Sugar Baby Om Sagara

Laura merengut, gadis itu mengerucutkan bibirnya sambil menyedekapkan kedua tangannya di dada. Di depannya, ada Sagara yang tengah berpakaian setelah mandi lagi. Lagi? Tentu, dia keramas lagi gara-gara Laura. Sebenarnya, bukan gara-gara Laura, tapi dia sendiri yang menawari.

"Udah dong, baby."

"Minggir aaahh, Daddy nyebelin!"

"Tapi Daddy enak, sayang."

"Kesel ihh, sanaan. Jangan deket-deket." Pinta Laura sambil mendorong pelan dada bidang Sagara agar menjauh darinya. Sagara terkekeh, Laura merajuk karena dipaksa mengemvt es krim coklat miliknya sampai mengeluarkan susu kental manisnya dan itu cukup lama, sampai Laura merasa mual sendiri akhirnya. Jadi, dia kesal karena hal itu. Belum lagi, dia tercipr4t cair4n itu hingga semuka-muka, Sagara tersenyum puas saat melihatnya berlumuran cair4n kent4l miliknya itu. 

"Daddy kasih upah, gimana?" 

"Aku mau Porsche." 

"Boleh, baby. Besok kita cari yaa."

"Apaan banget, masa langsung diiyain sih.."

"Jadi, kamu maunya Daddy larang gitu? Uang Daddy banyak, baby. Bisa memenuhi semua kebutuhan dan keinginanmu. Jadi, jangan ragu. Kalau ada yang kamu inginkan, tinggal bilang nanti Daddy belikan."

"Iya deh, si paling banyak uang."

"Kita pergi besok."

"Kemana?"

"Nyari mobil buat kamu, sayang. Tadi katanya mau Porsche." Jawab Sagara sambil mencolek pucuk hidung Laura dengan gemas. 

"Aku bercanda lho, Dad."

"Kalau serius juga gapapa, Daddy bisa belikan."

"Lagian, aku gak bisa nyetir."

"Gampang, kamu bisa les nyetir. Nanti Daddy daftarin."

"Iihhh, gak mau!"

"Lho, kenapa?"

"Kan ada Daddy yang bisa setirin aku, kalau masih ada Daddy, ngapain aku harus belajar nyetir sendiri?" Tanya Laura yang membuat Sagara terkekeh. 

"Kamu benar, baby. Baiklah, tidak perlu bisa menyetir sendiri. Kalau mau bepergian, kamu bisa menggunakan supir pribadi."

"Jadinya, masih marah nih?"

"Gak marah, cuma kesel doang. Wajah aku kecipr4tan tadi, mana di lidah rasanya aneh banget, membekas gak hilang-hilang." 

"Itu masker alami biar kamu makin glowing baby. Mahal lho harganya kalo beli, kamu harusnya seneng karena dapat secara gratis dari Daddy." Sagara tersenyum nakal, membuat Laura menghela nafasnya. Sudah resikonya kalau berhubungan dengan pria dewasa seperti Sagara, mesvmnya minta ampun. Untung ganteng plus tajir melintir, jadinya gak ilfeel sedikitpun. 

"Emang iya?" Lagi-lagi, Laura bertanya dengan polosnya. 

"Iya, sayang."

"Gitu ya? Pantesan ani-ani selalu glowing, pasti disemprot yang kayak gitu juga."

"Hahaha, sayang.." Sagara tergelak mendengar perkataan Laura, kelewatan polosnya memang, tapi lucu dan menggemaskan sekali bagi Sagara. 

"Jadi, upahnya mau apa kalau gak mau mobil?"

"Lihat besok aja deh, Dad. Aku belum kepikiran beli sesuatu."

"Hmm, yaudah. Kalau mau sesuatu, langsung bilang Daddy ya.."

"Iya, Dad. Omong-omong, hari Minggu nanti aku mau pergi ke rumah lamaku, Dad. Pengen berkunjung aja sekaligus mengenang masa kecil, boleh?"

"Boleh, Daddy antar."

"Daddy gak sibuk?" Tanya Laura pelan. Dia tak mau mengganggu pekerjaan Sagara, apalagi dia orang penting yang sudah pasti memiliki banyak sekali kesibukan. 

"Sesibuk apapun, pasti Daddy akan meluangkan waktu untukmu, baby."

"Benarkah?"

"Tentu. Daddy akan menemanimu.."

"Baiklah, terima kasih Dad."

"Yes, baby." Sagara mengusap lembut rambut panjang Laura yang tergerai indah. Gadis itu benar-benar berubah sejak bersama Sagara, tidak ada Laura yang kucel atau tangannya yang banyak sekali goresan karena mengerjakan pekerjaan rumah. 

Sekarang tangannya halus karena tak pernah melakukan pekerjaan apapun kecuali memasak, itupun Sagara tidak pernah menuntutnya, Laura bisa melakukannya jika dia ingin. Kalau Laura tidak ingin memasak, maka Sagara yang memasak, mereka melakukannya secara bergantian. Kalau keduanya sama-sama malas, order makanan secara online menjadi solusinya. 

"Sekarang, tidurlah."

"Daddy?"

