Tidak ada gadis yang mau menikah dengan lelaki beristri, apalagi dalam keterpaksaan ibu tiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Arip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 Menanyakan
"Jadi kamu mengabaikan pesanku, dan sekarang saat kamu kesulitan baru datang padaku lagi?" tanya Daniel, merasa kecewa dengan sikap istrinya. Padahal berulang kali ia meminta maaf, tapi tak ada tanggapan sama sekali dari sang istri.
"Ya, karena aku kesal kepada kamu, tidak pernah mau mendukung keinginan seorang istri!" jawab Wulan, terlihat begitu gugup.
Daniel mendekat," sebagai seorang suami, pastinya akan mendukung keinginan istrinya, tapi jika mendukung hal seperti yang kamu inginkan sekarang. Kurasa aku tidak bisa, mengabulkan keinginan kamu. Aku juga ingin bahagia di atas pernikahan kita, punya seorang anak dari kamu, Aku tidak mau menyia-nyiakan umurku yang terus bertambah semakin tua."
Alenta mendekat dan berkata," apa yang dikatakan Daniel benar, semakin bertambah umur kalian akan semakin tua."
Wulan menundukkan wajah, ia kini tersentuh akan ucapan mertuanya, karena memang sekarang tak ada harapan lagi untuk Wulan.
Angga pergi meninggalkannya, dan ia juga harus sebisa mungkin menutupi perselingkuhannya.
"Aku akan pikirkan baik baik, oh ya. Apa benar kamu menikah lagi, Daniel?"
Pertanyaan Wulan, membuat Daniel menatap ke arah ibunya, dimana Alenta menganggukkaan kepala agar Daniel berkata jujur pada Wulan.
"Ya, karena .... "
Wulan tak percaya dengan kejujuran suaminya itu, ia menangis menjerit dan berkata." kenapa kamu lakukan itu Daniel?"
"Karena aku ingin memiliki seorang anak."
Deg ....
"Tapi bukan dengan cara seperti itu," ucap Wulan, merasa menyesal karena keegoisan yang tak bisa ia tahan.
"Dengan cara apa lagi, sudah lama kita menikah, tapi kamu terus menuruti egomu," balas Daniel, mengatakan hal yang sejujurnya dari mulutnya itu.
Daniel seakan enggan menatap ke arah sang istri, ia kini berkata," sudah terima saja. Ini sudah menjadi keputuskanku."
Melangkahkan kaki, kedua mata Wulan berkaca kaca terlihat ia begitu kecewa dengan keputusan suaminya. " Daniel."
Tak memperdulikan sang istri Daniel kini pergi menuju ke kamarnya, Alenta menahan tangan Wulan yang mengejar anaknya itu.
"Kamu mau kemana?" tanya Alenta.
"Lepaskan tanganmu itu bu, aku ingin berbicara dengan Daniel masalah pernikahannya," ucap Wulan berusaha menyingkirkan tangan Alenta yang memegang tangannya.
"Sudah cukup, percuma kamu menyuruh Daniel menceraikan istrinya itu, percuma. Semua sudah menjadi keputusan dia," balas Alenta, memberitahu sang menantu.
"Tapi, bu, " Wulan mencoba membantah, tapi sang ibu mertua berusaha menasehati.
"Jika kamu ingin, membuat Daniel jatuh kepelukanmu lagi, berubahlah. Jadi istri yang menurut," nasehat Alenta terlontar.
Wulan hanya bisa menahan amarahnya, berusaha tetap tenang, walau dalam kenyataanya hatinya begitu remuk.
Ia juga harus menyadari dirinya sendiri, untuk tidak menuntut sang suami. Karena Wulan juga sudah melakukan perselingkuhan yang tidak di ketahui Daniel sama sekali.
Alenta sebenarnya begitu menyayangi Wulan, namun karena sifat menantunya yang keras kepala dan susah di beri tahu, terkadang membuat Alenta kesal dan marah marah tak jelas kepada Wulan.
"Di dunia ini setiap rumah tangga pasti akan di terpa ujian, jadi hadapilah jika kamu ingin mempertahankan rumah tangga,jalani dengan cara baik jangan gegabah," nasehat kini terlontar kembali dari mulut Alenta.
Wanita tua itu pergi, ia tak bisa ikut campur akan masalah rumah tangga anaknya.
"Bu." Wulan memanggil wanita tua itu.
"Iya kenapa?" tanya Alenta membalikkan badan, memberikan senyuman pada menantunya.
"Terima kasih!" jawab Wulan, kepada mertuanya.
