"Ingat Queensha. Aku menikahimu hanya demi Aurora. Jadi jangan pernah bermimpi jika kamu akan menjadi ratu di rumah ini!" ~ Ghani.
Queensha Azura tidak pernah menyangka jika malam itu kesuciannya akan direnggut secara paksa oleh pria brengsek yang merupakan salah satu pelanggannya. Bertubi-tubi kemalangan menimpa wanita itu hingga puncaknya adalah saat ia harus menikah dengan Ghani, pria yang tidak pernah dicintainya. Pernikahan itu terjadi demi Aurora.
Lalu, bagaimana kisah rumah tangga Queensha dan Ghani? Akankah berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja_90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Juteknya Bini Gue!
Ghani mendudukan bokongnya di kursi panjang terbuat dari stainlees. Ia mengusap wajah menggunakan telapak tangan dengan kasar, tampak jelas bahwa pria itu terlihat sangat frustasi.
"Mau gimana lagi, gue belum siap mengumumkan pernikahan gue pada semua orang. Apalagi ... pernikahan kami cuma nikah kontrak."
Belum habis keterkejutan Leon akan berita pernikahan Ghani, kini ia kembali dikejutkan akan sebuah fakta bahwa pernikahan sahabatnya itu hanyalah sebuah kontrak.
Leon menarik bahu Ghani dengan kasar hingga posisi mereka saling berhadapan. "Muhammad Ghani Hanna. Lo tahu 'kan kalau pernikahan itu bukan untuk main-main? Lalu, kenapa lo malah mempermainkan janji suci pernikahan yang diucapkan di depan banyak orang? Sadar enggak sih kalau apa yang lo perbuat udah mempermainkan sebuah pernikahan!"
Sungguh, Leon tak habis pikir bagaimana bisa lelaki yang cukup mengerti tentang ilmu agama bisa berbuat hal demikian. Apakah otak Ghani bergeser beberapa centi dari tempat semula karena terlalu stress dengan pekerjaan hingga membuatnya melakukan hal konyol begitu?
Tangan kokoh Ghani menepis kedua tangan Leon untuk kedua kali. "Gue tahu. Hanya saja, gue punya alasan kenapa membuat pernikahan itu berubah jadi nikah kontrak," tandasnya tak mau jika disalahkan Leon terus menerus. Menurut Ghani, dia tidak terlalu bersalah dalam kasus ini. Keadaanlah yang membuatnya terpaksa melakukannya.
"Alasan? Alasan apa sih, Ghan, hingga lo nekad melakukan ini?" tanya Leon frustasi. Dia menyugar rambutnya dengan kasar.
Semenjak mereka sama-sama menyelesaikan study-nya di Jepang dan memutuskan kembali ke Indonesia, hidup Ghani penuh dengan misteri. Bahkan dia sendiri tak lagi mengenali siapa lelaki yang selalu berada di sebelahnya ini.
Pandangan mata Ghani menatap lurus ke depan. Pikiran pria itu melayang-layang, menari ke awang. Terlihat keraguan pada diri pria itu. Apakah harus menceritakan yang alasan dibalik perjanjian pernikahan kontrak itu atau harus memendamnya sendiri?
Kedua tangan mencengkeram erat tepian kursi. Rasanya sulit menceritakan kenangan pahit masa lalunya kepada orang lain. Sekalipun itu adalah sahabatnya sendiri, tapi bagi Ghani itu adalah kesalahan yang tak boleh diketahui orang lain.
"Alasannya yang pasti gue enggak bisa cerita. Cuma gue nikahi cewek itu bukan karena cinta melainkan demi Rora, anak gue. Dia ingin sekali punya Mama sama seperti teman-temannya yang lain. Saking ingin punya Mama, dia bahkan sampai mengigau dan gue sebagai ayah, enggak bisa membiarkan anak gue bersedih. Jadi-"
"Jadi lo nikahin cewek itu dan buat perjanjian pernikahan. Itu 'kan yang mau lo katakan sama gue?" sergah Leon cepat. Sudah dapat menebak kelanjutan dari perkataan Ghani.
Si pemilik mata sipit menganggukan kepala, sebagai jawaban. "Gue enggak tahu harus gimana lagi, Leon. Di satu sisi gue kasihan sama Rora, karena terus menerus menanyakan keberadaan Mamanya di mana. Sementara di sisi lain, gue belum siap berumah tangga dan berkomitmen dengan wanita mana pun. Gue masih ingin mengejar berkarir, mewujudkan impian kedua orang tua gue yang enggak bisa diwujudkan Zavier dan Zahira."
"Gue bisa aja bilang kalau Rora itu bukan anak kandung gue. Papanya meninggal saat dalam perjalanan rumah sakit, sementara Mamanya meninggal sesaat setelah melahirkannya ke dunia. Namun, apa bocah sekecil itu tahu artinya sebuah kehilangan? Gimana kalau kebenaran itu justru membuatnya bersedih? Dalam pikiran gue saat itu adalah, gimana caranya membuat Rora bahagia. Cuma itu, Yon!"
"Apa menurut lo, gue salah?" tanya Ghani dengan suara lirih. Tatapan mata sendu menatap pada sosok pria di sebelahnya.
