamu juga sebaiknya merubah gaya hidupmu. Mulai dari bangun tidur serba telat, mandi super kilat, aku bahkan tidak yakin kalau saat itu kamu mandi, tapi kalau kerasukan kamu akan mandi sampai berjam-jam. Kamarmu seperti kapal yang baru saja digulung tsunami , baju-baju kotor berserakan dimana-mana , lantai tidak disapu apalagi dipel. Kamu harus bisa merubah semua kebiasaan tidak sehat itu Dionna."
Dionna selalu mendengar ocehan Alaska dengan malas yang membuat Alaska selalu menghela napas lagi.
"Karena dirumah ini kita tinggal berdua, aku akan membuat jadwal kegiatan yang harus kita lakukan."
"Kegiatan ? " Kedua alis Dionna naik keatas
Alaska mengangguk "Kita akan membagi tugas, misalnya kalau kamu masak - aku yang akan cuci piring, kalau kamu menyapu - aku yang mengepel, kalau aku yang mencuci pakaian - kamu yang menjemurnya." Diam-diam Dionna menggerutu , jelas tidak mau melakukan apa yang baru saja dikatakan Alaska.
"Kenapa dengan wajahmu ?"
"Bukan apa-apa, wajahku memang cantik , aku tahu itu." Kilah Dionna dengan percaya diri.
"Mulai besok kita akan mulai membagi tugas" Final Alaska
"Besok ?" respon Dionna terlalu berlebihan. "Jadwalnya saja belum ada."
"Setelah ini aku akan segera membuatnya "
"Kenapa tidak memakai jasa asisten rumah tangga ? Bukankah itu lebih praktis ?"
"Terlalu berlebihan untuk kita yang hanya tinggal berdua."
"Berlebihan apanya ? Dari pada kita berdua capek, bukankah lebih baik menggunakan asisten rumah tangga ?"
"Tidak Dionna. Aku ingin kamu belajar mandiri tidak bergantung pada orang lain. Kamu harus selalu ingat, kamu itu sudah jadi istriku." Tegas Alaska , mutlak . Kalimat itu terdengar seperti peringatan keras untuk Dionna.
"Kalau aku menolak bagaimana ?" Dionna berencana mengibarkan bendera perang, karena ini bukan lagi jamannya wanita tunduk dibawah kaki pria. Dionna harus memperjuangkan haknya sebagai seorang wanita.
Alaska mengulurkan tangannya didepan Dionna "Kembalikan apa yang kuberikan padamu"
"Baik, aku mengerti ! Aku akan melakukan apapun yang anda inginkan Tuan Alaska Krisan." Seru Dionna tegas.
"Bagus" Alaska langsung berdiri dan pergi dari sana.
Dionna yang baru saja akan mengutuk suaminya teralihkan oleh dering ponselnya, siapa lagi yang menghubunginya kalau bukan Jenava ?
"Ada apa Jen ?" Dionna tampak tak bersemangat karena Alaska, sekejap kemudian dia menjauhkan ponselnya dari telinga. Oh-- gendang telinganya hampir pecah mendengar teriakan Jenava.
"Jangan berteriak aku tidak tuli ! Katakan dengan pelan dan tenang." Ucap Dionna. Wanita itu mendengarkan dengan seksama apa yang dikatakan Jenava dari seberang.
"SUAMIMU DITUNTUT "
"A-apa ?"
Sambungan telpon langsung diputus Dionna. Kini jari jemarinya fokus berselancar diinternet mengecek kebenaran perkataan Jenava. Bola matanya naik turun membaca setiap artikel yang terpampang disana.
"Sialan, siapa yang membuat berita sampah ini ?"
Dionna hampir membanting ponselnya kelantai.
Semua artikel menyudutkan dan menjelek-jelekkan Alaska. Karena masih penasaran, Dionna kembali membaca salah satu artikel yang pada detik berikutnya membuat ponselnya jatuh kelantai.
"Perusahaan Penerbangan Als Air Di Boikot Setelah Di Tuntut Mentri Keuangan Atas Insiden Penganiayaan Putrinya"