Baru kali ini Wulan mengatakan sebuah kata-kata yang tak pernah didengar oleh Alenta selama menikah dengan Daniel.
Sang ibu mertua menganggukan kepala, pergi dari hadapan menantunya. "Apa ini hukuman untukku?" tanya Wulan pada dirinya sendiri. "Mana mungkin di jama sekarang ini ada hukum karma."
Melangkahkan kaki yang terasa berat, Wulan mulai masuk ke dalam kamar tidurnya.
Daniel tengah membaringkan badanya, terlihat ia seperti kelelahan, karena pesta pernikahan yang sudah selesai.
Duduk di ujung ranjang tempat tidur. Daniel menatap ke arah sang istri," Wulan, maafkan aku. Mungkin dengan cari ini kamu bisa sadar. Jika saat ini keluarga lebih penting dari pada cita cita." Gumam hati Daniel.
Daniel tiba tiba bangun, ia memeluk sang istri. Menyadari hal itu, Wulan beranjak berdiri berusaha menhindar.
"Kenapa?"
"Maafkan aku Daniel, beri aku waktu untuk merubah diri dan bisa menerima pernikahan kamu."
"Mm, baiklah kalau begitu."
Wulan menghindar karena terpaksa, ia tak mau jika syal yang ia kenakan terbuka.
Takut jika nanti Daniel tahu akan tanda merah bekas cumbuan lelaki lain.
"Sementara ini aku akan tidur di kamar tamu, untuk menenangkan pikiran dan menerima semuanya," ucap Wulan, beranjak berdiri. Membuat Daniel menahan tangan istrinya itu.
"Wulan, aku berharap kamu bisa berubah, " balas Daniel, Wulan menundukkan pandangan. Berusaha tersenyum lebar di hadapan sang suami.
Wulan keluar dari kamarnya, ia terburu buru masuk ke kamar tamu.
Membaringkan badan, menarik syal. "Hah, sialan."
Mengacak rambut, sifat asli Wulan ia perlihatkan begitu saja.
"Daniel menyuruh aku berubah, mana bisa. Jelas jelas aku sakit hati."
Mengepalkan kedua tangan, ia tersenyum sinis." Mm, aku punya ide. "
Ketukan pintu terdengar, dimana Alenta memanggil Wulan," Wulan."
Wanita berbaju seksi itu, segera mengmbil syal untuk kembali menutupi leher.
"Bu, ada apa?"
"Ini, ibu bawakan kamu makanan, dimakan ya!"
"Kenapa ibu repot repot, Wulan kan bisa ambil sendiri."
"Tak apa, cepat makan ya."
"Iya. Bu. "
Pintu tertutup kembali, Wulan menyimpan makanan yang diberikan sang ibu mertua. Ia duduk kembali.
"Aku benar benar harus berubah karena dengan menjadi baik, Daniel pasti menceraikan wanita itu. Sepertinya akan ada persaingan. Aku pastikan akan menang."
********
Pagi hari, Wulan bangun dan terburu buru mandi. Ia berusaha menutupi bekas tanda merah pada leher dengan alat make-upnya.
"Sempurna. Tak terlihat."
Mencari sebuah baju yang terkesan sopan, saat itulan Wulan keluar dari dalam kamar.
Daniel menatap sang istri yang jauh berbeda dari biasanya. Karena semenjak Daniel menikah, ada perubahan dari diri Wulan.
Pakaiannya pun terkesan formal, setiap kali bertemu dengan ibu mertua, perkataannya selalu sopan.
Wulan terpaksa melakukan semua itu demi terlihat baik.
*******
Perubahan demi perubahan semakin diperlihatkan oleh Wulan, Daniel merasa terketuk pintu hatinya, setelah ia menikah, perubahan dari istrinya membuat perasaannya kembali lagi.
Di meja makan.
"Wulan, minggu ini aku akan pergi menemui Sarla."
Deg ....
Perkataan Daniel membuat Wulan terlihat gelisah, " apa tidak bisa kamu seminggu lagi di sini?" tanya Wulan pada sang suami.
"Maaf Wulan bukan aku tak mau, karena sebagai suami aku harus adil!" jawab Daniel, berusaha membuat Wulan mengerti akan perkataanya.
Wulan hanya menganggukan kepala, ia merasa jika dipoligami itu rasanya tak menyenangkan.
Terkadang ia juga menyadari akan kesalahanya sendiri. Saat berselingkuh dengan Angga, namun pikiran itu segera ia tepis, karena tak percaya akan adanya hukum karma di dunia.
"