"Aku mati. Dibunuh oleh suamiku sendiri setelah semua penderitaan KDRT dan pengkhianatan. Kini, aku kembali. Dan kali ini, aku punya sistem."
Risa Permata adalah pewaris yang jatuh miskin. Setelah kematian tragis ayahnya, ia dipaksa menikah dengan Doni, anak kepala desa baru yang kejam dan manipulatif. Seluruh hidup Risa dari warisan, kehormatan, hingga harga dirinya diinjak-injak oleh suami yang berselingkuh, berjudi, dan gemar melakukan KDRT. Puncaknya, ia dibunuh setelah mengetahui kebenaran : kematian orang tuanya adalah konspirasi berdarah yang melibatkan Doni dan seluruh keluarga besarnya.
Tepat saat jiwanya lepas, Sistem Kehidupan Kedua aktif!
Risa kembali ke masa lalu, ke tubuhnya yang sama, tetapi kini dengan kekuatan sistem di tangannya. Setiap misi yang berhasil ia selesaikan akan memberinya Reward berupa Skill baru yang berguna untuk bertahan hidup dan membalikkan takdir.
Dapatkah Risa menyelesaikan semua misi, mendapatkan Skill tertinggi, dan mengubah nasibnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kde_Noirsz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 : Rahasia Sang Ibu : Pelarian ke Dalam Hutan Jati Tua?
Api dari dokumen yang terbakar menjilat udara malam, menciptakan bayangan panjang yang menari di antara pepohonan jati yang menjulang. Di tengah kepulan asap, Risa Permata berdiri tegak, matanya tak lepas dari kode bercahaya yang muncul sesaat pada kertas yang menghitam sebelum akhirnya menjadi abu.
[SISTEM : KOORDINAT RAHASIA BERHASIL DIPINDAI.]
[DATA TERENKRIPSI : 7°28'S 110°14'E — TITIK JATI PURBA.]
Adrian Permata, sang penguasa bayangan, meraung murka. "KAU GILA, RISA! Kau baru saja membakar masa depan dinasti kita!" Ia memberikan isyarat tangan yang tajam ke arah kegelapan hutan. "Tangkap dia hidup-hidup! Aku ingin setiap inci otaknya diperas untuk mendapatkan kembali kode itu!"
Revano Adhyaksa bertindak lebih cepat. Ia menyambar lengan Risa dan menariknya ke arah semak belukar yang lebat. "Jangan hanya berdiri di sana, Iblis Kecil! Lari!"
Suara tembakan memecah kesunyian hutan jati. Peluru-peluru berdesing melewati telinga Risa, menghantam batang pohon dengan suara yang mengerikan. Revano menyeret Risa masuk lebih dalam ke jantung hutan, medan yang sangat dikuasai Risa sejak kecil namun kini terasa asing dan mencekam.
"Ke mana?!" tanya Revano di sela napasnya yang memburu.
"Ikuti aku! Jam dua, ke arah lembah berkabut!" balas Risa. Kakinya yang dulu lemah di kehidupan pertama, kini bergerak lincah seolah didorong oleh energi murni dari Sistem.
[SISTEM : MISI DARURAT - PELARIAN.]
[TARGET : CAPAI TITIK JATI PURBA SEBELUM FAJAR.]
[STATUS MEDAN : BERBAHAYA. PASUKAN KHUSUS ADRIAN MENGGUNAKAN PELACAK TERMAL.]
"Revano, mereka punya pelacak panas!" Risa berteriak sambil melompati akar pohon yang melintang.
Revano berhenti sejenak, ia merobek bagian bawah kemeja mahalnya dan mengambil botol air dari kantong rahasia di jaketnya. "Gunakan ini, basahi kepalamu dan bajumu. Kita harus menurunkan suhu tubuh."
Mereka terus berlari, menembus kabut yang mulai turun menyelimuti dasar hutan. Di belakang mereka, suara anjing pelacak dan teriakan anak buah Adrian semakin mendekat. Risa merasa jantungnya berdegup kencang, bukan karena takut mati, ia sudah pernah merasakan kematian, tapi karena ia sadar bahwa rahasia yang ia bawa kali ini bukan hanya soal uang, tapi soal identitasnya sendiri.
Setelah tiga puluh menit pelarian yang menyiksa, mereka sampai di sebuah area yang sangat sunyi. Pohon-pohon di sini jauh lebih besar dan tua, kulit kayunya dipenuhi lumut hijau yang tebal. Di tengah-tengahnya, berdiri sebuah pohon jati yang ukurannya tiga kali lipat dari pohon lainnya. Penduduk desa menyebutnya Jati Purba.
"Ini tempatnya," bisik Risa.
