Dirga. Dia adalah pemuda lupa ingatan yang tak pernah bermimpi menjadi pendekar. Tapi ternyata Dewata berpikiran lain, Dirga ditakdirkan menjadi penyelamat Bumi dari upaya bangsa Iblis yang menjadikan Bumi sebagai pusat kekuasaannya. Berbekal pusaka Naga Api yang turun dari dunia Naga, dia berkelana bersama Ratnasari memberantas aliran hitam sebelum melawan Raja Iblis.
Lalu bagaimana akhir kisah cintanya dengan Ratnasari? Apakah Dirga akan setia pada satu hati, ataukah ada hati lain yang akan dia singgahi? Baca kisah selengkapnya dalam cerita silat Nusantara, Pusaka Naga Api. ikuti kisah Dirga hanya ada di disni wkwk. kalau ada kesamaan atau tempat author minta maaf mungkin hanya sekedar sama aja cerita nya mungki tidak, ikuti kisahnya dirga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fikri Anja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32
Beberapa saat kemudian, pintu gerbang perguruan terbuka dari dalam, "Rengga, cepat masuk! Ketua sudah menunggumu di dalam."
Rengga mengangguk dan berjalan menuju pintu gerbang. "Ingat, jangan mau jika disuruh ikut ke hutan itu!" ucapnya pelan kepada para penjaga.
Setelah berada di dalam kompleks perguruan, Rengga berjalan mengikuti seorang anggota yang berjalan di depannya. Ayunan langkahnya begitu tegap, meski detak jantungnya berdebar semain kencang.
Rengga menarik napas panjang dan menghembuskannya untuk membuat dirinya bisa lebih tenang. Dia tahu, sekali saja membuat kesalahan dalam berucap, maka nyawanya bisa jadi akan melayang.Ketukan pelan di pintu dilayangkan anggota tersebut sebelum membuka pintunya.
"Masuklah!"
Tanoa ekspresi Rengga kemudian berjalan memasuki ruangan yang berfungsi sebagai aula perguruan Rajawali Iblis.
Melihat kedatangan murid kesayangannya, Ronggo tersenyum lebar. "Beri hormat kepada ketua, Rengga."
Lelaki 30 tahun itu mengernyitkan dahinya. Tapi dia tidak berani untuk membantah ucapan gurunya, meski itu bertentangan dengan hatinya. Memberi hormat kepada seorang pendekar aliran hitam tentu tidak pernah terpikir oleh Rengga.
Setelah membungkukkan badannya memberi hormat kepada Reksapati, Rengga duduk di samping Ronggo.
"Sebelum kau menyampaikan laporanmu, ada yang ingin aku sampaikan kepadamu, muridku. Mulai sekarang, perguruan kita adalah bagian dari perguruan Rajawali Iblis. Dan aku ditunjuk menjadi wakil dari ketua Reksapati," kata Ronggo memberi sedikit penjelasan kepada Rengga.
Detak jantung Rengga berdetak semakin kencang. Bukan karena gugup, tapi merasakan kebencian terhadap lelaki tua yang berada di sampingnya tersebut. Dia tidak menyangka jika gurunya ternyata telah mengkhianati aliran putih dan memilih bergabung dengan aliran hitam.
Rengga merasa keputusannya untuk mendukung Dirga adalah sesuatu yang benar. Dia semakin terobsesi untuk bisa menarik gurunya keluar dari perguruan Rajawali Iblis agar bisa dibantai oleh Sarwana ataupun Dirga.
Meskipun begitu, Rengga tidak menunjukkan perubahan ekspresi wajahnya. Dia tidak ingin rencana yang sudah separuh jalan bisa hancur karena kebodohannya "Baiklah, Guru ... Aku akan mengikuti apapun keputusan yang Guru buat," ucapnya pelan, dengan senyum tipis tercetak di bibirnya.
"Lalu bagaimana laporan yang akan kau berikan?" tanya Ronggo.
"Begini, guru ... Setelah mengintai seharian di dalam hutan itu, aku melihat kedua pendekar muda tersebut pergi meninggalkan hutan. Jadi sekarang yang ada di dalam hutan itu hanyalah kera besar itu. Maka besar kemungkinan kita akan bisa membunuhnya jika dengan bantuan anggota Ketua Reksapati." Rengga menjelaskan dengan suara sedikit keras.
Ronggo sedikit terkejut, karena dia tidak menyebut dua pendekar muda yang membantu kera besar ketika melawan para pendekar kepada Reksapati. Dia kuatir jika lelaki berjuluk Pendekar Rajawali hitam itu akan marah kepadanya.
"Sebentar!" Suara Reksapati terdengar cukup keras menyela pembicaraan Rengga dan Ronggo.
Ketua perguruan Rajawali Iblis itu menatap Ronggo dengan tajam. "Ronggo! Kenapa kau tidak bilang padaku jika kera besar itu dibantu dua orang pendekar? Apa yang sebenarnya kau rencanakan?"
