NovelToon NovelToon
Magang Di Hati Bos Muda

Magang Di Hati Bos Muda

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Keluarga / Teen School/College / CEO / Romansa
Popularitas:10
Nilai: 5
Nama Author: Mrs. Fmz

Satu kesalahan di lantai lima puluh memaksa Kirana menyerahkan kebebasannya. Demi menyelamatkan pekerjaan ayahnya, gadis berseragam putih-abu-abu itu harus tunduk pada perintah Arkan, sang pemimpin perusahaan yang sangat angkuh.
​"Mulai malam ini, kamu adalah milik saya," bisik Arkan dengan nada yang dingin.
​Terjebak dalam kontrak pelayan pribadi, Kirana perlahan menemukan rahasia gelap tentang utang nyawa yang mengikat keluarga mereka. Di balik kemewahan menara tinggi, sebuah permainan takdir yang berbahaya baru saja dimulai. Antara benci yang mendalam dan getaran yang tak terduga, Kirana harus memilih antara harga diri atau mengikuti kata hatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. Fmz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16: Jejak di Antara Reruntuhan

Semburan api berwarna jingga pekat melalap bingkai pintu kayu jati hingga hancur menjadi debu yang beterbangan di udara. Kirana terlempar ke sudut lorong akibat gelombang panas yang sangat kuat, membuat pendengarannya berdenging seperti ribuan lebah yang menyerang kepalanya secara bersamaan. Ia merayap dengan ujung jemari yang gemetar, mencoba melihat ke dalam ruangan yang kini telah berubah menjadi lautan api yang sangat ganas.

"Tuan Arkananta! Tolong jawab saya jika Anda masih ada di dalam sana!" teriak Kirana dengan suara yang serak dan penuh dengan keputusasaan yang mendalam.

Hanya suara derak kayu terbakar yang membalas panggilannya, menambah rasa sesak yang menghimpit dada gadis itu hingga sulit bernapas. Kabut asap hitam mulai menyelimuti pandangannya, membuat setiap tarikan napas terasa seperti menelan bara api yang membara. Kirana tidak peduli pada luka lecet di lututnya, ia terus merangkak maju menuju pusat ledakan dengan sisa tenaga yang ia miliki.

"Jangan bodoh, Nona Muda, bangunan ini akan segera runtuh dalam hitungan menit saja!" sebuah suara berat menghentikan pergerakannya secara tiba-tiba.

Kirana mendongak dan mendapati seorang pria dengan pakaian serba hitam sedang berdiri di atas reruntuhan tangga yang miring. Pria itu bukan pengawal musuh, melainkan salah satu orang kepercayaan Arkananta yang seharusnya sudah berada di markas rahasia. Ia segera menarik lengan Kirana dengan sangat kuat, memaksa gadis itu untuk berdiri dan menjauh dari pintu yang mulai runtuh sebagian demi sebagian.

"Di mana Tuan Arkan? Anda tidak boleh membiarkan dia terkubur hidup-hidup di bawah sana!" jerit Kirana sambil memukul-mukul lengan pria itu dengan kepalan tangan yang lemah.

Pria itu tidak menjawab, ia justru memberikan sebuah tabung oksigen kecil kepada Kirana agar gadis itu bisa bernapas dengan lebih lega di tengah pekatnya asap. Mereka berlari menuruni tangga darurat yang bergoyang hebat akibat struktur bangunan yang mulai tidak stabil lagi. Di luar gedung, hujan deras masih mengguyur bumi dengan sangat lebat, mencoba memadamkan api yang terus berkobar dengan sangat sombongnya.

"Tuan Arkananta selalu memiliki rencana cadangan, sekarang kita harus menyelamatkan diri kita terlebih dahulu," ujar pria itu sambil membukakan pintu keluar yang tersembunyi.

Kirana jatuh tersungkur di atas rumput yang basah dan berlumpur, matanya tidak pernah lepas dari lantai atas gedung yang kini sudah mulai miring. Ia melihat bayangan seseorang sedang bergerak di antara kobaran api di lantai tempat Arkananta berada tadi. Jantung Kirana seolah berhenti berdetak saat melihat bayangan itu terjun bebas ke arah kolam renang besar yang berada di samping gedung tersebut.

"Itu dia! Itu pasti Tuan Arkan! Cepat bantu saya menuju ke sana sekarang juga!" seru Kirana dengan binar harapan yang kembali menyala di matanya.

Mereka berlari melintasi taman yang berantakan, mengabaikan petir yang sesekali menyambar di langit malam yang sangat kelam dan menakutkan. Kirana melompat ke tepian kolam renang yang airnya kini tertutup oleh abu hitam dan sisa-sisa reruntuhan bangunan yang terbakar. Ia melihat sosok pria sedang berusaha berenang menuju pinggiran dengan gerakan yang sangat lambat dan tampak sangat kepayahan.

"Tuan Arkananta! Berikan tangan Anda, saya akan menarik Anda ke atas!" ucap Kirana sambil menjulurkan tangannya sejauh mungkin ke arah permukaan air.

