Khumaira, sosok istri ideal, namun ia memiliki suami yang hatinya bukan untuknya. Khumaira dengan cinta di hatinya tak pernah menyerah untuk memenangkan hati sang suami, ia terus berjuang sampai pada akhirnya hati suaminya mulai meleleh dan memiliki perasaan padanya. Namun siapa sangka wanita yang sangat di cintai suaminya kembali hadir di hidup mereka, dan itu membuat hati Khumaira kembali tersakiti karena kedatangan wanita yang dulu di anggap telah tiada, ternyata dia masih hidup, dan kedatangannya itu membuat sikap suami Khumaira kembali berubah padanya.
"Akankah Khumaira mampu mempertahankan pernikahannya?, atau memilih untuk menyerah?"
Temukan semua itu hanya di noveltoon "SUAMIKU BUKAN UNTUKKU."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SA.J, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 Kantor.
asal menekan tombol telepon di meja kerjanya."Bim, segera keruanganku," ujar Azlan lalu memutus telponnya.
Tak lama suara ketukan pintu terdengar dari luar.
Tok.
Tok.
Tok.
"Masuk," ujar Azlan.
Ceklek.
Bima membuka pintu. "Permisi Tuan," ujarnya masuk kedalam ruangan Azlan.
"Jam berapa pertemuan kita dengan perusahaan Blanco company?" tanya Azlan menatap Bima.
"Satu jam lagi, Tuan," jawab Bima sopan.
"Nanti sebentar pergilah bersama dengan Kakak ku," ujar Azlan.
"Dengan Nona Clarisa?"
"Iya. Kak Clarisa akan datang ke kemari sebentar," ujar Azlan.
"Baik, Tuan."
Bima pamit usir diri kembali keruangannya karena sudah tak ada lagi yang di butuhkan ataupun di katakan oleh Tuannya.
......................
"Bacakan jadwalku sekarang," pinta Aditya datar.
Tatapan sinis Qesya sangat terlihat jelas menatap Aditya yang selalu menampilkan ekspresi membosankan. "Saya bacakan sekarang?" tanya Qesya masih dengan ekspresi wajah yang sama.
Aditya mengangkat kepalanya dengan kedua tangannya menopang dagunya menatap datar Qesya. "Tidak. Nanti tahun depan saja," ujar Aditya datar.
"Oh, baiklah," ujar Qesya dan kembali ke duduk di sofa melanjutkan pekerjaannya.
"Kenapa kamu malah duduk, aku kan suruh bacakan jadwal saya," ujar Aditya tegas.
"Tapi Anda sendiri yang bilang-" ujar Qesya terpotong saat Aditya menyerga ucapannya sembari menatap horor dirinya.
"Bacakan❄," ujar Aditya tegas dan dingin.
"Baik Tuan," ujar Qesya recehan mengandeng kekesalannya.
Qesya menarik napas dalam sebelum membaca jadwal Aditya. "Hari ini di jam 10 akan ada meeting dengan Tuan Dirga dari perusahaan Dirga company, setelah itu meeting sekaligus lunch bersama dengan klein dari singapore, Tuan North. Dan terakhir pukul 8 malam Anda harus menghadiri sebuah pesta anniversary perusahaan Tuan Winata," ujar Qesya membacakan jadwal Aditya untuk hari ini.
"Sekarang kamu persiapkan semua berkas yang di perlukan saat meeting dengan perusahaan Dirga's," ujar Aditya datar.
"Baik, Tuan," sahut Qesya lalu berjalan ke arah sofa.
Baru juga mau duduk, malah Aditya kembali meminta dirinya membuatkan kopi untuknya.
"Oiya, tolong buatkan aku kopi," ujar Aditya.
Qesya mengepalkan tangannya menahan kekesalanny. "Baik Tuan, segera saya buatkan," ujarnya lalu keluar dari ruangan Aditya menuju pantry.
Author POV: "Qesya lu masih dendam dan kesal dengan kejadian di kafe atau gimana?, Kok kesal aja bawaannya."
"Tunggu," ujar Aditya lagi.
Qesya berbalik dengan menahan kekesalannya. "Iya Tuan, apa masih ada sesuatu yang Anda inginkan?" tanyanya sembari memaksakan tersenyum.
"Masak airnya dengan api, bukan menggunakan air dari dispenser," ujar Aditya.
