Cinta memang seperti teka-teki, tak ada yang tahu dengan siapa kita bersama pada akhirnya.
Seperti Rian, ia sudah berjuang sedemikian rupa demi Salsha. Namun, jika bukan jodoh bisa apa?
Penasaran dengan kisah cinta Rian? yuk baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhea Novita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengikhlaskan Semuanya
Setelah semuanya usai tadi sore, Rian memutuskan untuk berkumpul bersama teman-temannya, mungkin saja minuman bisa sedikit melegakan dirinya dari kesedihan yang masih ia rasakan. "Jadi Salsha udah pergi sama pacarnya yang dulu ilang?" tanya Gerry sambil menggelengkan kepalanya.
Rian tak menjawab sedikit pun, ia hanya tersenyum kecut sambil mencicipi minuman yang ada di gelas. Abdul yang melihat itu langsung menghembuskan nafasnya pelan, ia merangkul bahu Rian sambil mengusapnya dengan perlahan. "Sabar, berarti Salsha bukan jodoh Lo Ian. Mumpung masih muda mending kita seneng-seneng dulu lah," ucapnya dengan polos, tak memikirkan terlebih dahulu apakah yang baru ia ucapkan benar atau salah.
"Udah, jangan di tanya-tanya dulu. Mending sekarang kita lepasin semua masalah yang ada, Rian kesini buat hilangin stres kan? besok-besok lagi aja tanyanya," sahut Rizky yang kali ini cukup benar. Ia menatap beberapa temanya dengan raut wajah terlihat bahagia. "Eh, ngomong-ngomong kemaren gue berhasil ngajak main kak Riska loh," ucapnya dengan bangga.
Semuanya yang ada disana pun menatap Rizky tak percaya, sejak kapan seorang Rizky berhasil mendapatkan perempuan incarannya? "Hoax guys, jangan di dengar, gue lebih percaya gosip si Sofie pacaran sama pak Aji," cetus Abdul sambil menggelengkan kepalanya. Rizky yang melihat respon kurang menyenangkan dari teman-temannya seketika murung di sertai gerutuan kecil yang tak terdengar.
Ketika sedang mendengarkan percakapan gak penting itu, pandangan Rian sedikit terfokus pada seorang laki-laki yang baru saja masuk ke dalam club, ia terlihat merangkul seorang perempuan yang mengenakan pakaian cukup terbuka. "Emang bermasalah itu cowok," gumam Rian pelan. Ia dengan cepat mengeluarkan ponselnya dan memotret sosok Andy bersama perempuan lain. Walaupun tidak terlalu jelas di fotonya karena efek lampu, tapi Rian rasa Dhea akan mengetahui dengan jelas siapa yang Rian maksud.
"Lo ngapain foto cowok itu Ian? Dih, ditinggal Salsha langsung belok Lo," pekik Abdul yang membuat Rian langsung menatapnya tajam. Untung saja suara bising di sini bisa menutupi suara Abdul yang berisik, bisa kacau urusannya jika Andy mendapati Rian yang memotretnya.
"Eh, itu bukannya cowok si Dhea ya? yang dulu pernah jadi bahan taruhan kita?" tanya Rizky yang masih ingat betul kejadian Rian saat menerima tantangan untuk mengganggu pacar Dhea yang baru saja menjemputnya waktu itu.
Rian dengan cepat menganggukkan kepalanya, ia pun tak lupa mengirimkan foto itu kepada Dhea terlebih dahulu. "Iya itu si Andy, gue mau laporin ke Dhea kelakuan lakinya di luar," jawab Rian.
"Dhea yang waktu itu bawa make up waktu MOS?" tanya Gerry. Ketiga orang itu pun langsung mengangguk, membenarkan ucapan Gerry yang masih mengingat cerita MOS mereka. "Kasian tuh cewek. Laporin aja kalo dia bawa cewek lain ke club, jangan mau sampe di bohongin cowok modelan kayak gitu. Mending kayak kita, ngilang dikit nggak ngasih kabar cuma karena ngumpul sama temen, bukan sama cewek," lanjut Gerry.
"Kayaknya susah, Dhea bucin banget anaknya, mana cerewet banget lagi," jawab Abdul.
Rian menggelengkan kepalanya pada Gerry. "Bentar lagi juga gue jadi hubungan mereka putus, gue udah pernah ngobrol dan kasih saran."
Ponsel Rian terasa bergetar, ia membuka pesan masuk dari Dhea. [Udah nggak aneh Ian, gue lagi berantem juga sih sama dia.]
