Aster Jung adalah gadis cantik dan satu-satunya putri dalam keluarga Jung. Aster memiliki teman masa kecil bernama Zian Rey. Awalnya semua baik-baik saja tapi persahabatan mereka perlahan merenggang saat keduanya beranjak remaja hingga Rey dan Aster menjadi musuh bebuyutan.
"Zian Rey, aku tidak akan pernah kalah darimu. Akan ku buktikan pada dunia jika aku lebih baik darimu."
Banyak yang menyayangkan renggangnya persahabatan mereka termasuk keluarga besar Rey dan Aster. Mereka ingin mereka bisa bersatu. Hingga sebuah keputusan besar pun diambil, Aster dan Rey menjadi saudara tiri.
Dan seiring berjalannya waktu benih-benih cinta tumbuh di hati mereka berdua. Rey dan Aster saling mencintai namun sama-sama tidak ada yang menyadari perasaan masing-masing. Dan Rey baru menyadari betapa besar arti kehadiran Aster setelah wanita itu pergi dari hidupnya.
Enam tahun kemudian Aster kembali dengan seorang gadis kecil bernama Hanyeon.
"Sebenarnya dia adalah Putri kandungmu. Benih yang malam itu kau tanam di dalam rahimku."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusica Jung 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
"APA? JADI DIA ADALAH PUTRIMU DAN, ASTER?"
Rey sudah menduganya jika Aria akan memberikan respon yang sangat berlebihan setelah ia memberi taunya kebenaran mengenai Hanyeon. Pria itu memekik sekencang-kencangnya dan kini mereka menjadi pusat perhatian. Menyadari kesalahannya dan merasa tidak enak, Aria pun segera berdiri dan meminta maaf.
Saat ini Rey, Aria dan Hanyeon sedang berada di cafe yang tak jauh dari pusat perbelanjaan. Pengakuan Rey tentang Hanyeon sangat mengejutkan bagi Aria, antara percaya dan tidak percaya jika gadis kecil itu adalah putri dari kedua sahabatnya tersebut mengingat bagaimana buruknya hubungan Rey dan Aster di masa lalu.
"Semua terjadi begitu saja. Saat itu aku dan, Aster, sama-sama mabuk berat dan kami tidak sadar dengan apa yang kami lakukan. Dan aku sangat menyesal karna terlambat mengetahui tentang kebenaran ini. Pasti selama enam tahun ini, Aster, mengalami situasi yang sangat berat dan sulit. Memiliki anak tanpa suami, sudah pasti orang-orang akan memandangnya dengan sebelah mata."
Aria memijit pelipisnya. "Astaga, Zian Rey, rasanya aku masih tidak percaya. Dan takdir macam apa ini? Saat masih anak-anak kalian adalah sahabat kemudian ketika beranjak remaja kalian bermusuhan kemudian menjadi saudara tiri dan sekarang? Oh astaga, aku bisa gila memikirkannya. Rasanya aku sulit sekali mempercayainya."
"Jangankan kau. Terkadang aku sendiri juga masih tidak percaya, tapi yang terjadi adalah sebuah kenyataan. Aku yakin jika di dunia ini tidak ada satu pun hal yang terjadi karna sebuah kebetulan melainkan karna takdir yang telah direncanakan.
Contohnya saja Sean dan Bella. Dulu, Bella, sangat membenci, Sean, karna suka memamerkan dolar-dolarnya tapi siapa yang menduga jika akhirnya mereka akan saling jatuh cinta kemudian menikah. Kau dan, Jinna. Dulu gadis itu sering mengejekmu dan memanggilmu paman tiang, tapi siapa yang tau jika kalian malah berjodoh. Dan yang terakhir aku dan, Aster. Kisah kami sangat rumit dan begitu mustahil untuk bisa bersatu. Tapi apa, takdir justru menyatukan aku dan dia melalui, Hanyeon." Ujar Rey panjang lebar.
