( Zona Cinta Manis )
Midea Lestari harus menelan pil pahit ketika difitnah sudah menabrak seorang wanita yang tengah hamil besar hingga tewas. untuk menebus kesalahan yang bukan karena perbuatannya, ia harus mendekam di balik jeruji besi dan merelakan masa depannya.
Satu bulan mendekam dipenjara, akhirnya Dea dibebaskan karena keluarga korban membayar jaminan untuknya. sebagai gantinya Dea terpaksa menikah dengan Shady Hutama, duda tampan yang istrinya tewas dalam kecelakaan itu. Dea menjadi ibu pengganti untuk putri Shady yang bernama Naura.
Bagaimana lika liku kehidupan rumah tangga Shady dan Dea? Apakah Dea bisa meruntuhkan kerasnya hati Shady yang selalu menaruh dendam padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pinkanmiliar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26 - Egoisnya Seorang Shady
Setelah berpikir panjang, akhirnya Shady memutuskan untuk mengikuti saran ibu dan adiknya, yaitu menemui Dea secara langsung ke kampung halamannya. Dan disinilah Shady sekarang.
Di depan sebuah rumah sederhana dengan halaman yang cukup luas, Shady turun dari mobil dan berdiri di depan rumah itu. Setelah menghubungi Roni jika dirinya akan mengambil cuti selama satu minggu, Shady langsung menuju ke kampung halaman Dea. Shady harus berhasil membujuk Dea untuk kembali ke rumah keluarga Hutama dan menjadi ibu sambung Naura.
Shady merapikan penampilannya sebelum mengetuk pintu. Ia ingin tampil sempurna di depan Dea dan keluarganya.
Begitu pintu terbuka, terlihat ayah Dea berdiri di ambang pintu dengan wajah terkejut.
"Tuan Shady?"
Shady mengulas senyumnya ramah. "Hai, Pak. Maaf jika saya mengganggu. Saya ... sedang ada urusan bisnis disini, jadi saya sekalian mampir kemari."
Dengan senang hati Karsa mempersilakan Shady masuk ke dalam rumah.
"Silakan masuk, Tuan Shady. Maaf jika keadaan rumah sedang sepi. Istri saya sedang di pasar, dan anak-anak juga sekolah."
Shady mengangguk paham. "Lalu, Dea?"
"Oh, Dea sekarang mengajar di sekolah desa ini. Sepertinya sebentar lagi jam mengajarnya selesai."
Tak ingin menunggu lama, Shady berpamitan pada Karsa untuk menemui Dea di tempatnya mengajar. Shady meminjam motor milik Karsa.
Saat hampir tiba di depan bangunan sekolah, Shady melihat sosok Dea yang sedang mengantar murid-muridnya yang akan pulang sekolah. Shady tidak menyangka jika kini Dwa tumbuh menjadi wanita yang menakjubkan.
Shady tidak menyangka jika gadis yang dinikahinya dua tahun lalu kini telah menjelma menjadi gadis yang mempesona. Mata Shady tak berkedip ketika menatap Dea dari jarak yang tidak terlalu jauh.
Shady bahkan melihat betapa Dea sangat menyayangi murid-muridnya itu.
"Dia memang memiliki hati seperti malaikat," gumam Shady.
Ketika semua murid telah pulang, Shady berniat menghampiri Dea yang akan melangkah masuk kembali ke gedung sekolah. Namun Shady di dahului oleh seorang pria yang turun dari mobil berwarna hitam itu.
Pria itu nampak akrab dengan Dea. Dan Dea juga memanggil pria itu dengan sebutan 'mas'. Panggilan yang bagi Shady sangatlah istimewa. Shady mengepalkan tangannya tak suka dengan kedekatan Dea dan pria muda itu.
Tak lama setelah berbincang, Dea pergi bersama dengan pria itu mengendarai mobilnya. Shady segera menyalakan sepeda motor yang dipinjamnya dan mengikuti mobil si pria muda yang tak lain adalah Arshad.
Arshad mengantar Dea pulang ke rumahnya. Dea turun dari mobil dan tersenyum manis. Hal itu membuat Shady kehilangan akal. Ia tak terima jika Dea harus tersenyum pada pria lain.
"Dea!" Suara Shady membuat Dea dan Arshad menoleh kearahnya.
Dea amat terkejut melihat kehadiran Shady di rumahnya.
"Mas Shady?" gumam Dea dengan wajah bingung.
Shady menatap Arshad dengan tatapan tak suka. "Jadi, ini yang kau lakukan setelah kau pergi dari rumahku?" sinis Shady.
Dea menatap Shady tak percaya dengan apa yang dikatakannya.
"Apa maksud Mas?" tanya Dea.
"Siapa dia?" tanya Shady balik menunjuk Arshad dengan dagunya.
Arshad sendiri tak mau ambil pusing dengan kehadiran Shady. Ponsel Arshad bergetar dan itu panggilan dari klinik desa.
