NovelToon NovelToon
BOSS WITH BENEFIT

BOSS WITH BENEFIT

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintamanis / Patahhati / CEO
Popularitas:2.6M
Nilai: 4.9
Nama Author: Five Vee

Putri Regina Prayoga, gadis berusia 28 tahun yang hendak menyerahkan diri kepada sang kekasih yang telah di pacari nya selama 3 tahun belakangan ini, harus menelan pahitnya pengkhianatan.

Tepat di hari jadi mereka yang ke 3, Regina yang akan memberi kejutan kepada sang kekasih, justru mendapatkan kejutan yang lebih besar. Ia mendapati Alvino, sang kekasih, tengah bergelut dengan sekretarisnya di ruang tamu apartemen pria itu.

Membanting pintu dengan kasar, gadis itu berlari meninggalkan dua manusia yang tengah sibuk berbagi peluh. Hari masih sore, Regina memutuskan mengunjungi salah satu klub malam di pusat kota untuk menenangkan dirinya.

Dan, hidup Regina pun berubah dari sini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Five Vee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 23. Gara-Gara Film 365 Hari.

Dengan langkah gontai, William menuruni anak tangga kediaman sang papa. Andai saja sang mama tidak mengganggu tidurnya, mungkin celana pria itu sudah benar-benar basah.

Langkah William tiba-tiba terpaku, saat melihat penampakan di ruang makan yang membuat salivanya menetes.

Benar kata sang papa, Regina bertambah cantik, setelah melakukan perawatan.

“Will.. cepat kemari.. kami hanya menunggumu saja.” Sang mama berseru dari meja makan.

Regina ikut menoleh ke arah pandangan nyonya Aurel. Ia mendapati William yang sedang memandangnya tanpa berkedip.

“Abang.. ihh cepat kesini aku sudah lapar!!” Suara cempreng Willona membuyarkan pandangan William.

“Ish.. dasar bawel. Mengganggu kesenangan orang saja.” Pria itu berjalan mendekat ke arah meja makan, sambil menggerutu.

William yang biasanya duduk di samping Willona, kini mengambil tempat di samping Regina.

Membuat semua orang yang ada di meja makan itu menganga, ada pula yang mengerenyitkan alis.

“Jauh amat, bang? Biasanya juga di sini.” Ucap Willona dengan menaik turunkan alisnya. Ia menunjuk kursi kosong di samping kirinya.

William hanya mengedikan bahunya acuh. Ia kemudian membalik piring yang tersedia di depannya.

“Nona Regina tolong ambilkan aku.” William menyerahkan piring itu kepada sekretarisnya. Dan Regina menerima begitu saja. Ia pun berdiri, bersiap mengambil makanan untuk sang atasan.

“Will.. Regina disini tamu, kenapa kamu menyuruhnya mengambilkan makanan?” Protes sang mama. Wanita paruh baya itu bangkit, hendak mengambil piring sang putra dari tangan Regina.

“Berikan padaku, Re.” Tangannya terulur meraih piring.

“Tidak apa-apa nyonya, biar aku ambilkan. Lagi pula, aku sudah biasa melayani pak William.” Ucap Regina dengan polos.

Mendengar kata melayani, seketika membuat William tersedak salivanya sendiri. Pikiran pria itu, mendadak berkelana.

“Kenapa bang? Belum juga makan, sudah tersedak.”

Karena masih terbatuk, William hanya mampu menggelengkan kepalanya.

“Minum dulu, pak.”

Regina menyodorkan air minumnya kepada William. Pria itu menerima dan meneguk sedikit isi gelas itu, kemudian mengembalikan kepada Regina.

Regina kembali mengambilkan makanan untuk William, setelah itu memberikan piring yang telah terisi kepada pria itu.

“Kamu cantik.” Ucap William berbisik. Membuat pipi Regina mendadak memanas.

“Ekhmm..” pak Antony menginterupsi. Ia sudah menyadari gelagat aneh sang putra sejak tadi di ruang keluarga. Tetapi ini belum saatnya untuk memberikan restu pada mereka.

