Teka-teki Cinta

Teka-teki Cinta

PROLOG

Prolog

Suara tangisan bayi dan bentakan seorang perempuan masih terus mengiang di telinga Rian sampai saat ini.

Angin malam yang sangat dingin seakan menusuk tulang tak menghalangi niat Rian untuk datang ke sebuah club malam. Di tembusnya jalanan yang di sertai rintik-rintik hujan itu dengan motor besar berwarna merah hitamnya.  Jalanan yang sangat lenggang membuat Rian semakin menarik pedal gas nya. Kini ia seperti orang sedang balapan.

Sesampainya di club, Rian langsung bergabung bersama teman-temannya. Bau asap rokok dan alkohol langsung menyambut kedatangannya. "Sorry lama," ujar Rian sambil melepaskan jaket dan meletakkannya di bagian ujung sofa. Ke-empat laki-laki yang sedang duduk hanya menoleh tanpa menjawab perkataan Rian. Rian pun menghembuskan nafasnya pelan lalu langsung mengambil posisi duduk di sebelah Agung, menyenggol pelan lengan Agung yang sedang fokus dengan ponselnya dan Rian merasa di abaikan.

"Eh. Dari mana aja lo?" tanya Agung yang baru menyadari kehadiran Rian, ia menoleh sebentar dan kembali fokus membalas pesan yang masuk.

"Abis dari rumah Salsha," jawab Rian dengan sedikit teriakan karena suara musik yang keras seakan hendak merusak gendang telinganya.

Agung yang mendengar itu langsung menatap Rian dengan risih, raut tak suka itu terlihat sangat jelas. "Ck, Lo ngapain lagi sih nyamperin si Salsha? Bawa pengaruh buruk tuh cewek," ujar Agung sambil berdecak kesal, laki-laki berwajah Indonesia asli yang mengenakan kaos hitam.

Rian hanya tersenyum kecut. Hatinya masih tak tenang meninggalkan dua orang yang ia sayang di rumah kontrakan kecil itu.

"Bima sakit," jawab Rian.

Kali ini tak hanya Agung yang menatapnya tak suka, Rizky pun melakukan hal yang sama. "Ya terus? Lo bukan ayah dari anak itu, oke! Gak usah sok peduli, bapa kandungnya aja kabur." Oke, perkataan Rizky sangat jujur, bahkan terlalu jujur hingga memancing emosi Rian saat ini. Tapi Rian coba mengabaikannya, hanya mengangkat bahunya acuh.

"Udah lah, kasian Rian. Gimana Hari pertama MOS lo minggu kemaren? Udah seminggu lo gak gabung sama kita, cerita dikit lah," gurau Gerry.

"Gak seru. Tuh ketos yang nama nya Alvin songong abis! Ya kan Dul?" tanya Rian pada pria yang dari tadi hanya diam.

Abdul yang merasa namanya di panggil langsung menatap Rian. "Apaan?" tanya nya ketus dan tak fokus.

"Lo abis liatin apaan?" tanya Rian kesal.

"Yah lo, kayak gak tau si Abdul aja kalo lagi di club," ujar Agung melirik Abdul tajam.

Abdul yang menerima tatapan tajam hanya nyengir tanpa dosa. "Tuh cewek yang pake dress item cantik bener. Coba aja kalo itu cewek mau sama gue, gue bikin dia bahagia terus."

Semuanya hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Dasar, setiap ada cewek cantik pasti ngomong gitu," komentar Rizky.

"Udah udah. Emang nya si Alvin kenapa?" Jujur, Gerry sedikit ingin tahu tentang kelakuan adik kelasnya itu, Gerry mantan ketua OSIS di sekolah Rian, SMK Cakra. Namun karna urusan PKL-nya selama 3 bulan di sebuah Instansi membuatnya tidak bisa mengontrol kelakuan pengurus OSIS kelas 11 sekarang.

Mendengar nama itu otak Abdul langsung konek. "Tuh orang sok banget. Masa gue di suruh jalan kodok di depan anak-anak MOS lain. Gara-gara gue ketauan minta pin nya si Sofie pas dia lagi nanyain bawaan buat besok. Si Rian juga di kerjain, tapi sama si macan cantik. Jirr belum tau dia kita siapa," curhat Abdul dengan mimik wajah yang di lebih-lebih kan.

