🥉Juara 3 lomba Wanita Kuat.
IG= Erna Less22
FB= Erna Liasman
EKLUSIF HANYA DI NOVELTOON, JIKA ADA DI TEMPAT LAIN ATAU DENGAN AKUN BERBEDA BERARTI PLAGIAT! LAPORKAN!!
Dewi Maha Putri adalah nama seorang wanita yang jago bela diri, kuat, tangguh dan dingin, ia punya pengikut yang banyak. Ia sudah terkenal di penjuru dunia. Siapa yang tidak mengenalnya?
Ia sering mengikuti kompetisi-kompetisi bergengsi Internasional, bahkan tuan rumah di setiap Negara memanggilnya master. Baik itu preman jalanan, geng kecil maupun besar menjulukinya sebagai Dewi pembunuh, karena ia sangat kejam. Ia bahkan pernah mengusir teroris dari suatu negara di pukul mundur di buatnya dan ia juga pernah membantai bos mafia besar hanya dengan dirinya sendiri.
Sayangnya, ia mati di jebak oleh musuhnya yang tidak ia kenali. Akan tetapi di dalam mobil itu ternyata terpasang bom alarm, di situlah ia mati dengan tragis.
Dewi di beri kesempatan kehidupan kedua dan ia pun berpindah ke tubuh seorang gadis malan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19
"Sialan kamu Dewi! Kurang ajar! Kau sengaja mengambil uang ku agar aku tidak bisa naik kendaraan kan, semoga kamu mati mengenaskan!" teriak Anita geram.
Ia mengambil ponselnya lalu menelpon teman-temannya untuk menjemputnya.
"Lihat saja kamu Dewi! Aku akan membalasnya!" teriak Anita lagi.
Sesampainya di kampus, Dewi memarkirnya mobilnya lalu mengambil kunci mobil. Dewi mengambil kaca mata hitam milik Anita yang tergantung di tempat mainan mobil, ia pun memakainya.
Dewi keluar dari mobil membuat para mahasiswa menjadi heran, ini pemandangan yang berbeda, sejak kapan Dewi bisa naik mobil Anita.
"Heh! Kalian! Jangan melihatku seperti perampok ya!" sergah Dewi.
Mereka pun kembali dengan aktifitasnya berlalu lalang masuk ke ruangannya. Dewi menghitung jumlah uang yang ia dapatkan dari Anita tadi.
"Hm … 500 ribu? Ya lumayan lah buat nganjel perut beberapa hari. Heh! Melalui ingatan pemilik tubuh ini, Anita selalu di beri uang jajan lebih, sedang kan dirinya hanya pas-pasan, sungguh mengenaskan. He-he-he kenapa aku tidak merampok uang jajan Anita saja setiap hari," ucap Dewi menyengir.
Dewi pun berjalan menuju kantin kampus, makanan yang ia makan di rumah tadi hanya sedikit masuk ke dalam perutnya, kira-kira cuma menganjel di perut sebelah kiri, sedangkan kanan, atas, bawah, tengah masih kosong.
Saat Dewi menuju ke kantin, ia menepis rambutnya yang tergerai lurus itu, di tambah ia memakai kaca mata hitam, rasanya sungguh wow.
"Itu Dewi kan? Serius itu Dewi semester 3 yang cupu itukan?" tanya salah satu mahasiswa yang rasa-rasanya mengenalinya.
"Ah masa sih? Dewi semester 3 itu beneran cupu abis, aku belum pernah melihat gadis secupu dia, mungkin mereka orang yang berbeda," jawab temannya.
Dewi melihat ke kiri dan kanan dan ia tertuju ke arah 3 orang pria yang sedang mengatainya. Dewi menuju ke arah 3 pria itu dan duduk di depan mereka.
"Bude, pesan mie goreng 3 porsi," pesan Dewi mengangkat tangannya.
"Baik Non," jawab pemilik kantin.
Dewi menurunkan kaca matanya hingga menggantung di hidungnya.
"Tadi aku dengar kalian mengatakan sesuatu, bolehkah di ulangi lagi?" tanya Dewi menopang dagunya di tangan kirinya.
"Ti-tidak! Kami tidak ada mengatakan apa-apa," jawab mereka menggeleng hebat, tiba-tiba suasana menjadi horor. Mereka memegang kuduknya merasa merinding di tengkuknya.
"Aku ulangi perkataan ku, bolehkah kalian mengulangi lagi," ucap Dewi mendekati wajahnya ke arah 3 mahasiswa itu. "Jika tidak mengulanginya lagi akan ku potong jari-jari kalian yang bagus ini," bisik Dewi menunjuk ke arah jari-jari tangan mereka, secepatnya mereka menyimpan tangannya di dalam baju.
Dewi menarik kembali wajahnya dan duduk dengan benar.
"Ayo katakan," ucap Dewi sambil tersenyum manis.
"Iya, iya kami katakan," ucap mereka gugup.
"I-itu kami bilang, kamu gadis cupu yang tidak ada yang bisa menyaingi kecupuanmu. Ka-kami minta maaf, kami sangat minta maaf," ucap mereka menundukkan kepalanya beberapa kali dan mereka ingin kabur, akan tetapi di tahan oleh Dewi.
"Mau kemana kalian! Ayo temani kakak makan dulu," perintah Dewi.
"Eh i-iya kakak, ka-kami temani," ucap mereka pasrah, rasanya seperti berat kaki mereka untuk melangkah dan seperti di ikat tali dengan kuat, dan juga mereka harus menahan nafas.