KAKAK TIRIKU JODOHKU
Mentari pagi bersinar dengan teriknya. Sinarnya yang agung telah sampai di ujung cakrawala. Yang perlahan masuk dan menembus tirai trasparan di sebuah ruangan di mana seorang gadis masih terlelap dalam mimpinya.
Burung-burung kecil yang hinggap dipepohonan pun tak mau kalah, kicaunya yang merdu turut menyambut datangnya hari baru. Hari baru tentu membawa harapan baru bagi mereka yang tinggal dan bernaung di bumi.
Kelopak mata itu terbuka perlahan. Memperlihatkan sepasang mutiara hazel yang mampu membuat siapa pun terbius dan jatuh dalam pesonanya.
Pemilik mutiara hazel itu kemudian beranjak dari posisi berbaringnya dan berjalan lurus menuju balkon kamarnya. Udara pagi yang segar menyambutnya dengan semilir angin sejuk yang menyapa melalui hembusannya.
"Aaahhh..! Segarnya," gadis itu menutup matanya dengan kedua tangan bertumpuh pada pembatas balkon yang terasa dingin ketika di sentuh. Wajah ayunya mendongak dan menatap langit biru yang membentang luas di atas sana, biru bersih tanpa kumpulan awan-awan putih yang mengiringi.
Tukkk...
"Aduh,"
Aster menjerit sambil mengusap kepalanya yang baru saja menjadi landasan pendaratan sebutir kacang yang di lemparkan menggunakan sebuah ketapel oleh seseorang dari sebuah balkon di seberang sana. Pemilik mata hazel itu mengambil kacang yang tergeletak di lantai lalu melempar balik pada sipelemparnya tapi tidak sampai
"Yakk! Rusa gila kau sudah bosan hidup rupanya," amuk Aster pada pemuda seorang berwajah Androghini yang terlihat menjulurkan lidah sebelum akhirnya masuk kembali ke dalam kamarnya.
Memiliki tetangga sekaligus teman sebaya adalah hal yang menyenangkan. Jika kesepian hanya tinggal mengambil sepuluh sampai lima belas langkah ke samping rumah. Temui tetanggamu lalu ajaklah bermain, beres.
Tapi apa jadinya bila yang menjadi tetanggamu adalah musuh bebuyutanmu? Dan hal itulah yang di alami oleh Aster dan Zian Rey. Mereka berdua adalah tetangga sejak masih berada di dalam kandungan Ibu masing-masing.
Dulu saat masih kecil mereka berdua adalah teman sepermainan yang tidak terpisahkan, begitu banyak hal yang telah mereka lalui bersama. Bahkan jumlah lidi dalam satu ikat sapu belum tentu bisa menyamakan banyaknya.
Saat berumur tujuh tahun. Rey sering kali memanjat dinding yang menjadi pembatas di antara halaman belakang rumah keluarga Zian dan keluarga Jung saat malam hari. Katanya dia ingin memandang bintang bersama Aster. Setiap kali ada yang bertanya kenapa tidak lewat pintu depan saja, Rey tidak pernah menjawab dan hanya sebuah gelengan merajuk sebagai jawabannya.
Khawatir suatu hari nanti Rey akan terjatuh, akhirnya keluarga Rey dan Aster sepakat untuk membangun pintu di sana. Ketika Rey kehilangan Ibunya, Aster-lah yang menjadi teman setia dan selalu menghiburnya.
Ibu Rey meninggal dalam sebuah kecelakaan, pada saat itu usia Rey baru 10 tahun.
Sementara Aster kehilangan ayahnya ketika dia berusia 13 tahun. Bukan karna ayah Aster meninggal dunia. Ibu dan Ayahnya memutuskan untuk bercerai karna alasan yang tidak pernah Aster pahami sama sekali.
Tapi sayanganya persahabatan indah di antara mereka perlahan merenggang ketika usia mereka menginjak 13 tahun. Rey dan Aster yang sama-sama ingin menjadi yang terbaik disekolahnya terus bersaing hingga akhirnya mereka menjadi seorang rival sejati hingga detik ini.
Di kampus nya. Rey dan Aster terkenal sebagai musuh bebuyutan. Tak jarang Rey membuat gadis itu kesal setengah mati karna sikap menyebalkannya hingga Aster harus mengeluarkan berbagai sumpah serapahnya.
Aster yang kehilangan moodnya terlihat uring-uringan. Gadis itu menuruni tangga rumahnya sambil mengumpat tidak jelas. "Dasar rusa gila, awas saja dia. Berani-beraninya dia menghancurkan moodku," Kahi yang sedang sibuk di dapur hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah putrinya. Bukan hal baru memang, nyaris setiap hari Kahi melihatnya uring-uringan seperti itu. Dan siapa lagi dalang di balik itu semua jika bukan Zian Rey.