Ketiga temannya hanya tertawa puas. Pantas saja di hukum, lagi MOS sempet-sempetnya modusin cewek. sedangkan Rian dan Abdul masih kesal mengingat tingkah Alvin.

"Oh iya, Kalo lo di kerjain apa Ian?" tanya Gerry penasaran. Mereka berempat biasa memanggil Rian dengan sebutan Ian.

"Gini. Pas pagi Salsha kan nelpon gue, susu si Bima abis. Nah sebelum ke sekolah gue mampir dulu ke supermarket beli susu. Gue kira gak bakal ada rajia tas, tau nya..."

Flashback.

"Semua baris yang bener!" Bentak seorang perempuan cantik yang di juluki macan nya SMK Cakra, Bunga.

"Simpen tas kalian di depan!" semua murid baru menurut, menyimpan tas mereka di depan, lebih tepat nya di atas lapangan tempat mereka berdiri sekarang.

"Cantik-cantik sangar ya Ian? Tapi gue suka yang galak kaya gini," bisik Abdul yang berdiri tepat di belakang Rian.

"Semua cewek kan lo suka! Gila," dengan polosnya Abdul menjawab dengan cengiran kudanya.

Semua senior mulai membuka tas para junior satu persatu, Rian berdiri di barisan paling belakang karena tubuhnya yang tinggi namun tetap kalah tinggi nya dengan Abdul. "Nama lo siapa?" lagi-lagi teriakan Bunga memekikan telinga.

"Dhea kak," jawab perempuan itu santai. Rian memperhatikan apa yang akan dilakukan kakak kelas songong nya itu.

"Ngapain lo bawa make-up kumplit? Mau sekolah apa mau mangkal lo!" teriak Bunga, membuat para perempuan peserta didik baru menelan ludah nya sendiri susah payah. Jantung berdebar kencang, bersiap para senior mengecek tas mereka yang sama halnya membawa make-up, tapi hanya bedak dan lipstick. Tidak seperti Dhea, membawa kantung bening khusus make-up lengkap! Sampai-sampai maskara dan pensil alis pun ia bawa.

Dengan tidak sopan nya Dhea memutarkan bola matanya malas. "Hello kakak cantik! Ini tahun 2023, masa iya bawa make-up masih ditanya buat apa. Ya buat dandan lah, masa ia buat ngelukis. Kan biar gak kucel kakak," ejeknya.

"Oh, jadi gini sikap lo sama kakak kelas? Lulusan SMP mana?" Dengan santainya Dhea menunjuk lambang SMP negeri di seragam putih birunya.

"Oke, perhatian buat semua! Karena ada temen kalian yang namanya Dhea gak sopan, ada barang tambahan buat bahan bawaan besok. Kalian wajib bikin topi kerucut dan harus udah di pake 100 meter dari gerbang sekolah plus Name tag!" semua peserta didik baru mengendus kesal, ingin sekali rasanya mereka protes. Dhea yang merasa dirinya penyebab kerusuhan ini bungkam dan cemberut menerima tatapan tajam dari perserta didik baru lainnya.

"Emang udah di umumin besok bawa apa aja?" tanya perempuan yang berdiri di sebelah Rian.

"Oh udah. Lo tadi datengnya agak telat ya?" tanya Abdul sok akrab.

"Iyah," jawabnya sambil mengangguk.

"Ya udah, minta pin lo aja. Nanti gue kirim lewat BBM, gue Abdul."

"Oh iya makasih ya. Gue Sofieana."

"Ya udah mana pin lo." Abdul mengeluarkan hp android nya.

_-_-

"Tunggu!" Gerry menghentikan cerita Rian. "Mana cerita waktu Lo sama Abdul yang lagi di hukumnya?" tagih Gerry.

"Bentar lagi. Udah dengerin aja dulu. Awal ceritanya emang gini, dan gara-gara cewe yang namanya Dhea itu gue jadi ke bawa-bawa," protes Rian karena ceritanya terhenti.

"Oh, oke. Lanjut."

--

Guys cerita ini pernah aku up waktu itu, cuma karena sepi aku hapus dulu huhu. semoga sekarang rame ya, jangan lupa like dan komen biar author semangat🥰

Terpopuler

Comments

Sarii_ Sarii 🌷🌷

Sarii_ Sarii 🌷🌷

makanya kok berasa familiar.. sampe aku cek lg cerita yg dl..

2023-05-04

0

Keishia zahra Princessa

Keishia zahra Princessa

lanjud thor

2023-05-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!