NovelToon NovelToon
Dunia Dzaka

Dunia Dzaka

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Identitas Tersembunyi / Keluarga / Trauma masa lalu
Popularitas:719
Nilai: 5
Nama Author: Bulan_Eonnie

Aaron Dzaka Emir--si tampan yang hidup dalam dekapan luka, tumbuh tanpa kasih sayang orang tua dan berjuang sendirian menghadapi kerasnya dunia.

Sebuah fakta menyakitkan yang Dzaka terima memberi luka terbesar sepanjang hidupnya. Hidup menjadi lebih berat untuk ia jalani. Bertahan hidup sebagai objek bagi 'orang itu' dan berusaha lebih keras dari siapapun, menjadi risiko dari jalan hidup yang Dzaka pilih.

Tak cukup sampai di situ, Dzaka harus kehilangan salah satu penopangnya dengan tragis. Juga sebuah tanggung jawab besar yang diamanatkan padanya.

Lantas bagaimana hidup Dzaka yang egois dan penuh luka itu berlanjut?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bulan_Eonnie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DD 24 Fa... Dzaka....

Suara sirene ambulans yang menderu semakin nyaring, memecah keheningan malam yang mencekam di persimpangan itu. Tanvir menatap Dzaka yang tergeletak tak sadarkan diri di kursi kemudi, wajahnya pucat pasi, napasnya tersengal. Ketakutan itu mencengkeramnya erat.

Begitu ambulans berhenti tak jauh dari mobil Dzaka, Tanvir langsung berlari dengan sisa-sisa tenaganya menghampiri para petugas kesehatan yang sigap keluar dari kendaraan. "Tolong, Pak! Teman saya! Dia pingsan di dalam mobil," seru Tanvir panik, menunjuk ke arah Dzaka.

Dua orang paramedis segera menghampiri mobil Dzaka. Mereka dengan cepat membuka pintu dan memeriksa kondisi Dzaka. Salah seorang paramedis dengan teliti memeriksa denyut nadi dan pupil mata Dzaka, sementara yang lain mengecek respons tubuhnya. Mereka tidak menemukan luka luar yang berarti, namun wajah pucat Dzaka dan kondisi pingsannya membuat mereka harus bertindak cepat.

"Tidak ada luka luar yang terlihat, tapi kondisinya sangat lemah. Kita harus membawanya ke rumah sakit segera untuk pemeriksaan lebih lanjut dan diagnosis yang jelas," kata salah seorang paramedis kepada Tanvir. "Kemungkinan ada gegar otak ringan atau syok."

Hati Tanvir sedikit lega mendengar tidak ada luka parah, namun kekhawatiran masih menyelimutinya. "Baik, Pak. Tolong segera."

Dengan hati-hati, para paramedis memindahkan Dzaka ke tandu, lalu membawanya masuk ke dalam ambulans.

Di ambulans lainnya, sudah ada satu tandu berisi korban kecelakaan motor. Pengendara motor yang tadi nyaris menabrak Dzaka tergeletak tak bernyawa, tubuhnya ditutupi selimut.

Wajah Tanvir semakin pucat saat menyadari, pengendara motor itu tewas di tempat. Ngeri mengingat betapa dekatnya Dzaka dengan maut. Tanvir segera ikut naik ke dalam ambulans, duduk di samping tandu Dzaka, menggenggam erat tangan sahabatnya yang mulai terasa dingin.

...----------------...

Di kediaman mewah Dzaka, suasana terasa mencekam. Paman Adi terduduk lemah di depan pos penjagaan, wajahnya pucat pasi dan tatapannya kosong. Bi Edah berdiri di sampingnya, berusaha menenangkan Paman Adi yang tubuhnya tampak gemetar. Para pengawal pun tampak saling berbisik, tegang.

"Ada apa ini?" tanya Dimitri yang baru saja memasuki kediaman Dzaka untuk mengajar les.