"Apa lagi kali ini, Aster Jung?" tanya Kahi seraya menyusun makanan yang telah matang di atas meja. "Karna, Rey, lagi? Memang apa lagi yang dia lakukan padamu kali ini?" lanjutnya penasaran. Alih-alih menjawab pertanyaan Ibunya. Aster malah berkomat-kamit tidak jelas. "Ck, Ibu, bertanya bukannya memintamu untuk menggerutu saja," celetuk Kahi.
"Memang siapa lagi yang berhasil menghancurkan moodku jika bukan dia. Rusa kutub itu menimpuk kepalaku dengan kacang saat aku menikmati segarnya angin di balkon. Bukannya minta maaf dia malah melenggos pergi, itu kan sangat menyebalkan," tutur Aster panjang lebar.
Kahi mendengus geli. Ia tidak tau kapan mereka bedua bisa akur kembali seperti dulu, padahal dulu mereka sangat dekat tapi sekarang hubungan mereka malah seperti kucing dan tikus.
"Jujur saja Ibu sangat heran dengan kalian berdua. Bagaimana bisa kalian yang dulu bersahabat baik sekarang malah menjadi musuh bebuyutan. Ibu dan paman, Lee, sangat menyayangkan hal ini." Tutur Kahi di tengah kesibukkannya. "Cobalah untuk berdamai dan kembali seperti dulu."
Aster menatap Ibunya tak percaya. "Apa? Berdamai? Dengan Rusa Kutub super menyebalkan itu? Yang benar saja, apa Ibu bercanda? Karna sampai kapan pun juga aku dan dia tidak akan pernah bisa berdamai." Ujar Aster menegaskan. "Ibu, untuk siapa makanan itu?" Aster menunjuk kotak makanan berwarna biru muda yang di bungkus sebuah kain tipis yang ada di atas meja.
"Ahh! Ini, kebetulan sekali Ibu membuat sarapan ini untuk paman, Lee, dan kedua putranya. Jadi antarkan ini sekarang juga." Pinta Kahi seraya menepuk kepala coklat Aster
"Aku tidak mau, kenapa tidak Ibu saja." Aster menolak tegas permintaan Ibunya dan menolak untuk mengantarkan makanan itu ke rumah Rey. Kahi mendengus berat.
"Ibu tidak mau mendengar penolakkan. Antarkan sekarang atau Ibu akan mencabut semua fasilitasmu." Aster mencerutkan bibirnya. Dia tidak memiliki pilihan lain, ancaman Ibunya sangatlah mengerikan.
"Iya-iya aku antar, menyebalkan sekali." Gadis itu menghentakkan kakinya dan terus saja mengumpat tidak jelas. Pergi ke rumah Rey artinya ia harus bertemu dengan pemuda itu, dan bagi Aster hal itu jauh lebih mengerikan dari pada masuk ke rumah hantu.
Tokk,, Tok,, Tok,,!!
Ketukan keras pada pintu sedikit mengusik ketengangan seorang pemuda yang sibuk dengan ponselnya. Pemuda itu tetap acuh dan tak beranjak seinci pun dari tempat duduknya. Sementara pria lain terlihat menuruni tangga dengan sebuah tas kerja di tangan nya
"Rey, letakkan dulu ponselmu dan buka pintunya." Pinta pria itu yang tak lain dan tak bukan adalah Zian Lee. "Biarkan saja, Pa. Paling-paling tukang koran yang menagih uang bulanan." Sahut Rey tanpa menatap lawan bicaranya.
Perhatian Rey tak teralihkan sedikit pun dari ponselnya. "Zian Rey." Rey mendengus sebal, dengan kesal pemuda itu bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah pintu.
Ckllekk..!
Pintu terbuka dan hal pertama yang tertangkap oleh iris abu-abunya adalah sosok jelita berparas barbie yang tampak begitu anggun dalam balutan dress putihnya
"Mau apa kau datang ke mari?" Tanyanya dingin, Aster. berdecak sebal.
"Kau fikir aku mau datang kemari jika tidak karna terpaksa. Ibu, memintaku mengantarkan makanan ini untuk paman, Lee." Aster mendorong bingkisan yang dia bawa pada Rey kemudian pergi begitu saja.
"Siapa, Rey?"
"Aster, Pa. Dia datang mengantarkan sarapan untuk kita, katanya dari bibi, Kahi." Rey membawa masuk bingkisan tersebut kemudian meletakkan di meja makan.
"Aster?" Rey mengangguk. "Lalu di mana dia? Kenapa tidak dipersilahkan untuk masuk?" Rey mengangkat bahunya. "Kau tidak sarapan dulu, Rey?" Tanya Lee melihat Rey bersiap untuk pergi ke kampus nya.
"Nanti saja di kampus, Pa. Aku sudah terlambat. Aku berangkat dulu." Pamit Rey kemudian sosoknya menghilang di balik pintu.
