Malam tragis, telah merenggut masa depan Zoya. Menyisakan trauma mendalam, yang memisahkannya dari keluarga dan cinta.
Zoya, mengasingkan diri yang kembali dengan dua anak kembarnya, anak rahasia yang belum terungkap siapa ayahnya. Namun, siapa sangka mereka di pertemukan dengan sosok pria yang di yakini ayah mereka?
Siapakah ayah mereka?
Akankah pria itu mengakuinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dini ratna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saling Janji
“Beraninya kau menamparku!”
“Jangan!” teriak Zayden, menahan tubuh Laras, yang hendak menampar Zoya. Laras, semakin kesal ketika tubuhnya dihimpit kedua bocah kecil itu.
“Hei, dua ingusan lepas tidak!”
“Tidak! Aku tidak akan membiarkan nenek sihir sepertimu melukai Mama!” tegas Zayda, mendongak menatap tajam ke arah Laras, wajah Laras semakin memerah menahan marah.
“Dasar! Jika kalian tidak suka, jangan tinggal di sini, pergi sana!”
“Apa-apaan ini!”
Seketika, mereka menoleh ke arah Omar yang berdiri di depan tangga. Omar, terkejut melihat pertengkaran antara istri, anak dan cucunya itu.
“Ini Mas, mereka kurang ajar. Anak-anak ini sudah berani padaku, dan Zoya, dia menamparku Mas!”
“Apa itu benar?” tanya Omar, dengan ekspresi yang tidak bisa diartikan.
Omar, memandang ke arah Zoya dengan penuh rasa kecewa. “Zoya, kenapa kamu tidak pernah berubah. Papa pikir setelah kamu pergi dari rumah ini, kamu merenung dan memikirkan kesalahanmu. Tapi … kamu masih saja sama.”
“Maksud, papa?”
Zoya, memandang sedih ke arah Omar yang memeluk Laras. Seperti 15 tahun yang lalu, ayahnya masih tetap membela dan percaya kepada Laras, juga Mika. Padahal Zoya, tidak pernah bersalah tetapi karena mereka ayahnya selalu menyalahkannya. Apapun yang dia lakukan tetaplah salah.
“Papa, tidak bisa menyalahkan Zoya begitu saja. Zoya, punya alasan sendiri Pa, kenapa Zoya menampar Mama.”
“Apapun alasannya, itu tidak bisa dibenarkan.” Lirik Omar dengan tajam. “Papa, selalu mengajarkanmu untuk menghargai dan menghormati orang tua.”
“Ya, karena ajaran itu Zoya selalu menurutinya dan selalu diam walau disalahkan. Zoya, tidak bisa lagi tinggal di sini, Zoya, tidak kuat jika anak-anak Zoya, nanti mendapat perlakuan tidak adil di sini.”
“Zoya, kamu mau pergi lagi?” tanya Omar dengan marah.
“Kenapa Zoya harus tetap di sini? Bukankah Zoya, sudah tidak diakui lagi di sini?”
Omar terdiam.
“Zayden, Zayda, ayo kita pergi.”
Zoya, menuntun kedua tangan mereka menuju kamar hanya untuk mengambil barang-barang mereka. Setelah itu, mereka kembali keluar yang pergi meninggalkan rumah itu.
Omar hanya diam, tapi Laras dia tersenyum puas. Ternyata, sangat mudah mengusir anak tirinya itu.
“Sudah, aku bilang. Zoya, tidak berubah yang tetap menjadi anak pembangkang. Kamu lihat sendiri, kan tadi … anak-anaknya juga sama, mereka sudah berani kepada neneknya, Alea saja tidak pernah membentakku seperti itu.”
“Sudah, keputusan yang tepat kamu mengusirnya dulu. Jika tidak, dia akan menjadi aib keluargamu.”
“Sudah, Laras … jangan diperpanjang. Aku lelah, aku ingin istirahat.” Omar, berlalu menuju kamarnya, sementara Laras wanita itu mengatai suaminya dari belakang.
***
Zoya, kembali ke apartemen bersama Zayden dan Zayda. Saat kembali, Zoya dikejutkan dengan keberadaan Arini yang memang masih menunggunya. Entah, sejak kapan gadis itu menjaga rumahnya sampai membersihkan hingga memasak untuknya. Terlihat beberapa hidangan di atas meja makan, Arini memasak semua itu seakan tahu Zoya akan pulang hari ini.
“Mama, itu siapa?” tanya Zayda.
“Itu, kak Arin, teman Mama. Kalian pergi ke kamar kalian dulu, ganti baju, bersih-bersih dan simpan tas sekolah kalian.”
“Iya, Mama.”
Zayden dan Zayda, pergi ke kamarnya. Sedangkan, Zoya, dia mendekati Arini.
“Arini, bangun,” ucapnya membangunkan Arini yang tertidur pulas di atas sofa.
Arini, menggeliat sambil mengucek matanya lalu terbangun dan duduk ketika melihat Zoya.
“Mbak Zoya, sudah pulang?”
“Iya. Kamu masih di sini Rin?”
“Arin, kan sudah bilang akan menunggu Mbak Zoya. Apa anak-anak selamat Mbak?”
“Mereka ada di kamar, alhamdulillah tidak kenapa-napa.”
“Syukurlah, tapi siapa yang menghubungi Mbak?”
“Seseorang yang saya kenal.” Zoya, bukan tipe orang yang akan mengatakan silsilah keluarganya, baik masalah atau tidak. Karena baginya, orang lain tidak perlu tahu tentang kehidupannya.
