Menceritakan tentang seorang gadis yang anggun dan lemah lembut, namun semenjak jiwa nya digantikan berubah menjadi kejam jika ada yang mengusiknya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nrsl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Papa Rama dengan Aiden kini tengah duduk di sofa yang berada dalam ruang kerja milik papa Rama. Mereka tengah membahas kejadian yang telah menimpa Cia.
Papa Rama membuka obrolan dengan berdehem.
"hmm"
"Aiden sebenarnya apa yang terjadi?" tanya papa Rama, matanya menatap Aiden berharap penjelasan dari Aiden.
Aiden menatap papa Rama dengan wajah datarnya.
"Awalnya, Cruel ingin menghabisi Maxwell malam ini. Namun, Maxwell berhasil melarikan diri dan menyuruh anak buahnya untuk membawa Cia ke gudang terbengkalai yang ada di pinggiran kota J"
"Kau tau tuan, Ada hal yang mungkin bisa membuat anda terkejut" ucap Aiden yang masih dengan wajah datarnya.
Papa Rama mengernyitkan dahinya.
"Hal apa Aiden?" Tanya papa Rama penasaran.
Aiden tersenyum menyeringai, auranya sungguh sangat dingin. Lalu ia memberikan handphonenya ke papa Rama dan memutar rekaman cctv yang ada di gudang tersebut.
Ya Aiden memang sempat menyuruh Cruel untuk memasang cctv di beberapa tempat termasuk di gudang tersebut. Tujuannya jika Cruel memiliki misi pengiriman senjata api bisa berjalan dengan baik.
Flashback on
Saat Aiden dalam perjalanan menuju gudang, ia menyuruh Bima untuk mengecek cctv yang ada di sana.
Ting
Handphone Aiden menyala, terlihat ada pesan dari Bima. Aiden pun membuka pesan tersebut dan melihat video yang di kirim Bima.
Ckittttt
Aiden mengerem mobilnya secara mendadak, beruntung dia sudah hampir sampai di gudang, dimana jarang ada kendaraan yang melewati tempat itu.
Aiden tersenyum melihat video tersebut, Cia nya sungguh sangat mempesona ketika tengah memukul dan menembak.
Aiden mengernyitkan dahinya, saat Cia menyuntikan sesuatu ke tangan Maxwell .
"Racun"
"Kamu memang luar biasa sayang” ucap Aiden dengan tersenyum. sungguh Aiden sudah terjatuh sedalam-dalamnya pada pesona Cia.
"Cia, aku tidak akan melepaskan mu, kamu hanya miliku” ucap Aiden dengan tersenyum.
Aiden mendatarkan kembali wajahnya saat melihat Cia memegangi kepalanya seperti sedang kesakitan. la langsung membuka pintu mobil dan berlari dengan cepat untuk segera menolongnya.
Braak
Flashback off
Papa Rama menatap kagum pada video yang diberikan Aiden, ia benar-benar tidak menyangka putrinya begitu hebat dan berani.
"Hahaha... Putriku memang hebat Aiden"
"Lihatlah, dia memberikan racun untuk melumpuhkan lawannya" ucap papa Rama bangga.
Ya melumpuhkan lawan dengan menggunakan racun merupakan ciri khas dari keluarga Baskara. Karena hanya keluarga Baskara lah yang bisa meraciknya.
Cia memang mempunyai bakat meracik racun seperti papa nya, walaupun dia homeschooling tapi pengetahuan meracik racunnya sungguh luar biasa.
"Kenapa Maxwell ingin membunuh Cia?"
"Dan apa yang mereka bicarakan sampai Cia mengalami traumanya kembali ?"
Tanya papa Rama beruntun, ia sangat bingung kenapa Maxwell ingin mencelakai putrinya.
Aiden menatap papa Rama datar dengan aura nya yang sangat dingin.
"Maxwell ada di ruang eksekusi Cruel. Saya akan menghabisinya"
"Saya pastikan, Maxwell merasakan rasa sakit lebih daripada kematian" ucap Aiden tersenyum menyeringai.
Papa Rama tertegun, Aiden memang benar-benar kejam pikirnya.
"Tunggu Aiden, saya ingin memastikan kenapa Maxwell ingin membunuh putri ku" ucap papa Ramon.
"Hmm, datanglah ke markas Cruel" ucap Aiden.
"Terimakasih Aiden" ucap papa Rama.
...****************...
Cia kini berada di dalam kamarnya, sesudah membersihkan diri kini ia tengah berbaring di kasur king size miliknya.
Cia menghela nafas panjang.