Bi Edah menoleh, wajahnya sembab. "Den Dzaka... Den Dzaka pergi, Tuan. Dia nekat keluar sendiri, padahal kondisinya belum pulih."

Dimitri mengerutkan kening. "Pergi? Ke mana? Dan kenapa Paman Adi terlihat ...." Dimitri tidak melanjutkan ucapannya. Paman Adi terlihat mengkhawatirkan.

Paman Adi masih diam, matanya terpaku pada ponsel di genggamannya. Raut wajahnya menunjukkan kesedihan dan kekhawatiran yang teramat sangat.

Tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya didengar Paman Adi dari telepon, sehingga para pengawal maupun Bi Edah tidak bisa memberikan informasi apapun selain fakta bahwa Dzaka pergi. Yang jelas, ini berkaitan dengan tuan muda mereka, Dzaka.

Tiba-tiba, ponsel di genggaman Paman Adi kembali bergetar, menampilkan nama Tanvir. Genggaman Paman Adi pada ponsel itu begitu lemah, seolah ia tak punya kekuatan untuk mengangkatnya. Dimitri yang berada di sana, melihat kondisi Paman Adi yang tak berdaya, langsung menyambar ponsel itu dan mengangkat panggilan dari Tanvir.

Suara Tanvir di seberang sana terdengar panik dan terengah-engah, meskipun kini sedikit lebih tenang. "Paman! Dzaka akan dibawa ke rumah sakit. Sekarang kami sedang berada di ambulans."

Dimitri yang mendengar kondisi Dzaka terdiam. Ada apa dengan Dzaka? Bahkan suara Tanvir menjelaskan bahwa sesuatu yang besar baru saja terjadi. Hati Dimitri berdenyut sakit mulai membayangkan kemungkinan buruk yang terjadi.

Namun, genggaman lemah Paman Adi pada lengannya kembali menyadarkannya. Paman Adi menatapnya dengan tatapan memohon, sehingga Dimitri mendekatkan ponsel di tangannya ke arah Paman Adi.

"Rumah sakit mana, Nak Tanvir?" tanya Paman Adi lemah.

"Rumah Sakit Cahaya Medika, Paman! Dan ... Paman ... tolong utus beberapa pengawal untuk menjemput motor saya di dekat persimpangan tadi dan juga memeriksa mobil Dzaka yang sempat menabrak trotoar," pinta Tanvir.

Paman Adi memejamkan mata sejenak, menghela napas berat. "Baik, Nak Tanvir. Saya akan urus itu. Kamu fokus saja pada Tuan Muda Dzaka. Saya akan segera ke sana."

Tanvir memutus panggilan secara sepihak menyisakan Paman Adi yang mencoba mengumpulkan tenaganya kembali. Kemudian segera memberi perintah kepada beberapa pengawal yang berjaga untuk pergi ke lokasi yang diberitahu Tanvir sebelumnya.

Dimitri kemudian menoleh ke arah Paman Adi. "Paman, kita ke rumah sakit sekarang."

Paman Adi mengangguk lemah, wajahnya masih pucat pasi. Dia mengikuti Dimitri menuju mobil, hati dan pikirannya dipenuhi kekhawatiran tak berujung.

...----------------...

Setibanya di Rumah Sakit Cahaya Medika, Dzaka dibawa menuju UGD dan Tanvir berdiri di depan pintu UGD, mondar-mandir dengan gelisah. Wajahnya masih pucat, dan dia masih terlihat syok.

"Ya Tuhan ... tolong selamatkan Dzaka," lirihnya dengan dada bergemuruh hebat. Ketika pikirannya semakin larut pada kejadian sebelumnya, ponsel Tanvir bergetar di saku celananya.

Itu Raffa. Tanvir sampai melupakan sahabatnya yang satu ini. Setelah dipikir kembali, hari ini Tanvir terlalu banyak mendapat pukulan di mentalnya. Raffa yang berada dalam bahaya diikuti Dzaka yang hampir terlibat kecelakaan hebat.

