Bisa menjalani sebuah pernikahan yang bahagia, mungkin adalah dambaan bagi setiap wanita yang ada di dunia ini. Namun apalah jadinya nasib dari sebuah pernikahan itu apabila sang suami sudah tak mempercayai istrinya?...
Maura Vinaya, seorang gadis yatim piatu yang berparas cantik. Sungguh memilukan nasib yang harus diterimanya. Di malam pertamanya, sang suami malah menuduhnya dengan tuduhan yang begitu sangat melukai hati dan juga harga dirinya.
Entah apa yang terjadi, laki - laki yang masih belum genap satu hari resmi menikahinya itu, malah dengan begitu teganya menuduh jika dirinya sudah tak suci lagi.
Sungguh memang nasib, akibat dari kesalahpahaman itu, membuat dirinya dan juga sang suami menjadi harus berpisah.
Namun sungguh sayang seribu kali sayang, disaat dirinya dan sang suami telah berpisah, dirinya malah dinodai oleh mantan suaminya sendiri.
Hingga dari kejadian yang begitu memilukan itu, telah mampu menghadirkan adanya malaikat kecil di dalam rahimnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yayuk Handayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Inin Beltemu Ayah
Selamat Membaca
🌿🌿🌿🌿🌿
Begitu masih sangat kecil namun sudah dibiasakan dan memiliki kebiasaan yang baik. Itulah yang biasa dan sering seorang bocah kecil yang tak lain adalah Junior ketika memasuki waktu malam hari.
Untuk anak seusia Junior namun sudah memiliki kebiasaan untuk taat beribadah dalam menggapai ridho sang Pencipta adalah hal yang sangat luar biasa, pasalnya tak semua anak kecil bahkan belum tentu semua anak kecil bisa melakukan seperti apa yang dilakukan Junior.
Sudah menjadi kebiasaan si kecil Junior setelah usai melakukan kewajiban isya' nya belajar membaca kitab sucinya dengan bimbingan dari sang ibu Maura.
Mungkin karena dari semenjak bayi Junior sering dilatih dan diajak belajar untuk hal - hal yang dapat mendekatkan diri pada Tuhan, sehingga tidak sulit baginya jika harus melakukan hal yang sifatnya seperti itu.
Semenjak Junior masih berusia tiga bulan, semenjak itu pula Maura dan juga semua sahabatnya tak tinggal di apartemen pribadi Reyhan.
Reyhan telah menyediakan rumah untuk mereka agar tinggal lebih nyaman. Selain karena tinggal di sebuah rumah menjadi lebih nyaman, juga membuat si Audi bisa kembali mengembangkan usahanya, yaitu usaha kuenya.
Malam ini kegiatan membaca kitab suci pun telah usai dilakukan, peci mungil yang sempat dipasang hingga terlihat bertengger dengan begitu anggun di kepalanya telah Junior letakkan kembali di tempatnya.
Junior melangkah mendekati bundanya sebelum akhirnya bocah kecil itu duduk di pangkuan bundanya.
Cup...
" Anak bunda pintar sekali mengajinya, dari hari ke hari semakin ada kemajuan saja, bunda bangga sekali padamu sayang ". Seru Maura lembut dengan memeluk tubuh mungil Junior.
Si kecil Junior hanya diam bersandar dengan tanggapan dari bundanya, Junior tak menyahut tak seperti biasanya.
" Sayang, Junior, kok Junior diam sayang?, memangnya Junior tidak merasa senang karena ngajinya tadi sangat bagus, Junior tadi ngajinya sangat bagus loh sayang ". Maura berbicara dengan mengusap kepala mungil putranya.
Namun sayangnya si kecil Junior hanya bersikap biasa saja, bocah kecil itu masih diam dengan kepalanya yang masih bersandar di dada bundanya.
Tak seperti biasanya, jika mendapatkan pujian dari bundanya biasanya si kecil Junior akan merasa sangat senang, bahkan Junior menjadi akan lebih bersemangat lagi jika di esok hari masih harus mengaji.
Jujur saja Maura cukup terheran dengan sikap putranya kali ini. Ini adalah kali pertama putranya bersikap tak merespon seperti ini setelah mendapatkan pujian darinya.
Apa yang sebenarnya terjadi pada putranya, mengapa jadi pendiam seperti ini, mungkinkah jika dirinya salah dalam berbicara, atau mungkin putranya menjadi seperti ini karena dirinya tak pernah memberikan hadiah atas perkembangan putranya.
" Junior, anak bunda, Junior ingin hadiah dari bunda, Junior mau kalau bunda memberikan hadiah hum? ". Tanya Maura, Maura ingin melihat bagaimana reaksi putranya.
Dan benar saja, si kecil Junior langsung menengadahkan pandangannya pada bundanya. Ini adalah kesempatan bagi dirinya meminta hadiah itu jika memang benar bundanya akan memberikannya hadiah.
" Apa itu benal bunda?, bunda benal mau beli Niol hadiah? ". Tanya Junior.
