Cerita ini lanjutan Aku Yang Tidak Sempurna.
Bakat yang di milikinya adalah warisan dari sang mama yang seorang pelukis terkenal.
Namun ia lebih memilih menjadi pelukis jalanan untuk mengisi waktu luangnya. Berbaur dengan alam itu keinginannya.
Dia adalah Rafan Nashif, seorang pelukis jalanan dan sekaligus seorang CEO di perusahaan.
Namun tidak banyak yang tahu jika dirinya seorang CEO, bahkan pacarnya sendiri pun tidak tahu.
Sehingga ia di hina dan di selingkuhi karena di kira hanya seorang seniman jalanan yang tidak punya masa depan.
Bagaimana kisah selanjutnya? Jika penasaran, mampir yuk!
Cerita ini hanyalah fiksi belaka, jika nama tempat, nama orang ada yang sama itu hanya kebetulan semata dan tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25
Walau pun Lestari belum memberikan kepastian, namun Rafan tetap menemani Lestari untuk berbelanja.
"Mas di sini ya, jangan ngintip," kata Lestari, kemudian dia mendorong troli ke tempat pembalut.
Lestari kemudian mengambil yang lain untuk menutupi pembalut tersebut. Baru setelah itu dia kembali ke tempat Rafan.
"Sudah?" tanya Rafan. Lestari mengangguk.
Rafan juga mengambil barang-barang untuk keperluan Lestari. Cukup banyak, sehingga troli belanjaan penuh.
"Bayar pakai ini," kata Rafan memberikan kartu hitam tanpa batas. Lestari menolak, karena dia juga punya uang.
Rafan memaksa agar Lestari membayar menggunakan uangnya. Lestari akhirnya mau juga.
"Bagaimana membawanya Mas? Sedangkan kita menggunakan motor," tanya Lestari setelah selesai membayar.
"Tenang saja, bisa kok," jawab Rafan.
Rafan memanggil penjaga dari rumahnya memintanya untuk datang dengan menggunakan mobil. Dengan segera penjaga itu pergi ke tempat Rafan berada.
"Kita tunggu sebentar," kata Rafan.
"Iya Mas," ujar Lestari.
Lebih kurang setengah jam, penjaga pun datang dengan membawa mobil. Rafan pun memasukkan barang belanjaannya ke dalam bagasi.
"Paman ikuti aku," kata Rafan. Penjaga pun mengangguk lalu mengikuti motor Rafan.
"Maaf Mas jadi ngerepotin," ucap Lestari ketika mereka sudah tiba di depan rumah Lestari.
"Tidak apa-apa," ucap Rafan. Rafan kemudian meminta penjaga untuk membawa barang-barang belanjaan.
Rafan dan Lestari juga membawanya. Namun Rafan dan penjaga tidak masuk ke dalam rumah.
"Loh, kok semuanya di bawa ke sini?" tanya Lestari. Dia berpikir yang banyak itu belanjaan Rafan. Namun nyatanya di bawa semuanya ke rumah Lestari.
"Ini memang untuk mu," jawab Rafan.
Penjaga duluan pulang, karena tugasnya sudah selesai. Rafan meminta untuk Lestari masuk ke dalam rumah.
"Aku pulang dulu, ini sudah malam," kata Rafan.
Lestari mengangguk. "Hati-hati Mas," ucapnya.
Lestari belum masuk karena dia ingin melihat Rafan. Setelah Rafan pergi, barulah Lestari masuk.
Lestari menggelengkan kepalanya perlahan. Rafan terlalu, namun dia tidak berani mengatakan iya untuk menjawab ungkapan perasaan Rafan.
Mungkin terdengar gampang kalau bilang iya, namun bagi Lestari kata itu cukup berat untuk di ucapkan.
Bukan dia tidak suka, sebenarnya dia juga memiliki perasaan yang sama, namun dia merasa rendah diri dan merasa tidak pantas untuk laki-laki sebaik dan setampan Rafan.
Di mata Lestari, Rafan adalah laki-laki sempurna. Kaya, tampan, mapan dan semuanya di miliki oleh Rafan.
Sementara dirinya, dia hanyalah seorang anak yatim-piatu yang di besarkan di panti asuhan. Itulah yang membuat Lestari sulit untuk menjawab iya.
"Maafkan aku Mas, aku tidak layak untukmu," gumam Lestari.
Di tempat lain ...
Ningsih bersama temannya mendatangi sebuah rumah di ujung desa. Rumah yang lumayan sepi dan cukup jauh dari pemukiman warga.
"Mbah, saya mau minta tolong," kata Ningsih.
"Mm, apa yang kamu inginkan Nak?" tanya Mbah Darmo.
"Aku ingin Mbah buat orang ini jatuh cinta padaku. Apa bisa Mbah?" tanya Ningsih sambil menyerahkan foto Rafan yang di ambilnya dari rumah Sekar.
"Bisa saja, tapi jika ada konsekuensi," jawab si Mbah.
"Apa Mbah?" tanya Ningsih.
"Jika gagal, akan berbalik padamu. Dan kemungkinan kamu bisa kehilangan kewarasan. Apa kamu bersedia?" jawab si Mbah.
