Seorang Aktor papan atas berusia 30 tahun. karirnya benar-benar sempurna dalam dunia entertainment. Ketampanan dan ketenarannya juga selalu dia manfaatkan dengan menjalin hubungan bersama banyak wanita.
Hubungan seksual jangan ditanya lagi. Dirgayantara yang memang seorang pemain. Tidak jarang dia menciptakan skandal huru-hara. Tetapi namanya tetap baik karena bantuan manajernya Valery Anastasya yang selama ini berada di sampingnya yang selalu mengurus pekerjaan Dirga.
Hubungan mereka bisa dikatakan tidak cukup baik. Valery banyak mengurus artis-artis, tetapi sikapnya sedikit berbeda kepada Dirga. Dirga merupakan anak dari pendiri perusahaan entertainment yang dinaungi Valery. Seharusnya sikap Valery harus jauh lebih baik kepada Dirga tetapi nyatanya berbanding terbalik yang mereka berdua kerap kali bertengkar.
Sampai akhirnya keduanya terjerat jalinan terlarang yang seharusnya profesional menjadi penuh drama.
Bagaimana kelanjutan tentang hubungan aktris dengan manajer tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonecis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25 Tidak Bisa Mengendalikan Diri
Keduanya memang sama-sama menghadapi kesulitan dalam melepaskan rambut Valery dari kancing baju Dirga. Sampai akhirnya hal itu bisa juga terlepas. Valery sudah kembali pada posisi berdirinya dengan memegang rambut yang cukup sakit tertarik.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Dirga.
"Tidak," jawab Valery dengan kesal.
"Makanya lain kali hati-hati," ucap Dirga.
"Apa maksud kamu? Jadi kamu menyalahkanku?" tanya Valery dengan wajah yang terlihat begitu kesal.
"Lalu apa ini juga salahku?" Dirga seperti biasa tidak akan mau disalahkan.
"Aku juga tidak akan seperti ini jika tidak membantu kamu ke tempat tidur, kau itu seharusnya berterima kasih kepadaku karena sudah dibantu!" tegas Valery.
"Kau manajerku dan bukankah segala sesuatu kau emang harus membantuku dan mengurusku," sahut Dirga.
"Iya-iya dan setelah itu kau akan mengatakan bahwa aku tidak pernah mengurusmu," sahut Valery semakin kesal dengan Dirga dan padahal terlihat keduanya bertengkar seperti itu hanya menghilangkan kecanggungan di antara mereka.
"Sudahlah sebaiknya kau istirahat dan jangan mengajakku mengobrol lagi!" tegas Valery yang langsung mengambil tempat untuk duduk di sofa dengan membaringkan tubuhnya.
"Kau akan menemaniku malam ini di sini?" tanya Dirga.
"Daripada artisku merasa dijadikan sebagai anak tiri dan lebih baik tetap berada di sini," jawab Valery yang membuat Dirga tersenyum.
Dirga sepertinya memang ingin Valery menemaninya di rumah sakit daripada harus Jensen.
"Jangan melihatku seperti itu dan tidurlah, besok pagi kondisi kamu harus jauh lebih membaik agar di mendapat izin untuk keluar dari rumah sakit," ucap Valery.
"Baik bos," sahut Dirga.
Valery menaikkan menaikkan alisnya yang cukup heran dengan kelakuan Dirga.
Suasana di dalam ruangan rumah sakit terasa begitu sangat hening, hanya ada Dirga dan Valery di ruang perawatan yang cukup luas itu.
Valery tertidur di sofa dan sementara Dirga di atas ranjang. Dirga tiba-tiba saja terbangun dan melihat ke arah Valery tampak nyenyak tidur.
Dirga menarik nafas panjang dan membuang perlahan ke depan dan kemudian perlahan turun dari ranjang. Walau infus masih berada di tangannya tetapi tetap saja Dia terlihat tidak peduli dan rela memegang botol infusnya.
Dirga mengambil selimut dan ternyata menyelimuti Valery, bukannya setelah itu meninggalkan Valery dan ternyata Dirga malah berjongkok di dekat Valery sehingga jarak mereka begitu sangat dekat.
Mata Dirga tidak lepas menatap wajah cantik itu, wajah jutek dan pemarah yang ternyata memiliki sisi kemanisan dan apalagi saat tertidur, benar-benar begitu teduh membuat jantung Dirga berdebar kencang.
Tiba-tiba saja Dirga tersenyum tipis dengan tangannya perlahan memegang pipi Valery dan menyelipkan anak rambut di belakang daun telinga Valery, karena menutupi wajah cantiknya.
Bisa-bisanya dalam kondisi seperti itu Dirga tiba-tiba saja membayangkan bagaimana saat mereka menghabiskan malam bersama dan dengan jelas dia melihat wajah cantik itu tanpa kesakitan dengan air mata yang keluar dari ujung kelopak matanya.
Kembali membayangkan fantasi dengan Valery membuat Dirga keringat dingin dan bahkan kesulitan menelan ludah.
"Apa-apaan ini!" umpat Dirga tampak begitu gelisah.
Kegelisahan itu semakin menjadi-jadi ketika tatapan matanya fokus pada bibir indah milik Valery.
