Dimas Seorang pekerja supir truk yang gak sengaja menabrak pekerja kantoran, tapi anehnya pandanganya gelap dan dia muncul didunia lain.
Sistem dewa naga terkuat menemani perjalananya menuju puncak kekuatan, dengan berbagai misinya Dimas mendapatkan berbagai harta yang sangat kuat.
Bagaimana perjalanan Dimas, Ikuti kisah keseruanya.
Gas... gua bakal up tiap hari sesuai mood, mungkin 2 chapter sampai 5 chapter perhari, kalau lagi mood bisa lebih.
Maaf jika ada kesalahan pada cerita, karena author hanya manusia, bukan nabi Boy.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumah pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 23 - Lorong
Setelah berhasil menghancurkan formasi misterius, Dimas, Alexa, Ling Yuan, Dong San, dan Wang Yan berdiri di depan tangga gelap yang baru saja terbuka. Dari dalam lorong itu, tercium bau yang aneh—perpaduan antara debu, jamur, dan sesuatu yang lebih tajam, seperti darah yang telah lama mengering.
"Jadi ini yang ada di dalamnya..." gumam Wang Yan dengan nada serius.
Dimas melirik pria itu. Setelah sebelumnya bersikap sangat tertutup, kini Wang Yan tampak lebih terbuka. Ia bahkan berterima kasih kepada Dimas karena telah membantunya membuka jalan ini.
"Namaku Wang Yan," ujarnya sambil menatap Dimas. "Aku seorang penjelajah reruntuhan. Aku datang ke tempat ini untuk menemukan sesuatu yang sangat berharga."
Dimas hanya mengangguk. Ia tidak benar-benar mempercayai pria itu, tetapi juga tidak menunjukkan kecurigaan yang berlebihan.
"Aku Dimas. Ini Alexa, Ling Yuan, dan Dong San."
Mereka saling bertukar nama dengan cepat, sebelum akhirnya beranjak masuk ke dalam lorong.
Saat mereka mulai menuruni tangga, kegelapan menyelimuti mereka sepenuhnya. Udara di dalam semakin berat, seolah ada sesuatu yang mengintai mereka dari balik bayangan.
Namun, tiba-tiba—
"WOOSH!"
Obor-obor di sepanjang dinding kanan dan kiri menyala dengan sendirinya, menerangi lorong yang panjang dan sempit itu. Api yang berkobar berwarna kebiruan, memberikan suasana mengerikan dan mistis.
Wang Yan segera memperingatkan mereka.
"Hati-hati! Aku yakin ada banyak jebakan di lorong ini."
Dimas mengangguk. "Aku juga bisa merasakannya."
Dari semua orang di sini, hanya Dimas yang masih memiliki kekuatan penuh.
Di dalam reruntuhan kuno ini, kekuatan kultivasi mereka dibatasi, tetapi berkat Qi Naga dari Sistem, Dimas masih bisa bertarung dengan maksimal.
Itulah sebabnya ia berjalan paling depan—untuk melindungi yang lain.
Mereka berjalan perlahan, menganalisis setiap langkah dengan hati-hati.
Namun, dalam sekejap—
"KLIK!"
Dimas tidak sengaja menginjak sebuah batu yang sedikit menonjol.
"SIAL!"
"SWOOSH! SWOOSH! SWOOSH!"
Dalam hitungan detik, puluhan ribu panah tiba-tiba melesat dari dinding lorong, menyerang mereka dari segala arah!
"AHHH!" Dong San berteriak panik, sementara Alexa dan Ling Yuan bersiap melindungi diri.
Namun sebelum panah-panah itu bisa mencapai mereka—
"Berhenti!"
Dimas melepaskan kekuatannya.
Dalam sekejap, semua panah berhenti di udara.
Puluhan ribu anak panah tergantung di udara, bergetar hebat sebelum akhirnya jatuh ke lantai tanpa menyentuh siapapun.
"Fiuh... nyaris saja!" ujar Ling Yuan sambil menghela napas.
Dimas tidak berkata apa-apa. Ia hanya melanjutkan perjalanan dengan waspada.
Di sepanjang lorong, mereka menemukan berbagai jebakan mematikan—lantai runtuh, dinding berduri, bahkan ilusi yang mencoba menipu mereka.
Namun, berkat kecepatan reaksi dan kekuatan Dimas, semua jebakan bisa diatasi dengan mudah.
Sampai akhirnya—
Mereka mencapai ujung lorong.
---
Di hadapan mereka, hanya ada sebuah dinding batu besar.
Tidak ada pintu. Tidak ada celah.