"Halo, Vir. Lo di mana? Gue udah hampir sampai di rumah Dzaka nih. Sebaiknya kita datang bareng supaya Dzaka gak terlalu khawatir."

Ucapan Raffa membuat Tanvir terdiam sejenak. Raffa tidak tahu menahu bahwa Dzaka menyusul berencana menyelamatkannya. Jika Raffa tahu kondisi Dzaka saat ini, apakah sahabatnya itu akan menyalahkan dirinya sendiri?

"Fa!" panggil Tanvir setelah terdiam beberapa saat. Suara Tanvir terdengar serak dan lemah dan dari panggilannya Raffa menyadari Tanvir tengah ragu.

"Vir. Ada apa? Lo baik-baik aja, kan?" Raffa tidak bisa membayangkan kalau sampai Tanvir kenapa-kenapa. Dia baru saja melewati kejadian menegangkan, sehingga rasanya mentalnya masih sangat lemah jika harus mendengar kejadian buruk lainnya yang mungkin terjadi pada sahabat baiknya.

"Fa ... Dzaka ...."

Kening Raffa mengernyit dalam. "Ada apa sama Dzaka, Vir?"

"Fa... Dzaka... masuk rumah sakit. Sekarang gue lagi nungguin dia diperiksa." Tanvir akhirnya hanya mengatakan hal itu.

"Rumah sakit mana, Vir? Gue ke sana sekarang!"

... ----------------...

Raffa langsung menyalakan mesin motornya dan berniat berbelok menuju rumah sakit. Namun, sebuah mobil yang dikenali Raffa melaju kencang melewatinya.

"Kenapa Paman Adi ngebut?" Raffa mencoba menerka, tapi pemikirannya malah membawanya kepada sebuah kesimpulan yang membuatnya panik. "Apa kondisi Dzaka parah?"

Tanpa menunggu lagi, Raffa menyusul menuju rumah sakit. Meskipun kondisinya juga belum terlalu baik, Raffa harus memastikan kondisi Dzaka terlebih dahulu.

Tergesa-gesa membuat Raffa beberapa kali hampir saja menyerempet motor dan mobil lain. Klakson nyaring sebagai peringatan untuknya bahkan tak menghentikan Raffa. Kini yang ada dipikirannya adalah sampai di rumah sakit segera.

Ketika tiba di parkiran rumah sakit, Raffa melihat tidak jauh dari sana Paman Adi sedang berjalan bersama seorang pemuda di sampingnya. Namun, melihat wajah Paman Adi yang pucat pasi, pikiran Raffa tak bisa untuk tidak memikirkan hal-hal buruk.

Segera dia melangkah masuk dan menuju Unit Gawat Darurat. Ketika sampai dia melihat Tanvir berdiri di depan pintu ruang UGD seraya berbicara dengan Paman Adi dan pemuda yang bersama Paman Adi tadi.

Raffa melangkah mendekat ke sana. Suasana UGD memang selalu ramai. Raffa bahkan melihat sebuah brankar di dorong melewatinya dengan sosok yang tertutupi selimut dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Dia orang yang hampir menabrak Dzaka, Paman ... Bang!" Suara Tanvir terdengar jelas di rungu Raffa di antara suara ramai di sekitarnya.

Tunggu. Apa maksudnya? Tabrakan? Bukankah Dzaka tadi menunggu mereka di rumah karena kondisinya yang belum pulih?

Tak ingin memenuhi kepalanya dengan berbagai tanya tanpa menemukan jawab. Raffa berjalan mendekat. "Hampir nabrak Dzaka?"

1
Jena
Bener-bener bikin ketagihan.
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Terima kasih kakak❤️ Nantikan terus updatenya ya kak😊
total 1 replies
bea ofialda
Buat yang suka petualangan, wajib banget nih baca cerita ini!
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Terima kasih kakak sudah mampir❤️
total 1 replies
Mamimi Samejima
Teruslah menulis, ceritanya bikin penasaran thor!
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Terima kasih sudah mampir kakak❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!