" Huum, iya sayang, bunda akan memberikan Junior hadiah karena memang sudah seharusnya Junior mendapatkan hadiah karena Junior sudah berprestasi ". Sahut Maura dengan mengangguk pasti.
" Apa bunda dandi? ". Junior ingin kepastian yang nyata dari apa yang akan dijanjikan oleh bundanya ini.
" Iya sayang bunda janji ". Sahut Maura dengan tersenyum penuh kepastian.
Junior pun langsung tersenyum berbinar senang kala mendengar apa yang dikatakan oleh bundanya. Ini adalah momen yang sangat tepat untuk mengeluarkan permintaannya.
" Bunda, talo beditu Niol mau minta hadiah cama bunda, Niol inin beltemu ayah, boleh ya bunda? ". Ungkap Junior pada akhirnya.
Seketika itu tubuh Maura langsung seolah membeku. Maura begitu sangat tertegun dengan permintaan yang diinginkan oleh putranya.
" Dandi ya bunda?, Niol inin beltemu ayah bunda, bunda halus tepati dandina ya? ". Sungguh Junior sangat mengharapkan jika bundanya benar akan menepati janjinya.
Bagaimana ini, mengapa putranya meminta hadiah seperti ini, ini adalah hadiah yang sangat sulit bahkan sangat tidak mungkin untuk dirinya berikan.
" Sayang, Junior, ayahmu kan sedang bekerja sayang, ayahnya Junior sedang bekerja untuk mendapatkan uang yang banyak, jadi... sepertinya tidak mungkin bunda memberikan hadiah itu sayang, karena... ayahnya Junior memang sangat sibuk ".
" Celalu cada beditu, ayah Niol celalu cibuk, tapan ayah mau pulan bunda?, teman Niol yan lain celalu ada ayahna tapi Niol dak puna ayah ".
Bagai tertikam sebuah belati yang sangat tajam. Apa yang diluapkan oleh putranya Junior begitu sangat menusuk relung hatinya. Kalimat putranya ini sungguh sangat menyakitkan.
Hati Maura begitu sangat sakit bukan karena putranya yang masih begitu terlalu kecil untuk meluapkan perasaannya, namun yang membuat hatinya sakit adalah karena selama ini putranya begitu merasa berbeda dengan temannya yang lainnya hanya karena tidak adanya seorang ayah di dalam hidupnya.
Apa yang harus dirinya lakukan, putranya Junior begitu sangat ingin bertemu dengan ayahnya. Bagaimana mungkin Junior ingin bertemu dengan ayahnya, sementara ayahnya yang ingin dirinya temui itu tak pernah mengetahui akan keberadaannya di dunia ini.
" Dimana bunda?, bunda dadi tacik hadiahna cama Niol?, Niol mauna hadiah ayah halus pulan bunda ". Bahkan Junior berani menatap bundanya dengan tatapan yang mengisyaratkan jika bundanya memang harus memenuhi apa yang diinginkannya.
Maura bingung harus menjawab bagaimana, karena jawaban yang sama pun sudah terlalu sering dirinya berikan kala putranya menanyakan tentang perihal ayahnya.
Sungguh hati Maura tak sanggup dengan keadaan ini. Ingin rasanya dirinya bisa menangis saat ini juga, namun itu sangat tak mungkin karena akan melukai hati putranya.
Andai putranya mengetahui bagaimana cara ia bisa hadir di dunia ini, mungkinkah putranya ini masih memiliki keinginan untuk bertemu dengan ayahnya, atau mungkin sebaliknya, putranya akan sangat membenci ayahnya.
Tok... tok... tok...
Ceklek...
Nampak Tania pun telah membuka pintu kamarnya.
" Junior, ayo nonton tv, itu kartun kesukaan mu sudah tayang, sayang sekali loh jika dilewatkan ". Seru Tania dengan mendekati keponakannya.
" Uti cada yan nonton, Niol malac mau nonton dak mood ". Sahut Junior yang menolak ajakan aunty Tania nya.
" Sangat disayangkan sekali, padahal kartunnya tayang dengan episode yang baru loh, dan kalau Junior bisa memberikan penilaian yang baik sama tayangannya, besok aunty mau ajak Junior pergi ke mall, tapi karena Junior tidak mau ya sudah tidak apa - apa, biar aunty dan aunty Audi saja yang menonton kartunnya ". Sahut Tania lalu dengan gayanya yang ingin memancing reaksi si kecil Junior, Tania mulai beranjak dari posisinya.
" Tundu uti, tundu ". Dan benar saja si kecil Junior langsung beranjak dari pangkuan bundanya dan mencoba menahan aunty nya.
" Iya uti Niol mau lihat taltunna ". Putus Junior pada akhirnya.
" Nah begitu dong kan bagus, ayo kita tonton kartunnya sekarang ". Ajak Tania.
Junior kembali melihat ke arah bundanya, bocah kecil itu seolah memberikan isyarat agar bundanya mau membiarkannya menonton kartun.
" Iya, tonton lah sayang, tapi kalau tayangan kartunnya sudah selesai Junior harus segera kembali ke kamar ya ". Sahut Maura yang mengizinkannya.