Revano menyandarkan tubuhnya ke batang pohon sambil memegang pistolnya dengan waspada. "Apa yang ada di sini? Tidak ada tambang, tidak ada emas. Hanya pohon tua."
Risa mendekati bagian akar pohon yang membentuk celah seperti pintu kecil. Ia merogoh ke dalam kalung yang selalu ia pakai kalung pemberian ibunya yang di kehidupan lalu dihancurkan Doni, namun kini masih utuh dan cantik di lehernya. Liontin kalung itu ternyata memiliki ujung yang runcing, menyerupai kunci.
"Ibu pernah bilang, 'Jika kau tersesat, kembalilah ke akar yang memberimu hidup'," ujar Risa pelan.
Ia memasukkan ujung liontin itu ke sebuah lubang kecil di batang Jati Purba.
KLIK.
Sebuah kompartemen rahasia terbuka di dalam kayu yang solid. Di dalamnya terdapat sebuah kotak kayu cendana yang wangi. Saat Risa membukanya, ia tidak menemukan dokumen bisnis. Ia menemukan sebuah buku harian berwarna biru pucat dan sebuah lencana perak dengan lambang keluarga yang sangat asing bagi Risa.
"Lencana itu..." Revano mendekat, matanya membelalak. "Itu lambang Adhyaksa Lama. Bagaimana ibumu bisa memilikinya?"
Risa terpaku. Ia membuka buku harian itu dan membaca halaman pertama yang ditulis dengan tulisan tangan ibunya yang rapi.
"Untuk Risa, jika kau menemukan ini, artinya aku sudah tidak ada dan kau sedang diburu oleh mereka yang haus akan kuasa. Ketahuilah, kau bukan hanya seorang Permata. Kau adalah hasil dari perjanjian darah yang dikhianati. Adrian bukan hanya pamanmu, dia adalah orang yang seharusnya menikahiku sebelum aku melarikan diri bersama ayahmu, Baskoro..."
Risa merasa dunianya berguncang. Di kehidupan sebelumnya, ia mengira ibunya hanyalah wanita desa biasa yang cantik. Ternyata, ibunya adalah pelarian dari konflik dua dinasti besar: Permata dan Adhyaksa.
"Revano..." Risa menatap pria di sampingnya. "Keluargamu... dan keluargaku... kita sudah terikat sejak sebelum kita lahir."
Tiba-tiba, suara tepuk tangan terdengar dari kegelapan kabut.
"Benar sekali, Risa. Sebuah drama romantis yang berakhir tragis," Adrian Permata muncul dari balik kabut, kali ini ia sendiri, memegang sebuah alat kendali jarak jauh. "Lestari adalah milikku. Baskoro mencurinya, dan sebagai gantinya, aku akan mengambil setiap inci dari apa yang dia cintai, termasuk kau dan hartanya."
"Paman Adrian, kau gila!" teriak Risa.
"Gila? Tidak, aku hanya ingin apa yang menjadi hakku," Adrian menekan sebuah tombol.
Di sekeliling mereka, lampu-lampu sorot yang dipasang secara instan menyala, mengepung Jati Purba. Pasukan Adrian telah mengunci posisi mereka.
"Revano, serahkan gadis itu," perintah Adrian. "Keluarga Adhyaksa tidak perlu terlibat dalam urusan domestik Permata. Aku tahu ayahmu sedang sakit, kau butuh kestabilan bisnis, bukan skandal."
Revano menatap Risa, lalu menatap pistolnya yang tinggal menyisakan beberapa peluru. Di kehidupan pertama, Revano mungkin akan menyerahkan Risa demi keuntungan. Tapi di sini, di bawah naungan Jati Purba, sesuatu telah berubah dalam diri sang predator kota itu.
"Maaf, Adrian," Revano menyeringai, sebuah seringai yang mematikan. "Aku lebih suka skandal daripada membosankan. Dan gadis ini... dia adalah investasiku yang paling berharga."
Revano menarik Risa ke belakang punggungnya. "Risa, apa ada jalan keluar dari sini?"
Risa melihat ke arah Sistem.
[SISTEM : DETEKSI TEROWONGAN BAWAH TANAH DI BAWAH AKAR JATI PURBA.]
[SYARAT AKTIVASI : TUMPAHKAN DARAH GARIS KETURUNAN ASLI PADA AKAR.]
Risa mengambil pisau lipatnya. Tanpa ragu, ia mengiris telapak tangannya sendiri. Darah segar menetes ke akar tua Jati Purba. Tanah di bawah mereka tiba-tiba bergetar.
"Apa yang kau lakukan?!" teriak Adrian panik.
"Mengakhiri bab ini, Paman!" balas Risa.