"Baik, Tuan," ujar Qesya dengan baik, namun tidak dengan hatinya yang mengerutu karena menurutnya membuat kopi dengan air di masak atau langsung dari dispenser itu sama saja. Sama-sama jadi kopi, kan.
......................
"Sayang kamu mau kemana?, pagi-pagi dah rapi aja," ujar Ny. Arsy saat melihat Maira turun dari tangga.
Maira berjalan ke arah mertuanya. "Maira ingin ke kantor Arhand dulu, Ma," ujarnya dengan lembut.
"Kantor Arhand?, Why, sayang?" tanya Ny. Arsy.
"Tidak tau juga, Ma, ini Maira baru akan pergi ke sana," ujar Maira bohong, padahal ia sudah tau kenapa suaminya meminta dia datang kantor.
"Baiklah. Kamu hati-hati sayang," ujar Ny. Arsy.
"Iya. Mam. Assalamualaikum, Ma," ujar Maira menyalami ibu mertuanya.
"Waalaikumsalam, Sayang."
Maira naik ke mobil yang sudah di siapakan oleh Pak Tono.
"Jalan, Pak," ujar Maira.
"Baik Ny."
Diruangan tamu, Tuan Blanco datang menghampiri istrinya yang sedang adik menonton Drakor.
"Nonton apa sayang?" tanya Tuan Blanco duduk di sebelah istrinya, namun istrinya tak menghiraukannya, dan fokus dengan tontonannya.
"Drakor mulu. Gantengan juga Papa," ujar Tuan Blanco dengan kesal, namun kekesalan tak di hiraukan oleh istrinya dan tetap fokus pada filem Drakornya.
"Ah jinjja, daebak," teriak Ny. Arsy heboh saat adegan romantis.
"Ahh so sweet," ujar Ny. Arsy lagi dengan mengigit jarinya karena melihat ke romantisan pasangan Drakor itu.
Tuan Blanco meremas remote tv, ingin banget dia mematikan tv-nya, tapi takut tak mendapat jatah malamnya dan berakhir tidur di sofa, menyangga hanya bisa pasrah melihat istrinya memuji pria lain di depannya.
"Hufh ... mending aku ke ruang kerja, memeriksa berkas yang dikirim oleh pedro," ujar Tuan Blanco kesal dan berdiri dari duduknya.
"Papa mau kemana?, Sini aja temani Papa," ujar Ny. Arsy tapi matanya masih saja terfokus pada filem Drakornya.
"Malas, Mama juga gak menghiraukan, Papa," ujar Tuan Blanco dengan nada kesal.
"Ya sudah kalau Papa gak mau, tidak apa-apa, tapi Papa berhentilah berbicara Mama tidak dengar suara filmnya," ujar Ny. Arsy santai tanpa melihat wajah suaminya yang semakin masam.
"Untung kamu tidak ada di depanku jika tidak aku pastikan kepalamu tidak akan ada di tempatnya," ujar batin Tuan Blanco menatap tajam pemain pria Drakornya.
......................
"Selamat pagi Nyonya," sapa Resepsionis dengan ramah.
Maira tersenyum menatap mereka. "Pagi, semua."
Maira menaiki lifh khusus CEO, lalu memencet tombol lantai paling atas, ya walaupun hanya ada satu tombol lantai sih.
Lifh berhenti dan Maira segera keluar namun karena merasa gugup Maira berjalan tanpa fokus dan hampir saja menabrak seseorang.
"Ah, maaf, maaf," ujar Maira karena hampir menumpahkan kopi yang seseorang.
"Khumaira."
Maira mengangkat kepalanya. "Qesya?, Kamu ada di sini?, Ngapain?" tanya Maira menatap temannya.
"Aku kerja disini. Eh bukan maksudnya lagi magang," ujar Qesya jujur.
Maira menganguk-anggukan kepalanya. "Huem. Ruangan kamu di mana?" tanyanya.
"Di sana," tunjuk Qesya ke arah ruangan Aditya.
"Itukan ruangan Aditya, asisten pribadi suami saya," ujar Maira.
Mereka berbincang-bincang sembari berjalan menuju ruangan tujuan mereka masing-masing.
"Iya itu benar, aku magang sebagai sekretaris cowok tidak bertanggung jawab," ujar Qesya tiba-tiba kesal.