Dirga semakin kesulitan menelan ludah yang benar-benar tidak tenang membuatnya secara perlahan mengecup bibir itu.
Gila, Dirga benar-benar merasa dirinya sudah gila yang tidak menyangka jika ketagihan dengan dengan Valery.
Untung saja Dirga masih bisa mengendalikan dirinya dan bagaimana jika tidak, bisa-bisa mungkin dia sudah mencium lebih dalam lagi dengan lumatan yang penuh dengan sensasi, dan ternyata hal itu tidak dia lakukan.
Dirga langsung buru-buru meninggalkan Valery sebelum Valery bangun.
Di atas tempat tidur beberapa kali Dirga mengatur nafasnya naik turun yang memijat kepalanya, dia benar-benar bisa gila yang baru saja memikirkan Valery.
"Ada apa dengan diriku, kenapa rasanya saat ini sangat panas jika berada di dekatnya, aku justru menginginkan untuk bersamanya kembali. Gila, ini benar-benar sangat gila dan seharusnya aku tetap pada prinsipku yang tidak akan tidur dengan wanita yang sama untuk kedua kalinya, aku juga tidak menyangka bisa menghabiskan malam bersama dengan Valery,"
"Apa mungkin aku harus membuat ulah agar kembali mendapatkan syarat untuk tidak bersama dengannya?"
"Dirga kenapa otakmu mendadak kotor seperti ini. Apa yang ada di pikiranmu saat ini, kau benar-benar sudah sakit jiwa," Dirga berkali-kali memukul kepalanya sendiri yang ingin menyandarkan diri bahwa dia terlalu berlebihan memikirkan Valery.
Bukan Valery yang terjebak dengan Dirga, tapi justru Dirga terjebak dengan manajernya sendiri.
****
Hari ini adalah kepulangan Dirga dan di dalam ruang perawatan itu Jensen sudah ada di sana dengan menyiapkan keperluannya untuk pulang dari memasukkan pakaian ke dalam tas.
"Maaf, Bos, baru bisa jenguk hari ini," ucap Jensen.
"Bukan menjenguk namanya, tetapi kau hanya menjemputku," jawab Dirga kesal.
"Iya-iya. Maaf, jangan marah seperti itu," sahut Jensen.
"Untuk apa juga aku marah, dengan tidak ada dirimu aku bisa bersamanya," gumam Dirga dengan pelan dan hampir tidak terdengar oleh Jensen.
"Bos bilang apa tadi?" tanya Jensen.
"Tidak mengatakan apapun, lupakan saja, oh iya kenapa Valery tidak ikut menjemputku?" tanya Dirga tetap saja mencari wanita yang padahal baru tadi pagi berpamitan pulang dengannya.
"Dia itu manager super sibuk dan banyak urusan," jawab Dirga.
"Ya sudah kalau begitu," sahut Dirga tidak membahas hal itu lebih panjang lagi.
Akhirnya Dirga bersama dengan asistennya keluar dari ruang rawat dan Dirga juga sudah bisa berjalan dan memang kondisinya jauh lebih baik daripada sebelumnya.
"Astaga Bos, kelupaan sesuatu," Jensen menepuk jidatnya membuat Dirga mengerutkan dahi.
"Ada apa lagi?" tanya Dirga tampak begitu kesal.
"Ponsel ketinggalan," jawab Jensen.
"Kau ini benar-benar ya, sebentar lagi kepalamu akan kau tinggalkan," ucap Dirga dengan kesal.
"Maaf Bos. Manusia tidak luput dari kesalahan. Aku ambil sebentar dan jangan kemana-mana," ucap Jensen yang langsung buru-buru pergi sebelum bosnya itu marah.
"Dasar, lama-lama dia memang tidak becus bekerja," ucap Dirga geleng-geleng kepala.
Dirga melihat ke arah koridor rumah sakit dengan mengerutkan dahi saat melihat Valery yang berjalan begitu buru-buru.
"Bukankah itu Valery, kenapa dia ada di sini dan tadi berpamitan untuk pergi ke kantor?"
"Lalu kenapa dia tampak buru-buru sekali dan ingin ke mana dia?"
Dirga bertanya-tanya dengan penuh rasa penasaran, karena tidak ingin penasarannya tidak terjawab membuat Dirga langsung meninggalkan tempat tersebut tanpa menunggu Jensen dan lebih memilih untuk mengejar Valery.
Valery terlihat begitu khawatir yang berada di depan ruangan ICU. Saat baru saja meninggalkan rumah sakit dan tiba-tiba saja sudah mendapat telepon jika ibunya drop yang membuat Valery benar-benar frustasi dengan kepanikan yang sejak tadi mondar-mandir di depan ruangan tersebut.
"Mama harus bertahan, Valery tidak bisa hidup tanpa Mama. Valery saat ini bertahan hanya karena Mama," ucap Valery dengan air matanya yang jatuh dan tampak begitu lengah.
Jika sudah berurusan dengan Ibunya dan maka dia bukanlah lagi wanita yang ditakuti atau disegani, tetapi wanita yang benar-benar rapuh.
Valery selama ini hanya memiliki Ibunya dan dia tidak membayangkan jika wanita yang dia cintai pergi meninggalkannya.
Bersambung..