Aria mengangguk, ia setuju dengan Rey. Dan jika tidak ada sesuatu yang terjadi secara kebetulan di dunia ini. Kemudian Aria menggulirkan pandangannya pada Hanyeon yang berada dalam pangkuan Rey. "Hei Nak! Perkenalkan nama Paman, Aria, dan Paman adalah sahabat ibu serta Papamu. Senang bertemu denganmu, Zian Hanyeon." Aria tersenyum lembut membuat Hanyeon ikut tersenyum juga. Gadis kecil itu kemudian turun dari pangkuan Rey lalu membungkuk pada Aria.
"Hello, Uncle, my name is, Hanyeon. Nice to meet Uncle." Hanyeon memperkenalkan diri. Aria tersenyum kaku sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, sementara Rey menahan tawanya. Dia tau jika sahabat jangkungnya tersebut sangat payah dalam bahasa Inggris.
"Dia memperkenalkan diri padamu, dan dia senang bertemu denganmu." Kata Rey menerjemahkan.
Aria mendelik tajam pada Rey."Aku tau, tidak perlu diterjemahkan juga. Kau membuatku kehilangan muka di depan anak kecil." Ucap Aria menggerutu.
Tiba-tiba Hanyeon terdiam dan seperti sedang memikirkan sesuatu. Kemudian gadis kecil itu mengangkat wajahnya dan menatap Rey lalu berganti pada Aria. Ia menatap mereka secara bergantian. "Oya Uncle, apa Uncle dan Daddy sudah berteman sangat lama?" Aria mengangguk. "Kalau begitu pasti Uncle juga tau apa yang terjadi pada mata kiri Daddy, Yeon, dan juga bekas luka diwajahnya. Apakah ada orang jahat yang melukai, Daddy?" tanya Hanyeon dengan mata berkaca-kaca. Sementara Rey sendiri tersentak mendengar pertanyaan putrinya.
Aria menggeleng. "Tidak ada yang melukai Daddy, Yeon. Mata kiri dan pipi Daddy, Yeon, terluka karna sebuah kecelakaan. Daddy, Yeon adalah orang yang baik jadi tidak mungkin ada orang yang berani melukainya." tutur Aria meyakinkan
"Benarkah?" Aria mengangguk.
"Yeon, lega. Karna, Yeon, fikir Daddy memiliki musuh." Rey terharu, begitu peduli Yeon padanya.
Rey melihat Rolex yang melingkar dipergelangan tangannya dan waktu menunjuk angka 11 siang. Itu artinya sudah empat jam ia dan Hanyeon pergi jalan-jalan. "Yeon, let's go home. Surely Mom was waiting for us." Ucap Rey yang kemudian di balas anggukan oleh Hanyeon. "Ar, kami pulang dulu. Pasti, Aster, sudah menunggu kami. Hubungi yang lain, malam ini kita bertemu di cafe biasa. Aku ingin memperkenalkan, Hanyeon, pada semua." Aria mengangguk paham. Pria jangkung itu melambai pada Hanyeon yang juga melambai padanya.
Mereka tiba di rumah pada pukul 11.30 siang. Rey memicingkan mata kanannya melihat Kris dan Papanya berada di rumah, tidak bisanya mereka pulang hanya untuk makan siang 'Mungkinkah karna Hanyeon?' Fikir Rey. Keduanya berjalan beriringan memasuki rumah, Hanyeon melepaskan genggamannya pada jari Rey kemudian berlari menghampiri Aster.
"MAM..!" seru Yeon.
Kris dan Lee menoleh serentak. Pria berwajah kebarat-baratan itu segera berdiri dan menyambut Hanyeon dengan tangan terbuka tapi gadis kecil itu malah melewatinya begitu saja, Kris mendesah kecewa. "Tidak perlu kecewa, toh dia ada di antara kita." Lee menepuk bahu putra sulungnya tersebut.
Rey menghampiri keduanya. "Tumben kalian pulang, tidak biasanya." Ucap Rey heran.
"Kami rindu, Hanyeon. Papa dan aku memutuskan untuk makan siang di rumah." Jawab Kris. Kemudian Rey menggulirkan pandangannya pada Aster yang sedang bercanda dengan Hanyeon.
Sudut bibirnya tertarik keatas, itu adalah sebuah pemandangan yang paling indah yang pernah ia lihat. Dan kedatangan mereka berdua membawa perubahan besar pada seorang Zian Rey. Rey menjadi lebih sering tersenyum dan tak jarang menunjukkan sisi hangatnya. Kedatangan Aster dan Hanyeon membawa pengaruh besar pada hidupnya.