"Ada sedikit pekerjaan, sekarang kepala Daddy sudah terasa lebih ringan. Jadi bisa fokus bekerja."

"Ringan karena udah keluar, gitu?"

"Pinter.." puji Sagara sambil tersenyum, dia mengusap puncak kepala Laura dengan lembut.

"Yaudah deh."

"Tidur duluan aja ya? Daddy gak lama kok. Kalau ada apa-apa, Daddy ada di ruang kerja. Okay?" Laura menganggukan kepalanya mengiyakan. 

"Good night, baby. Tidurlah dengan nyaman, bermimpi indahlah. Semua beban berat yang ada di pundakmu telah berkurang, sekarang kamu hanya perlu fokus dengan kehidupanmu dan juga kebahagiaanmu."

"Iya, Daddy. Terima kasih.."

"Tidur, nanti Daddy peluk." Ucap Sagara. Laura mengiyakan, dia pun menyamankan posisinya dan mulai memejamkan matanya.

"Terima kasih, untuk yang tadi, baby." Bisik Sagara di telinga Laura, membuat gadis itu refleks menepuk pelan lengannya sambil tersenyum kecil. Sagara terkekeh, lalu meninggalkan ruangan beserta sang gadis di dalamnya. 

Sagara menutup pintu kamarnya dan masuk ke dalam ruangan kerjanya, pria itu berkutat dengan sisa pekerjaan yang tidak bisa diselesaikan saat di kantor tadi. Entah kenapa, setelah berhubungan dengan Laura, Sagara jadi bersemangat untuk pulang dan bertemu gadis itu.

Setelah gadis itu hadir, hidupnya yang awalnya monoton dan seolah berjalan di tempat, tapi sekarang ada Laura yang memberinya warna baru dalam hidupnya. Gadis itu mampu membuat Sagara kembali hidup. Selama ini hidupnya hanya bekerja dan bekerja, kadang sampai lupa pulang. Tapi sekarang, Sagara bahkan tak pernah lembur di kantor. Dia selalu pulang ke apart dan bertemu gadisnya disana. 

Hampir dua jam lamanya Sagara berada di ruangan itu, sampai akhirnya dia menyelesaikan pekerjaannya. Dia mematikan laptopnya lalu merentangkan otot-ototnya yang terasa pegal setelah duduk cukup lama. Setelahnya, Sagara pun beranjak dari duduknya, mematikan lampu utama ruangan dan pergi ke kamar untuk beristirahat. 

Sagara membuka pintu kamar dengan perlahan, pria itu tersenyum saat melihat Laura yang telah tertidur lelap sambil memeluk guling. 

"Menggemaskan sekali.." Gumamnya lalu berjalan mendekat, membuka kaos pendeknya dan merangkak menaiki kasur lalu memposisikan dirinya agar nyaman dan akhirnya tertidur dengan memeluk perut rata gadis cantik itu. 

Keesokan paginya, Laura terbangun lebih dulu. Dia segera beranjak dari posisinya dan pergi ke kamar mandi, mencuci wajahnya. Dia berjalan mendekat ke arah ranjang setelah selesai dengan kegiatannya di kamar mandi, gadis itu tersenyum lalu mengecup singkat pipi kanan dan bibir Sagara. Setelah itu, dia pergi ke dapur untuk memasak sarapan sambil mengikat rambutnya asal. 

"Masak apa yaa?" Gumamnya sambil berjongkok di depan kulkas besar itu. Akhirnya, Laura memutuskan untuk memasak sayur sup untuk menu sarapannya. Biasanya, Sagara sarapan hanya dengan roti. Dia orang kaya, terbiasa sarapan dengan gaya ke barat-baratan. 

"Morning, baby.."

"Morning, Daddy. Sudah bangun? Tumben.."

"Hmm, haus."

"Tidur jam berapa semalem?" Tanya Laura sambil menyiapkan bahan untuknya memasak pagi ini.

"Jam sebelas."

"Kok aku gak inget yaa? Padahal Daddy nakal banget." Yaps, bukan Sagara namanya kalau tidak mesuum dan nakal. Semalam, sebelum tidur dia menyusu terlebih dulu pada Laura seperti anak kecil. Pada akhirnya, Laura menyadari dadanya dipenuhi tanda kemer4han yang berjejer rapi disana. Dia tidak terkejut lagi karena dia tahu siapa dalang dari semua ini, memangnya siapa lagi kalau bukan Sagara? Jangan menyalahkan nyamuk, tidak ada nyamuk yang bisa memberi tanda kemerahan seperti bekas cup4ng.

"Kamu tidur seperti orang pingsan, baby. Mana ileran lagi.."

"Hah, aku ileran, Dad?"

"Iya."

"Aduh, jangan ilfeel please. Itu kan aku gak sadar, Dad."

"Siapa yang ilfeel sih? Lagian, ngiler pas tidur kan hal yang wajar. Kamu tidurnya juga lasak, baby. Muter kayak baling-baling bambu.."

"Daddy, maaf.."

"It's okay, baby. Tidak masalah, masih bisa Daddy tangani, meskipun kadang kena tendang, kena pukul, pernah kena tampar juga."

'Astaga, ya Tuhan demi apapun aku malu sekali..'