NovelToon NovelToon
Elara: Ibu Tiri Bidadari?

Elara: Ibu Tiri Bidadari?

Status: tamat
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel / Ibu Tiri / Fantasi Isekai / Time Travel / Fantasi Wanita / Reinkarnasi / Tamat
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: tanty rahayu bahari

Apa yang akan kalian lakukan saat tiba-tiba kalian masuk kedalam novel favorit kalian???

itu lah yang di alami Anya uang harus berjuang hidup di dalam novel sebagai ibu Tiri Jahat tapi ingin berubah jadi ibu tiri baik bak bidadari.

akan kah anya dapat merubah jalan hidup nya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tanty rahayu bahari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5: Pertemuan di Perpustakaan Terlarang

​Setelah kegagalan parsialnya mendekati anak-anak, Anya kembali ke kamar dengan perasaan campur aduk. Rian menerima kue karena didorong oleh naluri anak-anak, bukan kepercayaan. Siera menolak dengan keras. Strategi "kebaikan yang tersembunyi" ini sangat melelahkan.

​Ia butuh tempat untuk memproses informasi Elara asli. Dan ia tahu persis di mana tempat itu: Perpustakaan Pribadi Duke.

​Di novel, perpustakaan itu adalah tempat yang dilarang bagi Elara asli, yang tidak pernah tertarik pada buku. Namun, Anya yakin di suatu sudut tersembunyi, Elara yang licik pasti menyembunyikan rencana-rencana jahatnya.

​Malam itu, setelah memastikan Duke Alaric masih berada di kantornya dan anak-anak sudah tidur, Anya menyelinap keluar kamar. Ia bergerak seperti bayangan di koridor yang diterangi lampu minyak redup. Gaun tidurnya yang gelap membantunya menyatu dengan bayangan.

​Menjelajahi Perpustakaan Terlarang

​Aroma kulit tua dan kertas menguasai indranya saat ia memasuki perpustakaan besar Duke. Ruangan itu dingin, sunyi, dan dipenuhi rak-rak buku yang menjulang tinggi hingga ke langit-langit. Ini adalah surga bagi Anya yang gemar membaca, tetapi ia tidak punya waktu untuk menikmati buku-buku itu.

​Ia mencari di area yang paling tidak mungkin disentuh Elara: bagian sejarah dan politik kuno.

​Setelah mencari selama hampir setengah jam, di balik rak buku yang sangat tua, ia menemukan sebuah celah. Ia mendorong salah satu buku, dan rak itu bergeser, menampakkan sebuah pintu rahasia kecil.

​Di dalamnya ada sebuah ruangan kecil dan pengap, tidak lebih besar dari lemari pakaian, berisi meja kecil dan tiga buku bersampul kulit hitam. Jurnal Elara Bellatrix.

​Jantung Anya berdebar kencang. Ia mengambil jurnal itu dan kembali ke kamar, mengunci dirinya.

​Menggali Kejahatan Masa Lalu

​Anya membuka jurnal pertama. Tulisan tangan Elara asli sangat rapi, tetapi isinya sangat kejam.

​Jurnal itu adalah rekaman kronologis tentang kebencian dan rencana manipulatif Elara terhadap Duke Alaric dan anak-anak.

​“10 Mei. Bocah itu (Rian) terlalu manja. Aku akan pastikan Duke melihatnya sebagai beban, bukan berkah. Aku akan membuatnya takut pada kegelapan sehingga ia tidak pernah bisa tidur tanpa pengasuh. Ha! Biar Duke tahu apa artinya susah.”

​“22 Mei. Siera membaca buku-buku yang terlalu rumit. Anak itu terlalu pintar, terlalu mirip ibunya yang sudah mati. Jika dia menjadi cerdas, dia akan melihat kebohonganku. Aku akan merobek semua buku yang kulihat. Pendidikan adalah senjata yang berbahaya jika tidak ada di tanganku.”

​“5 Juni. Si bodoh Alaric masih mempercayaiku hanya karena aku cantik. Tapi sebentar lagi, dengan bantuan Antagonis Utama, uang Duke akan jadi milikku. Aku akan menyingkirkan anak-anak itu, lalu aku bebas.”

​Anya merasakan mual yang luar biasa. Ia tahu Elara jahat dari novel, tetapi membaca niat gelap itu secara langsung, dari perspektif orang pertama, benar-benar mengerikan. Tindakan Elara bukan didorong oleh ketidaktahuan, tetapi oleh kejahatan murni dan terencana.

​Ia menutup jurnal itu, merasa jijik. Ia harus bekerja lebih keras lagi untuk membersihkan trauma yang ditimbulkan oleh ‘dirinya’ yang lama. Dua bulan setengah terasa seperti dua hari.

​Perhatian Tulus yang Pertama

​Keesokan harinya, setelah tidur yang gelisah, Anya memutuskan untuk berfokus pada pekerjaan bisnisnya di dalam kamar. Ia membuat beberapa ramuan teh herbal pertamanya dan mulai mengemasnya dengan label sementara "Calla".