"Dea, aku harus pergi. Ada panggilan dari klinik," ucap Arshad.
"Iya, Mas. Sekali lagi terima kasih karena sudah mengantarku." Dea mengulas senyum mengantar Arshad hingga dokter muda itu menghilang dari pandangannya.
Dea menghampiri Shady yang masih betah menatapnya sinis.
"Apa yang Mas lakukan disini?" tanya Dea sekali lagi.
"Aku? Aku ingin menemuimu."
Dea mengangguk.
"Aku ingin menjemputmu kembali ke rumah Hutama." Shady tak suka berbasa basi. Apalagi setelah melihat Dea berdekatan dengan pria lain.
"Apa? Kembali ke rumah Hutama? Tapi untuk apa? Aku sudah tidak punya urusan lagi dengan keluarga Mas!" tegas Dea.
"Tentu saja ada. Naura membutuhkanmu sebagai ibu sambungnya disana. Dia terus mencarimu." Entah kenapa nada bicara Shady mulai meninggi.
Dea menatap Shady tak percaya. "Jadi, ini semua karena Naura?"
"Iya! Naura membutuhkanmu sebagai ibunya!"
"Jadi Mas memintaku kembali hanya untuk Naura?" Tadinya Dea sudah senang karena kedatangan Shady, tapi setelah mendengar alasan Shady hanya untuk Naura, Dea rasa ia tidak bisa bicara lagi dengan Shady.
"Maaf, Mas. Aku sudah melaksanakan semua yang tertera di kontrak selama dua tahun ini. Dan aku sudah tidak memiliki urusan lagi denganmu ataupun keluargamu. Jadi, sebaiknya Mas pergi dari sini."
Dea melenggang pergi dari hadapan Shady. Namun pria itu mencekal lengan Dea.
"Kita belum selesai bicara!" Mata Shady menyiratkan sebuah amarah yang tertahan.
"Lepaskan! Tidak ada lagi yang harus kita bicarakan! Jika Mas datang kesini hanya untuk membawaku kembali sebagai ibu pengganti untuk Naura, maka aku tidak mau!" Dea menjawab dengan mata berkaca-kaca. Hatinya terlalu sakit karena Shady masih tidak menganggapnya ada.
"Kau harus mau, Dea! Karena kau masih sah menjadi istriku! Kau adalah istriku!" seru Shady.
"A-apa?!" Dea tertegun.
"Aku tidak pernah mengajukan perceraian pernikahan kita. Jadi, kau masih sah sebagai istriku! Dan sebagai seorang istri harusnya kau tidak berduaan dengan pria lain tanpa sepengetahuan suamimu!" teriak Shady meluapkan semua emosinya.
Tiba-tiba terdengar suara berisik dari dalam rumah. Dea segera masuk kedalam rumah dan melihat ayahnya memecahkan gelas yang sedang dipegangnya.
"Bapak!" pekik Dea.
"A-apa? Istri? Jadi kamu sudah menikah, Nak? Kenapa kamu tidak memberitahu kami? Kenapa kamu menikah tanpa restu dari orang tuamu?" Karsa terjatuh ke lantai dengan memegangi dada sebelah kirinya.
"Bapak!" Dea makin panik karena serangan jantung Karsa kembali kambuh.
Dengan cepat Shady membantu Dea untuk membawa Karsa ke rumah sakit. Shady mengantarkan mereka ke rumah sakit terdekat.
Air mata Dea tak bisa lagi dibendung ketika melihat ayahnya tak sadarkan diri dibawa masuk ke ruang IGD. Dea menghubungi sang ibu yang masih berada di pasar.
Dengan menangis terisak Dea memberitahu sang ibu yang tentunya juga sangat syok mendengar sang suami jatuh pingsan. Dea menatap Shady tajam usai bicara dengan ibunya.
"Jika terjadi sesuatu dengan bapak, maka aku tidak akan pernah memaafkanmu, Mas! Aku tidak akan pernah memaafkanmu!" teriak Dea tepat di depan wajah Shady.
Dea beringsut duduk di bangku tunggu ruang IGD. Tangisnya pecah sejadi-jadinya membayangkan jika terjadi sesuatu dengan sang ayah.
Sementara Shady kini merasa sangat bersalah dengan apa yang menimpa ayah Dea. Shady mengusap wajahnya kasar. Entah kenapa bibirnya kelu untuk mengucapkan jika dirinya juga membutuhkan Dea, bukan hanya Naura. Ego Shady terlalu tinggi untuk mengakui perasaannya. Dan kini ia malah menyakiti hati gadis yang sangat ia sayangi itu.
"Maafkan aku, Dea. Maafkan aku yang hanya bisa membuatmu bersedih." Shady menatap Dea penuh penyesalan. Ingin rasanya ia duduk di dekat Dea dan memeluknya. Tapi sepertinya gadis itu malah akan semakin membencinya jika ia melakukan itu.
dan yg mengirim bunga ke makam nola adalah rasya.
ceritanya bagus