"Huuuuuuft, Aku lelah sekali Ale" ucap Cia kepada sistem Ale
[Kamu hebat Cia]
"Aku memang hebat dari dulu Ale, Hehehehe” ucap Cia terkekeh.
[Sepertinya trauma kamu sudah mulai sembuh Cia]
"Syukurlah Ale. Aku sungguh lelah jika harus menangis histeris setiap di kepalaku muncul ingatan jiwa Cia asli” ucap Ciasenang.
[Apa kamu mau melihat status mu?]
"Tentu Ale"
[STATUS]
Nama : Felicia Baskara
Umur : 17 tahun
Kecantikan : 95%
Keimutan : 95%
Daya tarik : 95%
Kepintaran : 80%
Kesehatan : 90%
Kekuatan : 100%
Kelebihan : Meracik racun dan obat, menembak
Poin : 1.080
Aset : Black Card dari orang tua, pewangi badan strawberry permanen, senjata bayangan
[Sekarang istirahat lah Cia, sudah pukul 3 pagi]
Cia menganggukan kepalanya.
"Hmm baiklah, Ale. Aku juga sangat mengantuk" ucap Cia.
Cia menguap dan langsung menarik selimutnya.
"Selamat malam Ale"
[Selamat malam Cia]
...****************...
Pagi buta, Papa Rama dan Aiden berada di ruang eksekusi markas Cruel.
Papa Rama ingin menyelesaikan permasalahannya dengan Maxwell, ia ingin tau kenapa dia mempunyai keinginan untuk membunuh putrinya.
Kreet
Aiden membuka pintu tempat eksekusi Maxwell. Terlihat dia yang masih tergeletak karena efek racun yang di berikan Cia belum hilang.
Tatapan tajam Maxwell kini tertuju pada Ramon, ia sangat benci orang yang kini berada di hadapannya. la sangat ingin membunuhnya, namun badannya tidak bisa di gerakkan.
Ramon mendekat ke arah Maxwell dan berjongkok.
"Kenapa kau ingin membunuh putri ku, Maxwell?" Tanya Rama dengan tatapannya yang tajam.
Maxwell tersenyum sinis.
"Karena kau telah membunuh putri ku Rama"
Deg
"Putri mu?" Tanya Rama sedikit bingung.
Maxwell menatap tajam Rama, ia sangat marah namun tidak bisa melakukan apa-apa.
"KAU PEMBUNUH RAMA, KARENA KAU PUTRI KU MENINGGALKANKU" ucap Maxwell dengan nada tinggi.
Rama mengepalkan tangannya kuat, ia sama sekali tidak pernah membunuh seorang gadis kecil.
"AKU TIDAK PERNAH MEMBUNUH PUTRI MU MAXWELL" ucap Rama dengan menggunakan nada tinggi juga.
Maxwell terkekeh.
"Kau masih ingat kejadian 12 tahun lalu. Saya memintamu untuk meracik obat khusus untuk putriku. TAPI PUTRIKU MENINGGALKANKU KARENA KAU RAMA"
Ya putri Maxwell sakit keras, di dunia medis belum ditemukan obatnya. Hanya keluarga Baskara Iah yang bisa ia harapkan.
Rama terkekeh.
"Saya tau semuanya. Kau ingat Maxwell, bahkan aku memberikanmu obat itu dengan percuma. Tapi kau malah memanfaatkan kesempatan itu. Kau menggunakan resep obatku untuk kepentingan bisnis mu, harusnya kau langsung memberikan obat itu kepada putrimu,dia yang paling membutuhkan, bukan di observasi untuk kepentingan perusahaan. KAU YANG MEMBUNUH PUTRI MU SENDIRI MAXWELL" ucap Rama marah, ia sudah habis kesabaran.
Deg
Maxwell terpaku, tetapi ia tidak merasa bersalah sama sekali, menurutnya yang bersalah hanya Rama bukan dia.
Maxwell terkekeh.
"Rama... Rama... Asal kau tau, saya Iah otak di balik penculikan putrimu 12 tahun lalu... Hahahaha"
Deg
Rama mengeraskan rahangnya, ia sangat marah terhadap Maxwell, begitupun Aiden yang saat ini dengan aura membunuhnya.
"BRE*GSEK" ucap Rama.
Bugh
Bugh
Bugh
Rama memukulnya dengan keras.
Maxwell hanya tertawa sinis.
"Hahahaha... Tapi saya puas Rama, putrimu jadi gila jika mengingat kejadian masa lalu nya" ucapnya tersenyum menyeringai.
Saat Rama ingin memukul kembali, tangannya di tahan oleh Aiden.
"Biar saya yang melakukannya" ucap Aiden tersenyum menyeringai dengan aura dinginnya yang mendominasi.
Bersambung