Lee mengangkat bahunya, mengeluarkan satu persatu kotak makanan dari tempatnya dan mulai menyantap sarapan paginya yang telah disiapkan oleh Kahi untuknya juga Rey. Tapi sayangnya Rey tidak ikut sarapan karna harus pergi kuliah.
.
.
Suasana kampus yang semula tenang seketika menjadi riuh karna kedatangan Rey dan teman-temannya. Beberapa gadis terlihat berjajar dan berteriak seperti orang kesurupan melihat kedatangan para idol kampus. Satu persatu keluar dari mobil sportnya masing-masing, seorang gadis cantik berambut hitam sebahu keluar dari mobil milik Rey, namanya Amelia Im.
Gadis itu memasang wajah angkuhnya dan menatap para gadis itu dengan senyum meremehkan. Lia merasa senang melihat gadis-gadis itu iri padanya karna bisa satu mobil dengan idol mereka. Seorang gadis menghampiri Rey dan menyerahkan sekotak coklat padanya
"Senior, ini untukmu. Aku membuatnya sendiri." Gadis itu berucap dengan malu-malu. Bukannya Rey, tapi Lia-lah yang mengambil coklat itu kemudian membuangnya ke tempat sampah.
"Rey, tidak menyukai makanan sampah seperti itu, jadi jangan coba-coba memberinya makanan murahan itu lagi. Rey, ayo." Lia memeluk lengan Rey dan membawan pergi dari sana, di ikuti oleh tiga pemuda yang mengekor di belakang mereka berdua. Sementara gadis itu langsung menunduk sedih.
"Sudahlah, jangan difikirkan. Lia memang seperti itu, mentang-mentang dia putri rektor jadi dia suka bersikap seenaknya. Sudahlah, sebaiknya kita masuk saja." Ucap gadis lain pada gadis malang itu. Gadis itu mengangguk.
Amelia Lim, memangnya siapa yang tidak mengenalnya. Putri Rektor di SNU. Selain memiliki paras yang cantik, Lia juga salah satu idol di sana. Tapi sayangnya dia bukanlah gadis yang ramah. Lia sangat sombong dan arogan, tak jarang dia membuat keributan dengan beberapa mahasiswi yang berani mendekati Rey
Bukan lagi rahasia umum bila gadis bermarga Im ity tergila-gila pada Rey, dia selalu menjadi bayangan Rey setiap harinya. Di mana ada Rey di situ pasti ada Lia. Meskipun berkali-kali Rey mencoba mengusir Lia dari sisinya tapi usahanya tidak pernah berhasil mengingat bagaimana kepalanya gadis itu.
Tapp!!
Rey menghentikan langkahnya saat beberapa pemuda mencoba menghalangi Jalannya. "Apa lagi yang kau inginkan, Park Hoya?" Tanyanya dingin "Minggirlah, dan jangan halangi langkahku. Aku sedang tidak ingin ribut denganmu." Hoya tersenyum meremehkan. Pemuda itu berbalik kemudian melayangkan tinjunya pada Rey yang dengan mudah dapat di tahan olehnya.
Brugg!!
Tubuh Hoya terhuyung ke belakang setelah satu bogem mentah menghantam wajahnya. Bukan Rey yang melakukannya tapi laki-laki jangkung bermarga Park. "Sialan, apa kau benar-benar ingin membuat ribut dengan kita, eo?" Bentaknya marah.
Rey menarik Aria yang sudah siap meledak emosinya. "Sudahlah. Tidak usah di ladeni. Aku benar-benar malas meladeni manusia satu ini,"
"Rey benar. Untuk apa kita mengurusi manusia tak berotak seperti dia." Sahut Rio menimpali.
"Lebih baik kita pergi ke kantin saja, aku sudah lapar hyung." Renggek Ren pada ketiga hyungnya, keempat pemuda itu plus Lia beranjak dan pergi begitu saja. Meninggalkan Hoya dan teman-temannya.
Tak lama setelah kepergian Rey dan teman-temannya. Terlihat seorang gadis berparas barbie menghampiri Hoya. "Ribut lagi?" Hoya menoleh dan mimik wajahnya berubah seketika setelah melihat kedatangan gadis itu. "Sampai kapan kau akan terus mencari masalah dengan, Rey? Sudahlah tidak usah ribut-ribut lagi, lagi pula apa untungnya juga sih?" Tanya gadis itu lagi.
"Habisnya aku masih dendam setengah mati sama dia. Dia mengalahkan aku di arena balap liar dan mempermalukanku di depan umum. Baiklah, aku tidak akan berulah lagi. Sayang, bagaimana kalau kita pergi ke kantin?" Aster mengangguk.
Visual Zian Rey...
Visual Aster Jung
.
.
.
BERSAMBUNG.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
EndRu
nyimak part pertama. like
2023-09-19
0
Yani Cuhayanih
Aku suka suka lannnjuuut
2022-10-13
0
Fi Fin
suka visualnya Aster IU 🥰🥰🥰
2021-12-28
0