Hanya batu besar yang menghalangi jalan mereka.
"Apa ini...?" gumam Alexa bingung. "Jalan buntu?"
Ling Yuan mengetuk dinding itu. "Batu ini terlalu sempurna untuk sekadar dinding biasa."
Dimas menyipitkan mata.
Sebagai seseorang yang pernah membaca banyak novel di dunia sebelumnya, ia tahu bahwa ini adalah bagian dari teka-teki.
Tidak mungkin ini hanya jalan buntu biasa.
"Harus ada sesuatu di sekitar sini," katanya sambil mulai mengamati sekeliling.
Yang lain ikut mencari.
Sepuluh menit berlalu.
Dan akhirnya—
Dimas menemukan sesuatu.
Di sudut dinding, tersembunyi di antara debu dan lumut, ada sebuah batu kecil yang tampak berbeda dari yang lain.
Saat Dimas mengangkatnya, ia segera menyadari sesuatu—
Batu ini jauh lebih berat dari seharusnya.
"Ini dia!"
Namun, ia masih harus menemukan cara untuk menggunakannya.
Ia meneliti dinding dengan saksama dan akhirnya melihat sebuah lubang berbentuk sama dengan batu di tangannya.
Dimas memasukkan batu itu ke dalam lubang.
"KLIK!"
Dalam sekejap, dinding mulai bergetar...
Dan akhirnya, terbuka.
Di baliknya, terlihat sebuah ruangan yang sangat luas.
Mereka saling bertukar pandangan, sebelum akhirnya melangkah masuk.
---
Ruangan itu sangat berbeda dari lorong yang suram tadi.
Ruangan ini begitu mewah.
Dinding-dindingnya terbuat dari batu giok yang bersinar, dan di tengah ruangan, terdapat sebuah kolam yang dipenuhi energi spiritual.
Namun yang paling mencolok adalah...
Peti mati kuno yang berada di tengah ruangan.
"Itu..." Dimas menatap peti mati itu dengan mata berbinar.
Ia yakin.
"Itu pasti peti mati makhluk terakhir di dunia ini!"
Tanpa ragu, ia melangkah mendekat.
Namun, sesaat sebelum ia menyentuh peti—
"CLANG!"
Suara pedang yang ditarik terdengar di belakangnya.
Dan tiba-tiba, Wang Yan melesat ke arahnya dengan pedang terhunus!
"DASAR BODOH! PETI ITU MILIKKU!"
Wang Yan menyerang dengan cepat dan ganas.
Aura Void Refinement awal miliknya meledak, memenuhi ruangan dengan tekanan yang kuat.
Namun—
Dimas tidak gentar.
Meskipun ia hanya di level Nascent Soul, ia tidak akan kalah.
"DRAGON AURA!"
Dimas melepaskan auranya.
BOOM!
Angin kencang berputar di dalam ruangan.
Wang Yan, meskipun kuat, mulai terpengaruh.
Namun, yang mengejutkan Dimas adalah...
Wang Yan masih bisa bergerak dengan cepat!
Meskipun tubuhnya bergetar di bawah tekanan, ia tetap menyerang dengan penuh kekuatan!
"MENYEBALKAN!"
Dimas tidak mau membuang waktu.
Ia mengaktifkan inventory-nya dan menarik sebuah senjata.
"AK-47."
Dalam sekejap—
"TATATATATATATATA!"
Peluru melesat dengan kecepatan tinggi.
Wang Yan terkejut, tetapi tidak bisa menghindari semuanya.
Dalam hitungan detik, tubuhnya terkena beberapa peluru dan ia tumbang ke lantai, mengerang kesakitan.
Namun, Dimas tidak membunuhnya.
Ia mendekati pria itu dan menatapnya dengan tajam.
"Sekarang... katakan padaku.
Kenapa kau menyerangku?"
Wang Yan terdiam.
Namun, di balik rasa sakitnya, ada senyuman licik di wajahnya.
Dan dengan suara lirih, ia berkata—
"Kau tidak akan pernah bisa mengambil peti itu... karena kau sudah terjebak dalam permainan ini..."
Dimas menyipitkan mata.
"Apa maksudmu?"
Namun sebelum Wang Yan bisa menjawab—
"DUMMM!!!"
Peti mati di tengah ruangan mulai bergetar dengan sendirinya...
Dan sesuatu... mulai bangkit dari dalamnya.
Apa yang telah mereka bangunkan?
Dimas menggenggam senjatanya erat.
Pertarungan sebenarnya... baru saja dimulai.
---
Bersambung...