Sekuel dari "Anak Tersembunyi Sang Kapten"
Ikuti saya di WA 089520229628
FB Nasir Tupar
Setelah beberapa kali mendapat tugas di luar negara, Sakala akhirnya kembali pulang ke pangkuan ibu pertiwi.
Kemudian Sakala menjalin kasih dengan seorang perempuan yang berprofesi sebagai Bidan.
Hubungan keduanya telah direstui. Namun, saat acara pernikahan itu akan digelar, pihak perempuan tidak datang. Sakala kecewa, kenapa sang kekasih tidak datang, sementara ijab kabul yang seharusnya digelar, sudah lewat beberapa jam. Penghulu terpaksa harus segera pamit, karena akan menikahkan di tempat lain.
Apa sebenarnya yang menyebabkan kekasih Sakala tidak datang saat ijab kabul akan digelar? Dan kenapa kekasih Sakala sama sekali tidak memberi kabar? Apa sebenarnya yang terjadi?
Setelah kecewa, apakah Sakala akan kembali pada sang kekasih, atau menemukan tambatan hati lain?
Nantikan kisahnya di "Pengobat Luka Hati Sang Letnan".
Jangan lupa like, komen dan Vote juga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 Pelaminan Impian Yang Musnah
Dallas segera mengumpulkan bukti atas perbuatan tidak menyenangkan Seira terhadap Sakala dan keluarganya. Untung saja bukti vidio dan foto-foto saat fitting baju maupun chatan antara Saka dan Seira mengenai pernikahan, masih tersimpan rapi, sehingga Dallas tidak susah payah lagi mencari bukti lain.
Bukti itu akan segera dia serahkan ke Dewan Kehormatan Tenaga Kesehatan, dengan laporan itu Dallas yakin, Seira akan mendapatkan sangsi. Sangsi paling parah diantaranya dipecat dari ketenaga kesehatan karena telah melakukan tindakan yang tidak menyenangkan terhadap orang lain.
Sangsi itu jelas berat, sebab Seira tidak bisa lagi menjalankan profesinya sebagai nakes dalam hal ini Bidan di manapun atau dalam kesempatan apapun.
"Ini tidak sebanding dengan harga diri yang telah kamu injak Seira. Tapi, setidaknya kamu akan mendapat sangsi dari masyarakat selain sangsi dari kedinasanmu." Dallas mengepalkan tangannya kuat di atas amplop yang berisi bukti-bukti perbuatan tidak menyenangkan Seira terhadap keluarganya.
Bukti itu akan segera ia serahkan pada pihak Puskesmas tempat di mana Seira berdinas.
***
Di tempat yang berbeda, di sebuah pantai yang indah. Seira tengah menikmati liburan bersama keluarga besar kekasihnya dan beberapa teman dekatnya. Raut wajahnya bahagia dan ceria. Terlihat sebuah kehangatan dari keluarga kekasihnya maupun dari sang kekasih.
"Kita bisa merencanakan bulan mau di villa ini, viewnya juga bagus. Lihatlah Sayang, di sana ada pemandangan indah dan menarik," tunjuk Sandi pada pemandangan yang menjadi latar villa yang kini ditempatinya. Pantai yang indah.
Seira mengarahkan pandangannya ke arah pantai, pasirnya putih dengan ombaknya yang tenang. Jelas dia begitu takjub, sebab Seira memang menyukai pantai.
"Aku sangat menyukainya. Aku setuju, bulan madu kita nanti di sini. Kita tidak perlu jauh ke luar negeri atau ke Bali," ujarnya bahagia.
"Iya, Sayang. Ayo, sebaiknya kita turun. Mama, Papa dan kedua adikku sudah menyiapkan pesta barbeque." Sandi meraih lengan Seira kemudian menariknya untuk menuruni villa.
"Tidak, aku masih ingin di sini, menikmati indahnya pantai dari atas," kelitnya seraya merentangkan kedua tangan dengan kepala mendongak serta bibir tersenyum. Seolah-olah menandakan Seira benar-benar menikmati keindahan pantai di depannya itu.
"Baiklah, nona cantik harus turun apabila pesta barbeque dimulai," ujar Sandi mengusap bahu Seira dan memilih membiarkan sang kekasih menikmati keindahan pantai yang benar-benar indah.
Setelah Sandi pergi, Seira tersenyum lega. Ia merogoh ponsel dari saku roknya, lalu menghubungi seseorang.
"Halo Tante, semua sudah berjalan sesuai rencana. Tentu saja mereka akan mendapatkan malu dari para tamu undangan. Dan lagi, mereka akan rugi besar, karena kehilangan uang yang banyak. Aku senang bisa membantu Tante dalam membalaskan rasa sakit hati yang pernah papanya lakukan pada Tante." Seira mengakhiri panggilan pada seseorang yang disebutnya tante.
Dia kembali tersenyum dengan puas, dan bangga.
"Sei, kamu di sini rupanya? Ayolah, kita turun. Pesta barbeque akan segera dimulai," tarik Senia sahabat sekaligus adik dari Sandi. Mereka berjalan beriringan menuruni tangga kayu villa itu.