Lantai hutan di bawah Jati Purba amblas, membuka sebuah lorong kuno yang gelap. Risa dan Revano melompat masuk tepat saat anak buah Adrian melepaskan tembakan beruntun.
Di dalam lorong bawah tanah yang lembap, mereka merangkak dengan cepat. Bau tanah dan akar yang lapuk memenuhi indra penciuman mereka. Setelah beberapa menit, mereka sampai di sebuah ruangan yang lebih luas, sebuah bunker tua peninggalan zaman kolonial yang telah dimodifikasi menjadi ruang penyimpanan dokumen.
"Tempat apa ini?" tanya Revano sambil menyalakan senter ponselnya.
Risa berjalan ke tengah ruangan. Di sana terdapat sebuah meja besar dengan peta wilayah yang sangat detail. Ini adalah ruang kerja rahasia ayahnya yang tidak pernah ia ketahui. Di sini, segala bukti kejahatan Pak Surya, Doni, dan bahkan Adrian Permata tertata dengan rapi dalam map-map baja.
[SISTEM : MISI SELESAI!]
[HADIAH : UNLOCK FULL MEMORY - 'MALAM KEMATIAN LESTARI'.]
[ANDA MENDAPATKAN 1000 POIN DENDAM.]
Tiba-tiba, sebuah memori menyambar otak Risa seperti kilat. Ia melihat ibunya, bukan meninggal karena sakit, melainkan karena diracun secara perlahan oleh seseorang yang ia percaya. Dan orang itu adalah... Nyai Ratna, ibu Doni, atas perintah Adrian.
"Mereka membunuh Ibuku..." desis Risa, tubuhnya gemetar karena amarah yang luar biasa. "Mereka tidak hanya menghancurkan hidupku di masa depan, mereka menghancurkan hidupku sejak aku masih kecil."
Revano mendekat, ia melihat dokumen-dokumen itu. "Risa, dengan bukti-bukti ini, kita tidak hanya bisa memenjarakan mereka. Kita bisa menghapus nama Permata dan Wijaya dari peta bisnis Indonesia."
Risa menoleh ke arah Revano. Matanya kini benar-benar merah, penuh dengan api pembalasan yang tidak akan padam sampai semuanya rata dengan tanah.
"Tidak, Revano. Memenjarakan mereka terlalu mudah," ujar Risa dengan suara yang sangat dingin. "Aku ingin mereka merasakan apa yang aku rasakan. Aku ingin mereka kehilangan harta, nama baik, dan akhirnya... kewarasan mereka. Dan aku akan memulainya dari Doni Wijaya."
Di luar, fajar mulai menyingsing. Adrian Permata masih berdiri di depan Jati Purba yang kini tertutup rapat kembali, merasa sangat marah karena kehilangan jejak. Ia tidak tahu bahwa di bawah kakinya, keponakannya sedang menyusun rencana yang akan menghancurkan seluruh dunianya.
Risa menatap Revano. "Berapa banyak anak buah yang bisa kau datangkan ke sini dalam satu jam?"
Revano tersenyum, mengeluarkan ponsel satelitnya. "Seluruh pasukan Adhyaksa siap bergerak atas perintahku. Apa rencanamu, Nyonya Masa Depan?"
"Kita akan membuat pertunjukan di pesta kabupaten bagian kedua," ujar Risa. "Doni mengira dia masih punya sertifikat palsu itu. Kita akan membiarkan dia mencoba menjualnya di depan para investor internasional hari ini. Dan saat itulah, kita akan menjatuhkan hukuman mati bagi reputasi mereka."
Saat Risa dan Revano keluar dari terowongan rahasia yang tembus ke pinggir sungai, mereka dihadang oleh seseorang. Bukan Adrian, melainkan Doni Wijaya yang tampak berantakan dan memegang sebuah granat aktif.
"Jika aku tidak bisa memiliki ladang itu, dan aku tidak bisa memilikimu, Risa... maka tidak ada seorang pun yang bisa!" teriak Doni dengan mata yang gila.
Risa hanya berdiri tenang, ia menatap Doni dengan Mata Kegelapan. Ia bisa melihat bahwa pin granat itu sebenarnya belum dicabut sepenuhnya.
"Doni," ujar Risa pelan. "Kau ingin tahu sebuah rahasia? Di kehidupan lain, kau membunuhku. Tapi di kehidupan ini, kaulah yang memohon untuk mati di tanganku."
Apa yang akan dilakukan Risa untuk menghentikan kegilaan Doni? Dan benarkah Revano sudah benar-benar berada di pihak Risa, atau dia hanya menunggu saat yang tepat untuk mengambil kotak cendana itu?