Anand dan Shan, dua sepupu yang tumbuh bersama, tak pernah membayangkan bahwa hidup mereka akan berubah begitu drastis.
Anand dikhianati oleh kekasihnya—wanita yang selama ini ia cintai ternyata memilih menikah dengan ayahnya sendiri. Luka yang mendalam membuatnya menutup hati dan kehilangan arah.
Di sisi lain, Shan harus menelan kenyataan pahit saat mengetahui kekasihnya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Pengkhianatan itu membuatnya kehilangan kepercayaan pada cinta.
Dalam kehancuran yang sama, Anand memutuskan untuk menikahi Shan.
Lantas apakah yang akan terjadi jika pernikahan tanpa cinta dilakukan? Akankah luka dapat disembuhkan dengan mereka menikah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izzmi yuwandira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 25
Makam itu masih basah. Mikha berdiri terpaku di depan pusara neneknya, matanya sembab, wajahnya pucat. Hatinya terasa hampa. Dunia seperti kehilangan warna. Satu-satunya orang yang mencintainya tanpa syarat… telah pergi.
Setelah prosesi pemakaman selesai, Mikha kembali ke rumah sakit. Langkahnya pelan dan berat, menuju kamar tempat neneknya dirawat. Ia ingin membereskan semua barang-barang neneknya, walau sebenarnya ia sendiri belum sanggup menerima kenyataan.
Ruang itu kini terasa dingin dan kosong.
Mikha duduk di kursi, memeluk guling bekas neneknya sambil menangis. “Untuk apa aku hidup kalau nggak ada nenek?” isaknya lirih. “Buat apa? Kenapa nenek tinggalin aku? Aku sekarang nggak punya siapa-siapa, Nek…”
Ia berjongkok. Kakinya lemas, tubuhnya goyah. Sakit di perutnya kembali datang. Sejak semalam ia belum makan, tapi ia tak peduli.
Saat mencoba berdiri, matanya menangkap kilau samar di bawah tempat tidur. Ia menyipitkan mata, mencoba melihat lebih jelas.
Perlahan ia merangkak masuk ke kolong tempat tidur. Tangan gemetar mengambil benda itu—sebuah cincin emas kecil, tampak mewah dan asing baginya.
“Punya siapa ini? Apa ini punya Nenek?” gumamnya bingung.
Ia menggenggam cincin itu erat. Lalu bayangan dua sosok perempuan yang tadi malam menabraknya kembali muncul di benaknya. Mereka lari terburu-buru dari kamar ini… mungkinkah salah satu dari mereka menjatuhkan cincin ini?
"Berarti... pemiliknya perempuan?" pikir Mikha, napasnya memburu.
Ia berdiri dengan tubuh gemetar. Pandangannya mulai berubah. Ada sesuatu yang tidak beres. Ia mulai bertanya-tanya…
Mungkinkah… neneknya dibunuh oleh seseorang?
Mikha memandangi cincin itu sekali lagi. Matanya kini tak lagi hanya menyimpan duka tapi juga tekad. Ia akan mencari tahu siapa pemilik cincin ini… dan apa yang sebenarnya terjadi malam itu.
Mikha mengantongi cincin itu, lalu memasukkan barang-barang neneknya ke dalam koper kecil. Ia menghembuskan napas panjang, menahan tangis yang hampir pecah lagi, kemudian melangkah keluar dari kamar rumah sakit dengan hati yang hancur dan kepala penuh pertanyaan.
Sore itu juga, Mikha pergi menemui Yani.
Yani berdiri di depan pintu rumahnya dengan ekspresi penuh amarah. “Mau apa kau ke sini? Gara-gara kau… ibuku meninggal!”
Mikha menatapnya tajam. “Sejak kapan ibu peduli sama nenek? Bukannya selama ini ibu nggak pernah peduli?”
Yani mengepal tangan, rahangnya mengeras. “Kalau kau dari awal denger apa yang aku bilang, nenekmu pasti nggak akan jadi seperti ini!”
Mikha menahan napas, lalu bertanya tajam, “Kenapa? Apa ibu yang udah bunuh nenek?”
“Apa?!” Yani melotot. “Kau udah gila ya?!”
“Aku yakin ibu yang ngelepas selang oksigen nenek…”
“Maksudmu apa?!”
Mikha merogoh saku jaketnya, lalu menunjukkan cincin emas kecil yang ia temukan. “Ini milik ibu, kan?”
Yani memandang cincin itu dengan kening berkerut. “Apa? Itu bukan punyaku!”
“Ngga usah bohong!”