"Yeon! Call daddy uncle and grandfa for lunch." perintah Aster yang kemudian di balas anggukan oleh Hanyeon.
Mereka melewati makan siangnya dengan tenang. Tak ada percakapan selain suara sendok dan piring yang saling bersentuhan. Namun tiba-tiba Hanyeon meletakkan sendoknya ketika ia teringat sesuatu. "Oya, Uncle. Kapan Uncle, Kris, akan menikah? Semua pria seumuran Uncle sudah memiliki anak dan pasangan, tapi kenapa Uncle belum? Apa paman tidak laku?"
"Uhuk, Uhuk..!!' Kris tersedak makanan yang ada dimulutnya karna pertanyaan Hanyeon. "Hahaha! Bukannya tidak laku, Yeon. Tapi belum dapat jodoh yang tepat saja." tutur Kris, pertanyaan Hanyeon begitu menampar perasaannya.
Sebenarnya Kris juga ingin memiliki pasangan seperti orang lain tapi sampai sekarang Tuhan masih belum juga mengirimkan jodoh untuknya. Setiap kali jatuh cinta, pasti wanita yang dia sukai telah berpasangan. Dan sudah sepuluh kali Kris di tolak oleh wanita.
"Ahh! Begitu ya. Uncle tidak perlu sedih, Hanyeon akan berdoa agar Uncle bisa segera mendapatkan pasangan, oke." Kris mengangguk. Dan keheningan kembali terjadi, semua orang melewati makan siangnya dengan tenang.
.
.
.
Usai makan siang. Kris dan Lee memutuskan untuk tetap berada di rumah dan tidak kembali ke kantor. Dan alasannya adalah Hanyeon, mereka berdua masih ingin bermain dengan gadis kecil itu. Lagi pula tidak ada pertemuan penting hari ini dan mereka bisa menyelesikan pekerjaannya yang tertunda esok hari.
Membiarkan Hanyeon bermain bersama paman, nenek dan kakeknya. Rey menghampiri Aster yang sedang berbenah dikamarnya. Wanita itu langsung memisahkan diri usai makan siang.
"Apa yang sedang kau lakukan?" Tegur Rey seraya menghampiri Aster. Rey menarik pinggang ramping wanitanya kemudian mel*mat singkat bibir ranumnya.
"Tidak ada, hanya sedikit berbenah." Jawabnya setelah Rey melepaskan tautan bibirnya. "Bagaimana jalan-jalannya? Apakah menyenangkan?" Tanya Aster memastikan. Rey mengangguk.
"Di mall kami tidak sengaja bertemu dengan, Aria. Dia sangat terkejut saat aku memberi taunya tentang, Hanyeon. Sampai-sampai dia memberikan respon yang sangat berlebihan." Tutur Rey
"Benarkah? Lalu bagaimana kabarnya? Membicarakan, Aria, aku jadi kangen, Choa. Rey, kapan-kapan bisakah kau menemaniku menemuinya? Aku dengar dia sudah menikah dengan, Jimin."
"Tidak perlu menunggu kapan-kapan. Aku sudah meminta, Aria, menghubungi mereka dan malam ini kau bisa bertemu dengannya. Aku akan memperkenalkan Hanyeon pada semua dan memberi tau mereka tentang rencana pernikahan kita." tuturnya.
Aster menjadi terharu mendengar ucapan Rey. Wanita itu menyeka air matanya dan berhambur memeluk Rey. Ia begitu bahagia, dan Aster tidak pernah menyesali apa yang terjadi malam itu. Mungkin bagi kebanyakkan orang memiliki anak di luar nikah adalah sebuah musibah, tapi tidak untuk Aster Karna Hanyeon adalah anugerah terindah yang Tuhan berikan padanya.
Rey melepaskan pelukkan Aster kemudian memberikan gaun yang ia beli di mall tadi padanya. "Apa ini?" bingung Aster.