Pria itu berhasil meraih tangan Kirana, namun saat wajahnya muncul ke permukaan, Kirana terpekik kaget dan hampir melepaskan pegangannya. Pria itu bukanlah Arkananta, melainkan musuh bebuyutan keluarga Dirgantara yang tadi mengancam nyawanya dengan sangat kejam. Pria itu tampak sangat lemah dengan luka bakar yang cukup parah di bagian wajah dan bahu kirinya.

"Kenapa... kenapa malah Anda yang selamat dari ledakan itu?" tanya Kirana dengan nada bicara yang penuh dengan kekecewaan yang mendalam.

Pria itu terbatuk-batuk mengeluarkan air kolam yang kotor, matanya menatap Kirana dengan pandangan yang sangat licik dan penuh dengan kebencian. Ia tertawa kecil meskipun suaranya terdengar sangat parau dan menyakitkan telinga siapa pun yang mendengarnya saat ini. Ia menarik tangan Kirana dengan sangat kuat hingga gadis itu ikut terjatuh ke dalam air kolam yang sangat dingin dan membekukan.

"Arkananta sudah memilih untuk mati demi memastikan saya tidak membawa lari dokumen warisan itu, gadis kecil," desis pria itu sambil mencengkeram leher Kirana di dalam air.

Kirana meronta-ronta dengan sangat hebat, mencoba melepaskan cengkeraman tangan pria tua yang sangat haus akan kekuasaan tersebut. Air kolam yang dingin mulai masuk ke dalam indra penciumannya, membuat paru-parunya terasa sangat perih dan pandangannya mulai kabur secara perlahan. Namun, sebuah tangan lain tiba-tiba muncul dari dasar kolam dan menarik kaki pria musuh tersebut hingga pegangannya pada leher Kirana terlepas.

Kirana muncul kembali ke permukaan sambil terengah-engah, menghirup udara malam yang segar dengan sangat rakus seolah baru saja kembali dari kematian. Ia melihat ke bawah permukaan air dan melihat dua bayangan sedang bergulat dengan sangat sengit di dasar kolam yang sangat gelap. Tidak lama kemudian, permukaan air menjadi tenang kembali dan hanya menyisakan satu orang yang muncul dengan napas yang memburu sangat kencang.

"Tuan Arkan? Apakah itu benar-benar Anda?" tanya Kirana dengan suara yang nyaris hilang akibat rasa trauma yang sangat besar.

Arkananta menyeka air dari wajahnya, ia menatap Kirana dengan tatapan yang sangat lembut namun sekaligus menyimpan luka yang sangat mendalam di dalam jiwanya. Ia tidak mengucapkan satu kata pun, hanya memberikan sebuah jam tangan perak milik musuhnya yang tadi tenggelam kepada Kirana sebagai bukti kemenangan. Arkananta segera membawa Kirana keluar dari kolam dan menyelimutinya dengan jas hitamnya yang masih terasa hangat meskipun sudah basah kuyup.

"Semuanya sudah berakhir, sekarang kita harus pergi dari sini sebelum anak buahnya yang lain datang mengepung tempat ini," bisik Arkananta dengan suara yang sangat berwibawa.

Mereka berjalan menuju sebuah mobil yang sudah menunggu di pinggir jalan raya yang sangat sepi dan terpencil di tengah hutan tersebut. Kirana menatap gedung tua yang kini sudah runtuh sepenuhnya menjadi tumpukan puing yang masih mengeluarkan asap tipis di bawah guyuran hujan. Ia merasa ada sesuatu yang hilang dari hatinya, sebuah kepastian mengenai nasib wanita yang tadi mengaku sebagai bibinya yang penuh dendam.

"Tuan, apakah bibi saya juga terjebak di dalam gedung itu saat ledakan terjadi tadi?" tanya Kirana saat mereka sudah berada di dalam mobil yang melaju sangat tenang.

Arkananta tidak menjawab secara langsung, ia justru mengeluarkan sebuah kalung liontin yang sama persis dengan milik Kirana dari dalam saku celananya. Kalung itu tampak hangus di bagian pinggirannya, menandakan bahwa benda itu diambil dari tempat yang sangat dekat dengan pusat ledakan tersebut. Arkananta memberikan kalung itu kepada Kirana dengan tangan yang sedikit bergetar, menunjukkan sisi manusianya yang sangat jarang ia perlihatkan.

"Dia sudah memilih jalannya sendiri, Kirana, dan sekarang kamu adalah satu-satunya pemilik sah dari rahasia keluarga ini."

Kirana memegang kalung itu dengan perasaan yang sangat hancur, menyadari bahwa ia kini benar-benar sendirian tanpa ada satu pun anggota keluarga yang tersisa. Namun, saat mobil melintasi sebuah jembatan besar, Kirana melihat sebuah mobil pengangkut jenazah yang sedang berhenti di pinggir jalan dengan penjagaan ketat. Di dalam mobil tersebut, ia melihat sosok pria yang sangat mirip dengan ayahnya sedang duduk tenang sambil menatap ke arah luar jendela dengan senyum misterius.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!