Pak Antony belum puas mengerjai putranya yang nakal itu, setidaknya sampai William merubah kebiasaan nakalnya.

“Kita makan dulu. Perut papa sudah sangat lapar.”

Mereka pun makan dengan tenang, tanpa bersuara. Hanya terdengar suara dentingan alat makan yang beradu dengan piring.

Tanpa ada yang menyadari, di bawah meja makan itu, salah satu kaki William dan Regina saling bergesekan.

*****

“Memangnya Regina ada pekerjaan kemana sih, Al? Ini akhir pekan lho, saatnya libur.” Tanya mama Alvino kepada sang putra, mereka kini tengah makan siang bersama di kediaman keluarga Mahendra.

“Ada pekerjaan di luar kota, ma. Karena direkturnya baru, jadi dia harus ikut menghandle.” Jawab Alvino dengan lancar. Ia sudah merencanakan jawaban sebelumnya. Itu juga atas saran sang sekretaris.

“Kenapa tidak minta Regina pindah saja ke kantor kita? Kalian bisa bekerja sama membuat perusahaan kita semakin berkembang.” Kini giliran sang papa yang bersuara.

Kedua orang tuanya memang telah merestui hubungan Alvino dan Regina. Menurut mereka, Regina adalah wanita yang paling tepat untuk Alvino.

Alvino menelan makanannya dengan susah payah. Ia tidak menyiapkan jawaban untuk pertanyaan semacam ini. Ia mengambil air minum di hadapannya, supaya makanan itu bisa melewati kerongkongannya.

“Kerja di kantor kita mau di bagian apa, pa?” Alvino melontarkan pertanyaan.

“Jadi sekretaris kamu mungkin.”

Seketika Alvino tersedak mendengar jawaban sang papa. Ia kembali meminum air, hingga tandas.

Menjadikan Regina sekretaris? Lalu Tamara mau di kemanakan? Tidak. Alvino belum mau mengganti wanita itu dengan yang lain, sekalipun itu Regina.

“Sudah ada Tamara, pa. Kasihan juga wanita itu, jika aku mutasi. Dia membutuhkan uang banyak untuk pengobatan sang nenek.” Tukas Alvino.

Pak Mahendra menganggukkan kepalanya. Ia sendiri yang memilih Tamara menjadi sekretaris sang putra karena melihat potensi pada gadis berusia 26 tahun itu.

“Lain kali, ajak Tamara datang kesini.”

“Untuk apa pa?” Nyonya Mahendra menyela sebelum Alvino menjawab.

“Makan malam mungkin. Dia juga banyak berjasa selama ini untuk perusahaan kita.”

Nyonya Mahendra mencebikan bibir. Menurutnya terlalu berlebihan mengundang sekretaris sang putra ke rumah mereka.

****

Malam harinya, di apartemen mewah William. Regina tengah duduk di atas sofa ruang tamu, sembari memangku komputer lipatnya. Ia memeriksa beberapa e-Mail, yang di kirim klien kepadanya.

Selain itu, pak Antony juga meminta mengirim hasil kerja sang putra kepadanya, untuk melihat seberapa jauh perkembangan William mengurus perusahaan.

William datang menghampiri dengan membawa dua kaleng bir. Ia menjatuhkan bokongnya di samping sang sekretaris. Kemudian membukakan minuman beralkohol itu, dan meletakan di hadapan Regina.

“Thanks, Will.”

“Hmm.” Pria itu mengeluarkan ponselnya dari saku celana kain yang ia gunakan.

“Tidak ke klub?” Tanya Regina sembari tetap fokus pada pekerjaannya.

“Tidak. Kan sudah kemarin. Aku mau menonton film saja.” Ucap William sembari memperlihatkan ponselnya yang telah menyala.

Regina hanya mengangguk, tangan kanannya terulur meraih kaleng minuman di hadapan. Menenggak sedikit, kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya.

Hampir setengah jam lebih, William diam tak bersuara di samping Regina. Hingga wanita itu merasakan, tangan sang atasan berada di atas pahanya.