“O iya, Mbak Zoya boleh tinggal di sini, kan? Temani Mbak Zoya dan anak-anak. Arini, sudah bawa semua barang-barang Arini.”
Zoya, menoleh ke arah kamar kedua yang berada di ujung dekat dapur. “Arini akan bayar uang sewa kok, Mbak.”
“Kamu ini, saya juga numpang Rin.” Zoya dengan tawanya. “Tapi, nggak apa-apa aku senang kamu di sini.” Akhirnya kata-kata itu mengembangkan senyum Arini.
“Arini, sudah masak Mbak, kita makan dulu, ya.”
“Aku mau mandi dulu sebentar, lalu panggil anak-anak.”
“Iya, Mbak.”
Zoya, pergi ke kamarnya, dia memandang ke luar jendela, mengingat kembali Ardian yang baru ia dengar kabar dukanya. Langkahnya, semakin maju mendekati jendela, menghirup udara malam sedikit menjernihkan pikirannya, juga menenangkannya.
“Tuhan, apa rencanamu yang sebenarnya? Engkau, mempertemukan kami tapi engkau juga memisahkan kami lagi. Apa, itu artinya anak-anakku tidak pantas mendapatkan sosok ayah? Apa mereka tidak akan bertemu ayah mereka lagi.” Zoya, semakin menatap langit-langit.
“Jika, engkau memberi kesempatan kedua, aku tidak akan menghalangi takdir mereka yang seharusnya untuk bersama. Engkau yang Maha Agung, engkau yang Maha Kuasa, engkau punya kekuatan dalam menentukan takdir, aku mohon … selamatkanlah Letnan Kolonel Ardian.”
Zoya, menengadahkan kedua telapak tangannya. Berharap, keajaiban akan datang. Zoya sangat berharap jika Ardian masih hidup.
“Mbak Zoya!” teriak Arini memanggil Zoya begitu menggema. Zoya, yang mendengar itu langsung keluar dari kamar.
“Ada apa Rin?”
“Mbak, Zoya lihat ini.” Tunjuk Arini ke arah televisi berukuran 50 inch.
Kabar meninggalnya Ardian, ternyata sudah diumumkan. Seluruh dunia sudah tahu jika anak Jenderal agung itu sudah gugur dalam perangnya. Kepergiannya menyisakan kesedihan yang mendalam, bagi mereka yang merasa kehilangan, tetapi … menjadi anugerah bagi mereka yang sangat menginginkan kepergian Ardian.
“Mbak, Arini tidak percaya jika pak Ardian sudah ….”
“Dia belum meninggal!” tegas Zoya, membuat Arini menoleh menatapnya heran.
“Aku, yakin Letnan Ardian masih hidup.”
“Tapi, Mbak?”
“Aku, yang akan membuktikan pada mereka jika Ardian masih hidup,” ucap Zoya menatap Arini penuh keyakinan. “Aku akan ikut bersama para relawan dokter yang akan pergi ke Qodroh, aku akan pastikan melihat jasadnya langsung. Jika tidak ada jasad itu artinya Ardian masih hidup.”
“Mbak Zoya, yakin? Lalu anak-anak ….”
“Kami mendukungmu Mama, doa kami akan selalu menyertaimu.”
Zoya dan Arini langsung menoleh ke arah Zayden dan Zayda. Ternyata mereka mendengar pembicaraannya, yang lama berdiri di depan pintu kamar. Zayden, dan Zayda melangkah bersama ke arah Zoya, lalu berkata.
“Janji untuk kembali bersama Om Letnan,” ujar Zayden.
“Janji, untuk menemukannya. Jika Mama yakin, hati kami juga yakin jika Om Letnan masih hidup.”
Bendung air matanya tidak dapat lagi tertahan, mendengar ucapan Zayden dan Zayda, membuat hatinya terenyuh. Zoya membungkuk lantas memeluk keduanya.
“Temukan Papa kita Mama, Temukan Papa Letnan,” ucap Zayda menangis dalam pelukan Zoya.
“Maafkan Mama sayang, Mama janji akan berusaha.” Zoya, mengecup kepala putra dan putrinya.
“Janji, jika kembali kami boleh tinggal bersama Papa, Zayda dan Zayden ingin memiliki keluarga yang utuh Mama.”
“Iya.” Zoya, mengangguk. “Iya, Mama janji setelah semuanya kembali kita akan menjadi keluarga yang utuh, kalian akan tinggal bersama papa kalian jadi … izinkan Mama untuk pergi, ya?” Mohon Zoya yang menggenggam kedua tangan putranya.
“Iya, Mama,” jawab Zayden dan Zayda serempak.
Arini, terpaku ia hanya bengong dengan beribu pertanyaan. Antara Ardian dengan papa mereka.
Zoya, memeluk kedua anaknya lalu mengecup mereka lagi.
berharap banyak part 🙏
smoga karmax kna ankx dokter goblok titisan iblis tu, bkin hidupx hancuuuurrrrr
hanya pentetang petenteng bangga dgn pangkat tp klakuan ky binatang.
smoga adrian tdk mo nikahi dokter ja***ng tu, yg sifatx g beda dgn bp nya ky binatang.
plagi laki" tua ortux adrian smoga cpt mati sj kna karma ulahx yg egois n smoga si kembar g mo akui sbgai kakekx lg biar tobat bkin hidup dua org laki" tua ni sengsara n dokter ja***ng yg sok berkuasa tu jg bkin pecat dr RS t4 krjax thooorrrr....