"Kamu pasti senang berada di sini, kalian juga merencanakan bulan madu di sini, tahun depan, kan?"
"Tentu saja. Aku lebih memilih di villa ini, aku juga bisa main di pantai dengan pasir-pasir itu," balas Seira bahagia. Bahwasanya pernikahannya yang akan digelar tahun depan akan seindah bayangannya dan bulan madu impiannya memang suasana pantai seperti ini.
Tentu saja Seira bahagia, sebab hubungannya dengan Sandi yang sudah kurang lebih empat tahun itu akan segera terwujud. Sungguh pasangan serasi, Sandi yang merupakan dokter bedah, sementara Seira merupakan seorang Bidan. Walaupun berbeda tempat dinas, mereka selalu menyempatkan liburan bersama.
Sementara kedua orang tua Sandi, merupakan pemilik sebuah rumah sakit swasta di kota Bandung. Andai mereka berjodoh, sungguh serasi.
Berbeda dengan kedua orang tua Seira yang berorientasi di bidang pendidikan. Dista dan Anggara sama-sama Dosen. Masing-masing merupakan Dosen pengampu di PTN ternama di kota Bandung. Meskipun kedua orang tua Sandi dan Seira berbeda profesi, akan tetapi keluarga kedua belah pihak sudah sama-sama klop menyetujui hubungan anak-anaknya.
Dringgggg
Tiba-tiba ponsel Senia berdering. Dia tentu akan mengabaikan panggilan itu jika acara barbeque akan segera dimulai. Akan tetapi dering panggilan itu seakan tidak sabar untuk diangkat dan disahutnya.
"Aduhhh, siapa sih? Tidak tahu orang lagi liburan," gerutunya sembari meraih ponselnya di saku.
Sebuah nama tertera di sana, Amara sahabat sejak SMP nya menghubungi. "Amara. Ada apa gerangan? Amara ganggu saja, bukannya dia bilang sedang di konangan salah satu teman kekasihnya. Pasti si Mara mau pamer makanan enak. Padahal di sini makanan yang akan kami buat malah lebih enak dibanding makanan di kondangan," dumel Senia sembari senyum-senyum iseng.
"Sen, buruannnn," teriak Seira yang kini sudah jauh berada di bawah.
"Ok, aku segera turunnn," balasnya sembari meletakkan kembali ponselnya ke dalam saku celana, tidak lupa ia rubah menjadi mode silent agar saat acara barbeque nanti, ponselnya tidak berisik.
"Kalian ini, kalau sudah berdua, lupa dengan kita," protes wanita paruh baya yang tidak lain mamanya Senia.
Seira dan Senia ikut bergabung dalam acara barbeque yang kini sudah dimulai. Asap dari pembakaran arang mulai membumbung tinggi, diiringi harum barbeque panggang yang menggugah selera.
***
Jauh di tempat berbeda, Amara merasa kesal dengan panggilannya yang tidak dihiraukan oleh salah satu sahabatnya. "Ya ampun, ke mana Senia, tumben banget dia tidak cepat-cepat angkat panggilan aku. Huhhh, dasar licik. Giliran dia menghubungi, aku juga harus segera angkat. Tapi, giliran aku yang menghubungi pasti lama, alasannya sedang kumpul keluarga." Amara ngedumel saat panggilannya hanya diabaikan sahabatnya.
"Gimana, apakah panggilannya diangkat?" tanya Arka penasaran.
"Tidak. Senia pasti sedang kumpul keluarga. Dia kalau sudah menerima panggilan, pasti sedang kumpul dengan keluarga besarnya. Biar saja, nanti atau besok saja aku hubungi lagi," ujar Amara seraya menyimpan kembali Hp nya di dalam tas.
"Sayang, share saja kartu undangannya. Lalu tanyakan apakah nama Seira di dalam kartu undangan itu sama persis dengan kekasih kakak temanmu itu?" usul Arka.
Amara menyetujui, setelah pulang dari gedung yang menjadi saksi bisu gagalnya pernikahan Sakala dan Seira, Amara akan mengirimkan kartu undangan itu.
"Ayo, sebaiknya kita hampiri Sakala. Dia masih butuh kita." Arka meraih lengan Amara menghampiri Sakala yang kini sedang menatap pelaminan yang tadinya akan dia gunakan sebagai singgasana raja dan ratu sehari miliknya.
Di samping Sakala, masih ada Maslahat, rekan sekaligus senior yang selalu menguatkan disaat Sakala sedih.
Pelamin indah nan megah itu, kini tidak ada gunanya lagi. Sakala meraih satu untaian bunga lalu menariknya dan meremas sampai bunga itu tidak berbentuk. Kepalan tangannya membulat penuh, di sana terlihat luka lebam bekas tinju yang ia timpakan ke tembok.
"Seira, kamu pasti akan mendapatkan balasannya," ucapnya di dalam hati.
kalo bikin cerita ga pernah gagal....ga banyak konflik yg berat dan ga monoton jg ceritanya..... pokoknya author the best laaah❤️