Maira tertawa melihat ekspresi kesal Qesya. "Hahaha ... kamu masih saja kesal dengan Aditya. Padahal dia sudah minta maaf sama kamu," ujar Maira.
"Iya sih ... tapi dia minta maaf karena kamu dan juga cara minta maafnya tidak tulus banget. Bayangin aja nih ( menghentikan langkahnya ) dia minta maaf dengan wajah datar seperti ini 'Maaf', bagaimana mau di maafin kalau minta maafnya seperti itu. Itu membuat emosiku semakin naik," ujar Qesya malah ngedumel.
Maira yang melihat hal itu merasa terkekeh. "Jadi setiap kali melihat wajah Aditya kamu selalu kesal?" tanya Maira.
"Selalu!"
"Lalu bagaimana sekarang?, kamu jadi sekretaris Aditya bahkan kalian satu ruangan," ujar Maira menatap temannya yang mengusap kasar wajahnya.
"Justru itu yang membuat kepalaku sekarang mau pecah, karena menahan kekesalan setiap detik dan setiap hembusan nafasku," ujar Qesya kusar.
Bukannya turun sedih melihat penderitaan temannya, malah Maira tertawa karena ekspresi wajah Qesya yang terlihat lucu. "Hahahaha ... kamu tuh ada-ada saja-" ujarnya terpotong karena deringan ponselnya.
Drttt.
"Tunggu sebentar," ujar Maira merongo tasnya.
"Mas Arhand?" ujarnya melihat nama Arhand di layar ponselnya.
Maira mengangkat telponnya. "Iya, hallo Mas," ujar Maira.
" ...."
"Iya, Mas," ujar Maira lalu menutup telponnya.
"Qesya aku masuk dulu ya. Nanti kita ketemu lagi," ujar Maira memasukkan kembali ponselnya.
Qesya tersenyum. "Ok . Bay," ujar Qesya.
"Bay," ujar Maira.
Maira masuk kedalam ruangan Arhand begitupun dengan Qesya masuk kedalam ruangan Aditya.
"Lama banget," ujar Aditya dingin menatap tajam Qesya.
"Maaf, Tuan. Tadi saya ketemu dengan Khumaira," ujar Qesya jujur.
"Nyonya Khumaira, ada di sini?" tanya Aditya.
"Iya, Tuan. Khumai-"
Belum selesai berucap Aditya langsung menyerga ucapan Qesya. "Panggil dia Nyonya selagi berada di kantor, karena dia adalah istri dari pemilik perusahaan ini. Dan di kantor ini tak ada hubungan yang boleh di tonjolkan. Paham," ujar Aditya tegas, sekaligus memberitahukan salah satu aturan di kantor.
"Baik, Tuan," ujar Qesya dengan tersenyum manis, namun berbeda dengan batinnya yang mengumpat habis Aditya. "Arrhh ... andai membunuh tak berdosa, akan kupastikan tubuhnya sudah kucincang-cincang. Dasar cowok tidak bertanggung jawab, dingin, datar, dan apa lagi yah?, Arrhh, yang jelas semua yang tidak bagus ada padanya."
"Kau mengumpatku?" tanya Aditya menatao Qesya yang berdiri mematung sambil menatapnya.
Qesya tersadar dan langsung mengelengkan kepalanya. "Hu?, Tidak, Tuan. Kopinya," ujarnya meletakkan kopi di meja kerja Aditya.
Di ruangan sebelah Maira berdiri mematung sambil meremas jari-jarinya, sedangkan Arhand hanya terus menatap istrinya tanpa mengatakan apapun.
...#continue ......
...Jangan lipa:...
...Vote....
...Like....
...Comments....
...Favorite....
...See you the next episode, Readers....
mudah"an mertua qesya dibukakan matanya biar bisa melihat kelakuan anaknya yang telah menyakiti qesya...
semoga qesya segera terbebas dari pesikopat Azlan.... semoga kamu bisa mendapatkan hukuman Azlan karena telah menyiksa qesya...
mudah"an mertua qesya dibukakan matanya biar bisa melihat kelakuan anaknya yang telah menyakiti qesya...
semoga qesya segera terbebas dari pesikopat Azlan.... semoga kamu bisa mendapatkan hukuman Azlan karena telah menyiksa qesya...
crazy up Thor
kepo nih sama qesya