Ronggo berusaha untuk menutupi kegugupannya. Dia tahu jika salah memberi alasan, maka Reksapati bisa marah besar kepadanya, bahkan membunuhnya.
"Mohon maaf, Ketua ... Aku terlupa untuk mengatakan tentang kedua pendekar muda itu.
Tapi kedua pendekar muda itu kemampuannya tidak terlalu istimewa. Dengan keluarnya mereka berdua dari dalam hutan, maka kesempatan ketua untuk menemukan dan memiliki pedang Naga Api akan semakin besar."
Reksapati mulai sedikit ragu dengan Ronggo.
Dia merasa jika ketua perguruan Pedang Cahaya itu memiliki rencana lain dengan meminta bantuan kepadanya, selain untuk membunuh kera besar yang sudah membantai para pendekar. Untuk menguji kesetiaan Ronggo, Reksapati memiliki rencana tersendiri yang seketika muncul di dalam kepalanya.
"Sunarya ... Pergilah bersama Ronggo dan bawalah 200 anggota kita untuk membunuh kera besar itu dan juga menemukan pedang Naga Api!"
"Baik, Ketua. Segala perintah Ketua akan aku laksanakan dengan baik," balas Sunarya tegas.
Di dalam hatinya, lelaki tua berjenggot panjang itu merasa cemburu karena tidak juga diangkat menjadi wakil ketua meski dia sudah mengikuti Reksapati selama puluhan tahun. Sedangkan Ronggo yang baru saja bergabung dengan perguruan Rajawali Iblis, langsung diangkat menjadi wakil ketua.
Selain itu dia juga merasakan kecurigaan dengan tidak jujurnya Ronggo mengatakan kepada Reksapati tentang kedua pendekar muda yang membantu kera besar membantu para pendekar. Obsesinya sekarang adalah membongkar kebohongan Ronggo, agar dia yang mendapat tempat sebagai wakil ketua.
"Dan kau Ronggo... jika kau terbukti berbohong dan memiliki rencana lain, maka bukan hanya kau saja yang aku bunuh, tetapi juga semua muridmu dan menghancurkan perguruanmu!" ancam Reksapati.
"Aku tidak akan berani berbuat seperti itu, Ketua. Aku akan membuktikan jika dugaan ketua itu salah mengenai diriku," jawab Ronggo ketakutan.
"Aku tidak butuh ucapanmu, Ronggo! Tapi bukti kesetiaanmu di lapangan!" sahut Reksapati keras dan begitu mengintimidasi.
"Sekarang berangkatlah dan bawakan aku Pedang Naga Api! Jika aku menjadi penguasa dunia persilatan, maka kalian berdua akan mendapat posisi yang tinggi." sambung Reksapati.
"Terima kasih, Ketua," ucap Ronggo dan Sunarya bersamaan. Mereka berdua memberi hormat kepada ketua perguruan Rajawali Iblis itu sebelum beranjak pergi meninggalkan aula.
Rengga juga memberi hormat kepada Reksapati sebelum mengikuti langkah kedua lelaki tua itu keluar dari aula.
Dalam hatinya, Rengga tertawa puas melihat rencananya ternyata jauh lebih berhasil dari pada rencana awalnya yang hanya memancing Ronggo keluar dari perguruan Rajawali Iblis.
Tetapi tiba-tiba timbul sedikit keraguan di dalam hatinya, bagaimana mungkin Dirga dan Sarwana bisa menang melawan Ronggo dan Sunarya beserta 200 orang lainnya?
Setelah persiapan satu jam lamanya, dua ratus anggota perguruan Rajawali Iblis yang dipimpin Ronggo dan Sunarya, akhirnya keluar dari kompleks perguruan.
Rengga yang lebih hafal posisi lokasi tempat terjadinya pertarungan di dalam hutan, akhirnya ditunjuk untuk menjadi penunjuk jalan, dan itu malah menjadi kesempatan emas untuknya mengarahkan mereka jauh ke dalam hutan, sesuai dengan yang sudah dia rencanakan bersama Dirga dan yang lainnya.
Di tempat yang berjarak sekitar empat jam dari perguruan Rajawali Iblis, Dirga berharap cemas akan keselamatan lelaki tiga puluh tahun itu.
"Tenang saja, Dirga. Rengga adalah lelaki yang cerdas. Dia pasti bisa memancing guru keluar dari perguruan itu dan membawanya ke sini," seorang teman Rengga mencoba menenangkan Dirga.
Waktu terus berjalan tanpa ada kendala yang menghalangi. Hingga menjelang malam, dua ratus anggota perguruan Rajawali Iblis yang dipimpin Ronggo dan Sunarya akhirnya mendekati tempat persembunyian Dirga dan yang lainnya.
Tanah lapang yang sudah dipersiapkan dalam rencana sebagai tempat pembantaian sudah berada dalam jangkauan pandangan mata Rengga. Kini dia hanya harus bisa memastikan kepada dua orang lelaki tua itu untuk bermalam di tanah lapang tersebut.