“Itu bukan punyaku, Mikha! Kau tau sendiri aku nggak pernah pakai perhiasan!”
Mikha diam, masih menatap ibunya dengan curiga.
“Aku memang banyak salah sama ibuku… tapi aku nggak sejahat itu untuk nyakitin dia!” suara Yani mulai bergetar, matanya sedikit memerah.
Mikha menggenggam cincin itu lebih erat, hatinya campur aduk. Jika bukan Yani… lalu siapa?
Tapi seperti Yani tau siapa pemilik cincin itu, karena beberapa hari yang lalu ia sempat beberapa kali bertemu dengan orang itu.
Yani menyuruh Mikha untuk pergi dari rumahnya, Mikha menatap ibunya curiga, sepertinya ibunya tau sesuatu.
"Pergilah Mikha, aku butuh waktu untuk istirahat," ucap Yani sambil membalikkan badan.
Yani mengusir Mikha dari rumahnya.
Setelah Mikha tidak terlihat lagi, Yani menghubungi seseorang.
Kemudian Yani bersiap dan bergegas menemui orang itu.
Sesampainya di tempat yang sering mereka kunjungi, Mona sudah lebih dulu datang dan terlihat sangat kesal.
"Ngapain sih kau panggil aku kesini? Buang-buang waktu," ujar Mona dengan nada tinggi.
"Apa kau kehilangan sesuatu?" tanya Yani pelan sambil menatap tajam.
"Kehilangan apa? Aku nggak kehilangan apapun, hidupku sangat sempurna," jawab Mona dengan angkuh.
"Kau yakin nggak kehilangan sesuatu yang bisa jadi bukti... bahwa..."
Yani semakin mendekat kepada Mona, wajahnya berubah jadi penuh amarah.
"Kau yang telah membunuh ibuku," teriak Yani dan langsung mencekik leher Mona.
Mona kesakitan. "Sialan... lepaskan... ini sakit... Yani..."
Mona batuk-batuk, lehernya sangat sakit. Nafasnya terengah.
"Tega sekali kau lakukan itu pada ibuku!"
Mona tidak bisa berkata-kata, matanya berair. Ia memukul-mukul tangan Yani, namun Yani tidak juga melepaskannya.
"Aku kan sudah bilang bahwa aku akan bawa Mikha pergi, tapi kau tidak sabaran. Oke, akan kubunuh kau di sini sekarang juga!"
Mona semakin kesakitan, Yani semakin kuat mencekiknya.
Mona merasa bahwa ia akan mati sekarang juga, namun tiba-tiba…
"IBU!! HENTIKAN!!" suara Mikha menggema.
Yani terkejut dan langsung melepaskan leher Mona. Mona sangat lemas, wanita paruh baya itu terjatuh dan memegang lehernya. Ia mengatur napasnya dengan susah payah.
"Jadi cincin ini punya nenek?" tanya Mikha sambil menunjukkan cincin di tangannya.
Mona yang masih kesakitan mendongak ke atas dan melihat Mikha memegang cincin miliknya.
Mona sangat sulit untuk bicara.
"Tidak usah berdiri Nek, aku masih tahu etika kepada orang tua, jadi aku yang akan mendatangi mu," ucap Mikha datar.
"Apa yang kau lakukan di sini? Pulang Mikha," kata Yani gugup.
"Aku tidak akan pulang."
"Jadi kau mengikuti aku sampai ke sini?"
"Kalau aku nggak ikutin ibu, aku nggak akan tau siapa yang udah membunuh nenekku."
Mona masih terlihat kesakitan memegangi lehernya.
Mikha menghampiri Mona
Tadinya aku nggak mau berbuat jahat pada keluarga nenek, tapi kau yang mengubah ku untuk menjadi seperti ini nek
Mikha menatap Mona dengan penuh kebencian, aku akan akan menghancurkan keluarga mu, aku nggak akan tinggal diam, kau yang memaksaku untuk melakukan hal ini, tunggu dan lihatlah kejutan dariku.
Mikha mengambil kembali cincin milik Mona dan menyimpannya.
"Ayo ibu kita pulang"
"Apa yang akan kau lakukan Mikha?"
Mikha tidak menjawab pertanyaan ibunya.
Virzha sebenarnya mencintai istrinya cuman krn dibawah pengaruh ibu nya Ranika jadi kayak gitu, Anand juga cintanya terlalu besar buat Mikha dan effort nya dia gak main main, sedangkan Mikha? neneknya meninggal gara-gara si Mona dan Ranika, dia nggak cinta tapi demi neneknya dia cuman pengen balas dendam🥺🥺
eps 1 udh menguras tenaga sekale