" Iya bunda ". Sahut Junior.
Dengan digandeng oleh sang aunty, Junior bocah kecil yang masih berusia tiga tahun lebih beberapa bulan itu melangkah bersama dengan aunty Tania nya untuk menonton kartun kesukaannya.
Maura yang menyaksikan bagaimana sikap putranya malam ini hanya bisa tersenyum dengan kesedihan di hatinya. Harus sampai kapan ini akan terjadi. Sekarang putranya memang masih sangat kecil dan alasan yang tidak masuk akal sekalipun masih bisa dirinya berikan kala putranya menanyakan tentang ayahnya, tapi bagaimana jika putranya sudah besar nanti, pasti jawaban yang sama sudah tak akan bisa putranya terima lagi.
" Maafkan bunda nak, bunda tidak tahu harus bagaimana? ". Batin Maura.
*****
Sepasang pria sedang saling melangkah bersama dengan sang asisten yang sebagai sosok yang mengekorinya di belakangnya.
Setelah melakukan perjalanan dengan menaiki pesawat, akhirnya malam hari ini keduanya telah tiba di salah satu bandara yang ada di singaporee sebelum akhirnya memutuskan untuk menginap di salah satu hotel mewah yang ada di negera ini.
Dengan di dampingi oleh sang asisten, Rendra melangkah menuju ke kamar yang sudah di pesannya.
" Tuan ". Seru sang asisten Firman.
" Ada apa? ". Sahut Rendra.
" Tuan datang ke negeri ini sampai membawa koper yang agak besar, apakah tuan berencana untuk tinggal lama di sini? ". Tanya Firman.
" Dua minggu, aku akan tinggal di sini selama dua minggu ". Sahut Rendra.
" Dua minggu tuan?, apa saya tidak salah mendengar tuan? ". Firman sangat khawatir jika terlalu lama berada di negeri orang.
Jika bukan karena dirinya sudah memiliki seorang istri dan juga anak, tidak mungkin dirinya merasa sekhawatir ini.
" Tenanglah, kamu di sini hanya tiga hari, setelah dalam tiga hari urusan pekerjaan mu di sini selesai, kamu boleh kembali lebih dulu ke tanah air ". Sahut Rendra.
Firman yang mendengarnya pun cukup merasa lega. Baguslah jika dirinya tidak lama di sini, dirinya kira tuan Rendra nya tak mengerti akan keadaannya yang sebagai seorang suami dan juga seorang ayah, ternyata tidak, tuan Rendra nya sangat mengerti akan hal itu.
Hingga pada akhirnya, mereka pun telah sampai di depan pintu kamar Rendra.
Ceklek...
" Kenapa kamu masih berdiri di sini Fir, sanalah masuk ke kamarmu sendiri ". Ujar Rendra sebelum dirinya benar masuk ke kamarnya.
" Baik tuan ". Sahut sang asisten Firman sebelum akhirnya melangkah ke kamar yang ada di sebelah kamar tuan Rendra nya.
" Tunggu dulu Fir ". Tahan Rendra.
" Iya tuan ada apa? ".
" Kamu tidak lupa dengan besok kan sebelum kita memulai bekerja? ".
" Iya tuan saya tidak lupa, besok tuan ingin mendatangi mall nya tuan Zain kan? ". Sahut Firman.
" Bagus jika kamu mengingatnya ". Sahut Rendra.
Lantas Rendra pun langsung masuk ke kamarnya dan menutup pintunya.
" Haah... dasar tuan Rendra, aku kira apa yang ingin dipastikan, ternyata yang ingin dipastikan hanya karena ingin pergi ke mall nya tuan Zain, tuan - tuan ". Gumam Firman dengan menggeleng tak percaya pada tuannya.
➖
Di dalam kamarnya Rendra langsung menelentangkan tubuh besarnya. Rasanya begitu sangat nyaman bisa seperti ini. Setidaknya dengan dirinya berada di negara orang meski hanya beberapa waktu saja, setidaknya cara ini bisa membuatnya sedikit terhindar dari cecaran kedua orang tuanya.
Ya, selain untuk urusan pekerjaan, yang membuat Rendra berkeinginan untuk tinggal di negeri ini selama dua minggu adalah memang untuk menenangkan dirinya meski itu hanya sebentar saja.
Selalu disalahkan oleh orang tuanya lantaran tak kunjung menemukan istrinya Maura itulah yang menjadi penyebab dirinya ingin menenangkan diri di tempat ini.
Untuk sementara biarkan saja dulu orang-orang kepercayaannya lah yang bekerja, sedangkan dirinya cukup memantau dari jarak jauh.
Dengan pandangannya yang masih menatap pada langit-langit kamar hotelnya, Rendra teringat akan istrinya Maura.
Hanya satu hal yang dirinya rasakan saat ini, yaitu merindukan istrinya Maura.
" Aku sangat merindukanmu sayang, sangat merindukanmu, maafkan aku ". Batin Rendra.
Bersambung..........
🙏🙏🙏🙏🙏
❤❤❤❤❤