Leon menatap lekat wajah tampan sang sahabat. Tidak bisa menyalahkan Ghani sepenuhnya. Namun, tidak juga membenarkan apa yang diperbuat oleh lelaki di hadapannya.
Menghela napas panjang dan berat. "Lantas, apa Dokter Rayyan dan Dokter Arumi tahu kalau pernikahan kalian hanyalah kontrak"
"Enggak. Dari pihak keluarga gue, enggak ada satu orang pun tahu tentang perjanjian pernikahan gue dan Queensha. Hanya gue dan dia doang yang tahu."
Leon memijat pelipisnya yang terasa pening tiba-tiba. Seharusnya dia tidak terlibat dalam masalah yang menyeret Ghani dan mantan baby sitter Aurora.
"Berdoa aja semoga kedua orang tua lo enggak tahu masalah ini. Gue enggak bisa bayangkan gimana kecewanya mereka saat tahu lo mempermainkan pernikahan."
***
Mobil Ghani memasuki pekarangan rumah yang luas dan megah bagai istana di negeri dongeng. Ia segera melajukan kendaraannya setelah menyelesaikan semua pekerjaan rumah sakit. Walaupun perasaan pria itu sedang tidak baik-baik saja akibat memikirkan semua perkataan Leon, tetapi dia harus menjalan tugas dan tanggung jawab dengan baik.
"Den Ghani, mau saya buatkan teh hangat atau kopi?" tanya Tina setelah membukakan pintu rumah untuk anak majikannya.
"Enggak usah, Mbak." Ghani menyapu keadaan sekitar. Suasana rumah mewah itu tampak sunyi, seperti tak berpenghuni. Maklum saja sebab Arumi dan Rayyan sedang menginap di rumah Zahira, sedangkan Shakeela tengah melanjutkan S2-nya di luar negeri dan Zavier memutuskan tinggal terpisah, membeli apartemen dekat kampusnya mengajar. Jadi di rumah itu hanya ada Ghani, Aurora dan ... Queensha.
Tina memperhatikan Ghani yang seakan sedang mencari sesuatu. Apa Den Ghani mencari keberadaan Mbak Queensha dan Neng Rora? batin wanita itu.
"Mbak, Rora di mana?" tanya Ghani.
"Neng Rora ada di kamarnya, Den, bersama Mbak Queensha. Sejak kembali dari Museum, mereka enggak keluar kamar. Sepertinya Neng Rora terlalu bersemangat belajar menggambar bersama Mamanya sampai enggak mau turun ke lantai bawah. Saat haus dan lapar, minta saya dan Ijah mengantarkan ke kamar." Seulas senyum terlukis di sudut bibir Tina. "Saya senang melihat Neng Rora bahagia seperti sekarang, Den. Enggak uring-uringan lagi kayak dulu."
Perasaan bersalah, semakin besar hinggap di dalam diri Ghani karena teringat perbuatannya pada Queensha tadi siang. Wanita itu dengan tulus menjaga dan merawat Aurora, tapi apa yang diperbuat Ghani? Dia justru menorehkan luka di hati wanita asing yang kini berstatuskan sebagai istrinya.
"Ya sudah, kalau gitu aku naik ke atas. Jangan lupa tolong siapkan makan malam untuk kami."
"Papa udah pulang?" tanya Aurora saat melihat seseorang yang mengetuk pintu kamar si kecil adalah Ghani.
Ghani membawa tubuh mungil Aurora ke atas, kemudian menggendongnya dengan tangan kekar nan berotot. "Udah, Sayang. Papa sengaja pulang cepat karena kangen banget sama kamu. Maafin papa, ya, karena enggak bisa main sama kamu tadi siang?"
"No problem, Pa. Rora maafin Papa kok," sahut gadis kecil itu dengan mengulum senyum di bibir.
"Kita makan dulu, yuk? Perut papa lapar banget nih," ajak Ghani.
"Oke, Papa. Rora juga lapar banget nih. Tadi belajar gambar sama Mama sampai lupa makan," terkekeh geli sambil menutup mulut menggunakan telapak tangan mungilnya.
Selama makan malam berlangsung, pandangan mata Ghani tak mau beralih pada sosok perempuan cantik di seberangnya. Queensha tampak begitu telaten mengurusi Aurora. Queensha adalah tipe wanita yang sangat lembut, tetapi bisa berubah menjadi singa betina yang sangat berbahaya apabila ada seseorang yang membangunkannya.
"Queensha, terima kasih udah membelikan saya minuman boba. Rasa boba yang kamu pilihkan sangat pas dengan selera saya." Perkataan Ghani memecah kesunyian yang terjadi selama beberapa saat.
Dengan santai dan tanpa menoleh ke arah Ghani sedikit pun, Queensha menjawab, "Pelayan minumannya yang pilihin buat Bapak, bukan saya. Jadi, kalau mau ngucapin makasih sama dia aja, jangan ke saya!" skak wanita itu dengan nada ketus.
Gila, jutek banget Bini gue!
...***...
😂😂😂
Bahkan lulu sampai memperingati ghani harus menjaga queensha 🤔