Regina menoleh, namun padangan William masih tetap fokus pada ponselnya. Sehingga Regina membiarkan saja tangan pria itu disana.

Beberapa saat kemudian, Regina merasakan hembusan angin pada tengkuknya yang terbuka, karena ia mengikat rambutnya seperti ekor kuda.

“Honey.. kita ke kamar.” Suara William terdengar serak di telinga Regina, membuat wanita itu meremang sempurna.

“Ada apa? Apa kamu menonton film horror?”

Kepala William menggeleng, ia semakin mengendus kulit mulus sang sekretaris.

“Ini lebih seram dari film horror, Honey.”

Regina meletakan laptopnya di atas meja. Tak lupa ia menyimpan file yang akan ia kirim besok pagi. Kemudian mematikan komputer lipat itu.

“Apa sih yang kamu tonton?” Tangan Regina meraih ponsel William yang tergeletak di atas sofa di sisi kanan pria itu.

Mata wanita cantik itu membulat sempurna kala menyaksikan film yang di putar di layar ponsel.

Pantas saja suara William berubah serak, pria itu menonton film yang sedang booming saat ini, 3 6 5 D A Y S.

“Pantas saja lebih horror, kamu menonton film dua puluh satu ples begini.” Ucapnya melihat adegan yang sedang di putar di dalam film, ia ikut merinding, kala melihat keganasan pemeran utama pria dalam film itu di atas ranjang.

“Honey, ayo kita ke kamar. Atau kamu mau kita disini saja?” Tanya William yang sudah tidak terkendali karena film itu.

“Untuk apa ke kamar. Ini baru jam 9.” Ucap Regina berpura-pura. Tentu ia tau apa keinginan sang atasan.

“Kita cosplay menjadi Massimo dan Laura.” William menyebut nama dua pemeran utama dalam film yang di tontonnya.

Regina terbahak.

“Kamu tidak cocok menjadi Massimo. Dia tinggi, gagah, mafia dan—hhmmpptt.

William membungkam bibir wanita itu sebelum menyelesaikan ucapannya.

“Akan aku buktikan, Hon. Aku lebih ganas dari si Massimo itu.”

Pria itu kemudian meraup tubuh sang sekretaris, memanggul di bahu pria tampan itu. Dan membawanya ke dalam kamar.

“Putri Regina Prayoga.. tamat riwayatmu malam ini.”

.

.

.

Bersambung.

1
Suzanne Shine Cha
wachhh seruuu dan lucu dech kamuu Thorr brarti kita se angkatan trnyata 🤣🤣🤣🙈🙈💝💝💝💪🏼💪🏼💪🏼bttp mgt Thorr 👍🏻👍🏻🌹🌹🌹
Suzanne Shine Cha
/Facepalm/🤣🤣🤣🤣/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/
Sustika Ekawati
aku mampir baca ya thor
JanJi ◡̈⋆ⒽⒶⓅⓅⓎ😊
kalau kiraan tepat ada lebihan hari contoh 1bln - 4 minggu 2 hari🤭
Nining Chili
👍👍👍
JanJi ◡̈⋆ⒽⒶⓅⓅⓎ😊
aduinaaa🤣🤣🤣
JanJi ◡̈⋆ⒽⒶⓅⓅⓎ😊
lagaknya kayak pria suci🤣🤣🤣🤣
Mutiah Siti Musthofa
ngakak 🤣🤣🤣🤣🤣
Yolla
so sweet🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Yolla
ternyata si BOY anak yg rajin juga yaaa🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Ika Wahyuni
ah boy kamu nakal ya🤭
Surati
bagus
Meimei Memei
Luar biasa
@arieyy
ku lihat...lihat....ku buka bab nya ...mampir lahhh🤣🤣🤣
Rohimatul Amanah
Luar biasa
SariRani
Kereeen!! Suka semua karakternya thor ❤️🥳
Eka Uderayana
secangkir kopi buat author ☕
Eka Uderayana
wkwkwkwk 😁...GE er
andrana maula
Luar biasa
Fajar Khanaya
perutku sampek sakit, ketawa ngakak mbaca ini🙏☺️🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!