"Aku bersedia Mbah, yang penting buat pemuda ini jatuh cinta padaku," ujar Ningsih.
"Sih, kamu yakin akan melakukan itu? Bahaya loh," bisik Salindri temannya Ningsih.
"Gak apa-apa Dri, yang penting aku mendapatkannya," jawab Ningsih berbisik pula.
Si Mbah bertanya nama pemuda itu, Ningsih pun menyebutkan namanya. Si Mbah kemudian membaca mantra-mantra yang terdengar aneh.
Lalu melakukan ritual yang yang aneh juga. Dengan membakar kemenyan sambil membaca mantra-mantra di foto Rafan yang di berikan oleh Ningsih.
Sementara Rafan yang masih dalam perjalanan. Namun ia tiba-tiba merasakan merinding tanpa sebab.
Rafan membaca ayat kursi dalam hati, kemudian membaca surah-surah pendek. Barulah dia merasa tidak merinding lagi.
Rafan melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Kemudian ia menemukan sebuah masjid dan berhenti di situ.
Rafan kembali merasakan ada yang mengikutinya. Ketika ia menoleh, sekelebat bayangan hitam melintas di belakangnya.
Rafan kembali membaca ayat-ayat pengusir setan dan iblis. Baru kemudian ia masuk ke dalam masjid.
Rafan segera mengambil air wudhu untuk melakukan sholat. Ia hanya meminta perlindungan kepada Allah SWT.
Karena baginya, sebaik-baiknya perlindungan adalah kepada Sang Pencipta. Rafan pun melajukan sholat dua rakaat. Setelah selesai, Rafan membaca kembali membaca ayat-ayat suci.
"Ya Allah ada apa ini? Kenapa aku seperti di ikuti," batinnya. Rafan masih terus membaca ayat-ayat suci hingga perasaan nya mulai tenang.
"Aku berlindung kepadamu ya Allah dari setan yang terkutuk," ucap Rafan.
Sekarang perasaan Rafan sudah mulai lega. Bayangan hitam yang tadi mengikutinya pun sudah menghilang.
Rafan melanjutkan perjalanannya untuk kembali ke rumah. Sesampainya di rumah, ia mengucapkan salam sebelum masuk, walau pun tidak ada yang menjawab.
Rafan langsung ke kamar karena suasana rumah sudah sepi. Rafan menduga jika mereka semua sudah tidur.
Rafan langsung mengambil air wudhu dan kembali sholat. Walau pun ia sudah merasa tenang, tapi ia tetap akan meminta kepada Allah untuk keselamatan dirinya.
...****************...
Keesokan harinya ...
Pagi-pagi Saskia menerima telepon dari Sekar dan mengatakan jika Ningsih sudah tidak waras. Dan si Mbah Darmo di temukan meninggal dalam keadaan tragis.
Para warga tidak tahu apa penyebabnya? Tapi mereka menemukan selembar foto Rafan di rumah si Mbah itu.
Dugaan kuat para warga adalah, Ningsih meminta bantuan kepada si Mbah untuk mengguna-guna Rafan.
"Apa? Kok bisa?" tanya Saskia dengan nada terkejut.
Semua mendengarnya karena Saskia sengaja me-loud speaker kan ponselnya.
"Aku juga tidak menyangka Sas, foto yang di temukan di rumah Mbah Darmo adalah foto Rafan sewaktu SMA," jawab Sekar.
Seruni, Jovan, Farhan dan Rafan hanya terdiam. Mereka juga tidak menyangka jika Ningsih akan melakukan hal-hal seperti itu.
Semua kejanggalan yang Rafan rasakan semalam terjawab sudah. Karena dirinya baru kali ini merasakan keanehan seperti itu.
Saskia menyudahi panggilan teleponnya. Saskia menoleh ke Rafan dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Apa yang kamu rasakan sayang?" tanya Seruni.
"Semalam aku merasa di ikuti, aku baca-baca ayat-ayat suci," jawab Rafan.
Rafan kemudian menceritakan kejanggalan-kejanggalan lainnya. Namun berkat pertolongan Allah akhirnya Rafan tidak kenapa-kenapa.
"Syukurlah kamu tidak kenapa-kenapa sayang," ucap Seruni.
Jovan menyarankan agar Rafan pergi ke negara P terlebih dahulu untuk beberapa hari. Rafan menolak, namun Jovan memaksa.
Dan akhirnya Rafan setuju karena Seruni juga menyarankan. Mereka semua akhirnya berencana untuk pergi ke negara P sekeluarga.
Rafan menghubungi Ridho untuk mengurus perusahaan sementara dia tidak ada. Kemudian Jovan menghubungi Gusti karena mereka akan ke negara P.
"Kamu tidak menghubungi Lestari, sayang?" tanya Seruni.
"Tidak Ma, biar sajalah," jawab Rafan lesu.
Seruni melihat ada perubahan pada putranya, Seruni hanya memberi semangat. Karena kalau cinta harus ada perjuangan. Rafan hanya tersenyum manis agar tidak begitu kentara.