​Sore harinya, ia mendengar suara gaduh kecil dari luar kamar.

​Dia mengintip dan melihat Rian, anak kecil itu, sedang mencoba mengambil layang-layang mainannya yang tersangkut di dahan pohon di halaman samping. Pelayan yang ditugaskan mengawasinya sedang mengobrol di kejauhan.

​Rian mencoba memanjat, tetapi ia terpeleset dan jatuh, lututnya tergores cukup parah. Ia segera menarik lututnya, berusaha menahan tangis agar tidak menarik perhatian pelayan, mungkin karena takut akan dimarahi seperti yang sering dilakukan Elara.

​Anya melihat ketakutan di wajah Rian lebih jelas daripada rasa sakit fisiknya. Ini adalah kesempatan, bukan untuk menunjukkan kebaikan, tetapi untuk menunjukkan tindakan tanpa penghakiman.

​Anya mengambil salah satu botol kecil berisi minyak esensial lavender yang baru ia buat (awalnya untuk dijual) dan buru-buru keluar kamar.

​Dia tidak berjalan, tetapi berlari kecil ke arah Rian.

​“Rian!” panggilnya pelan.

​Rian tersentak, wajahnya pucat pasi saat melihat ibu tirinya mendekat. Ia mencoba berdiri dan lari, meskipun lututnya berdarah.

​Anya berhenti lima langkah darinya. Dia berlutut lagi, memperlihatkan botol kecil di tangannya.

​“Jangan lari,” kata Anya lembut, suaranya dipenuhi ketenangan. “Aku tidak akan memarahimu karena bermain. Aku tidak marah karena kau jatuh. Aku hanya ingin membantu lukamu.”

​Rian hanya diam, matanya terpaku pada botol di tangan Anya.

​“Ini minyak lavender. Aku yang membuatnya,” jelas Anya. “Ini akan menghilangkan rasa sakit dan mencegah luka ini menjadi lebih buruk. Aku tidak akan menyentuhmu tanpa izinmu. Kau bisa mengambilnya dan mengobatinya sendiri.”

​Anya meletakkan botol kecil itu di rumput di antara mereka.

​“Aku tidak ingin hadiah, Rian. Aku hanya ingin lukamu tidak infeksi. Aku sungguh menyesal atas semua yang sudah kulakukan padamu. Aku harap suatu hari nanti kau bisa percaya padaku sedikit.”

​Lalu, Anya bangkit dan berbalik. Ia berjalan pergi tanpa menoleh, sama seperti saat ia memberikan kue madu.

​Kali ini, Rian tidak segera mengambil botol itu. Ia menunggu, matanya mengawasi punggung Elara/Anya hingga wanita itu masuk kembali ke dalam mansion.

​Setelah yakin Elara tidak kembali, Rian menatap lututnya yang berdarah, lalu ke botol kecil itu. Aroma lavender yang lembut melayang di udara.

​Dengan tangan gemetar, Rian mengambil botol itu. Dia membuka tutupnya dan menuangkan sedikit minyak ke lukanya. Ada sensasi dingin, menenangkan.

​Saat Rian mengoleskan minyak itu, air matanya menetes—bukan karena sakit, tetapi karena kebingungan. Elara yang dulu akan memarahinya, bahkan mungkin mencambuknya karena merusak gaun atau membuat kekacauan. Elara yang ini... hanya merawatnya.

​Ini adalah interaksi pertama, sekecil apa pun, yang didasarkan pada kebutuhan Rian dan tindakan murni Anya.

​Di dalam kamarnya, Anya menghela napas lega. Ini adalah langkah maju yang sangat kecil, tetapi berhasil. Luka fisik sembuh lebih cepat daripada luka emosional, pikirnya. Jika ia bisa terus menunjukkan tindakan kebaikan yang tulus, ia mungkin bisa memenangkan waktu dan kesempatan untuk bertahan hidup.

...****************...

Bersambung....

Terima kasih telah membaca📖 💞

Jangan lupa bantu like komen dan share❣️

1
Dewiendahsetiowati
terima kasih untuk ceritanya dan ditunggu karya selanjutnya thor
tanty rahayu: makasih banyak kaka sudah mau berkenan baca karya ku... jangan lupa baca karya ku yang lain ya ka 😍
total 1 replies
Lala Kusumah
semangat Elara 👍👍💪💪💪
Lala Kusumah
teruslah berbuat baik Anya pasti mereka luruh juga hatinya untuk memandang mu 🙏🙏🙏
Lala Kusumah
semangat Naya 💪💪💪
tanty rahayu: hehehe iya, tapi emang namanya itu itu lg ya 😄
total 4 replies
Dewiendahsetiowati
hadir thor
tanty rahayu: makasih banyak kaka 😍😍😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!