"Hanyeon, yang memilihkannya untukmu. Cobalah, aku ingin melihat kau memakainya." ucap Rey yang kemudian di balas anggukan oleh Aster. Wanita itu pergi ke kamar mandi untuk berganti pakaian. Rey meminta agar ia mencoba gaun itu. Gaun itu memang terlihat sederhana namun begitu elegan dan sangat cocok dengan kepribadian Aster yang tenang.
Rey tersenyum puas. Gaun itu benar-benar terlihat sempurna di tubuh wanitanya. Siapa yang menyangka jika ternyata Hanyeon memiliki selera yang sangat bagus. "Bagaimana, Rey? Apa aku terlihat cantik dengan gaun ini?" Aster merentangkan tangannya.
Rey mengangguk. "Kau begitu sempurna, Sayang." Aster tersipu, rasanya sedikit aneh mendengar Rey memanggilnya dengan sebutan sayang.
Rey menarik lengan Aster hingga wanita itu jatuh kedalam pelukkannya. Kedua tangannya bertumpu pada dada Rey yang tersembunyi di balik dalaman putih dan vestnya.
Jantung Aster berdegup kencang ketika iris kanannya Rey menatapnya begitu dalam. Meskipun hanya mata kanannya, tapi hal itu cukup untuk membuat Aster gugup tak karuan. Wanita itu memalingkan wajahnya kearah lain, kemana saja asalkan jangan mata Rey. "Jangan palingkan wajahmu dariku, Aster Jung."
"Siapa suruh kau membuatku gugup." gerutu Aster yang masih tak mau menatap Rey.
Rey terkekeh. Ditariknya tengkuk Aster kemudian membawa bibir wanita itu dalam ciuman panjang. Kedua mata Aster membelalak, kaget dengan ciuman Rey yang tiba-tiba.
Bibir Rey terus mel*mat bibir Aster, atas dan bawah secara bergantian. Salah satu tangan Rey memeluk pinggang ramping Aster sementara tangan lain menekan belakang kepalanya. Ciuman semakin dalam saat kedua tangan Aster mengalung pada lehernya.Aster berkali-kali meloloskan des*han saat Rey meremas pinggulnya.
Semakin lama ciuman mereka berubah menjadi ciuman panas yang menuntut. Posisi mereka tidak lagi berdiri, Rey menghimpit tubuh Aster pada sebuah tembok dan menginvasi bibir itu semakin dalam. Dan ciuman itu baru berakhir ketika kebutuhan oksigen mulai mengambil alih.
"Kau benar-benar gila, Zian Rey. Apa kau ingin membunuhku?" Gerutu Aster sesaat setelah Rey melepaskan tautan bibirnya. Wanita itu terlihat ngos-ngosan karna ciuman Rey yang menggila
"Itu karna kau yang terlalu payah, Sayang." Baru saja Rey akan men*ium Aster untuk yang ketiga kalinya. Namun hal itu dia urungkan karna kedatangan Hanyeon. Aster segera menjauh dan menghampiri putrinya itu.
"Ada apa, Yeon?" Tanya Aster seraya berlutut di depan Hanyeon. Hanyeon beberapa kali menguap sambil mengusap matanya.
"Mam, Yeon, ngantuk dan ingin tidur. Bisakah, Mam & Dad tetap di sini?" Tanya gadis kecil itu pada kedua orang tuanya. Keduanya mengangguk kompak.
Tidak sampai lima belas menit Hanyeon sudah terlelap dalam mimpinya. Begitu pula dengan Aster, wanita itu ikut ketiduran, sementara Rey tetap terjaga karna dia tidak terbiasa tidur siang kecuali jika benar-benar lelah. Satu kecupan Rey datarkan pada kening Aster dan Hanyeon secara bergantian.
Mereka berdua adalah hal yang paling berharga yang dia miliki dibandingkan apapun juga. Dan Rey akan selalu menjaga mereka sampai ia tidak mampu lagi berjalan lagi dan seluruh rambutnya memutih.
.
.
BERSAMBUNG.
Dan typo lain . ada Jian juga. haduh
typo Thor 🙏
Rey akan selalu merasa bersalah mengingat beratnya perjuangan Aster. berbahagialah sekarang
rengekan sang putri akhirnya membuat Naluri seorang Ibu luluh..
keputusan yang tepat Aster.
putrimu berhak tahu siapa ayahnya
Choa ternyata laki laki