Nura sangat membenci Viona seorang gadis sholehah, cantik dan berprestasi di sekolahnya. Di hari ulang tahunnya, Nura merencanakan sesuatu yang jahat kepada Viona.
Dan akhirnya karena perbuatan Nura, Viona menyerahkan kesuciannya kepada pemuda asing.
Viona terpaksa menikah dengan pemuda lumpuh. Setelah hamil, Viona memutuskan lari meninggalkan suaminya dan mencari ayah dari anaknya.
Berhasilkah Viona menemukan ayah dari anaknya?
Ikut ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 Tenggelam
BRAAAKKKK!
Arya membanting setirnya menghindari mobil yang melaju kencang dari arah depan. Mobil Arya hilang kendali. Mobil Arya menabrak pembatas jalan. Mobilnya terjun bebas ke bawah jalan tol.
Viona berpegangan kuat pada hand grip. Viona memegangi perutnya. Viona menutup mata dan berdoa di dalam hatinya. Viona mengikhlaskan semua hidupnya. Jika ini adalah hari terakhirnya.
Maafkan Mama, Nak. Mama tidak bisa menjagamu. Mama juga tidak bisa mempertemukanmu dengan Ayah kandungmu. Tapi setidaknya Mama sudah berusaha mempertahankanmu, batin Viona.
"Kak Alva, Kak Bima, Mama," lirih Viona.
BYUUUR!
Mobil mereka masuk ke dalam sungai dengan guncangan yang hebat. Kepala Viona terbentur kaca mobil. Viona masih memejamkan mata. Arya memandangi sekeliling. Mobil mereka masih mengapung di permukaan sungai.
Arya berpindah ke kursi belakang. Arya melepaskan headrest. Arya memecah kaca belakang mobil dengan ujung baja dari headrest.
"Viona, Viona, bangun. Kita harus segera keluar," Arya membantu Viona keluar dari jendela belakang mobil.
Viona membuka mata. Viona mengikuti arahan Arya. Dengan ragu-ragu Viona melompat ke dalam sungai. Viona tenggelam. Viona tidak bisa berenang, kakinya kram. Viona berusaha menggapai permukaan air.
Arya melompat dari mobil dan masuk ke dalam air menolong Viona. Arya menyelam dan melihat gelembung-gelembung kecil. Arya berhasil meraih tangan Viona. Arya menarik tubuh Viona ke dalam pelukannya dan naik ke permukaan.
Viona terbatuk karena banyaknya air sungai yang masuk ke dalam dadanya. Arya berusaha sebisa mungkin menjaga Viona agar tidak tenggelam.
"Viona, kamu gak bisa berenang?" tanya Arya.
"Gak bisa, Kak aku takut," Viona berpegangan pada Arya.
Dan tiba-tiba saja, sungai itu membawa Arya dan Viona ke dalam arus deras. Mereka terseret aliran sungai. Arya meraih apa saja yang bisa digapainya. Arya berhasil mengambil batang pohon besar yang mengapung. Arya menarik Viona.
"Viona coba perlahan naik ke atas batang pohon ini," Arya perlahan membantu Viona.
Viona hanya bisa memeluk batang pohon itu. Bagian kakinya dibiarkan berada di dalam air. Sedangkan Arya melindungi Viona dari benda-benda keras yang mengapung di air menghajar mereka dari segala sisi.
Arya berada di belakang Viona. Arya menjadikan tubuh bagian belakangnya menjadi perisai Viona. Arya rela mati demi Viona. Viona terlihat pucat dan kedinginan. Wajahnya membeku.
"Viona, aku menyukaimu. Aku rela mati demi kamu dan anakmu. Jika ini adalah hari terakhir kita bertemu, maafkan aku yang egois. Aku tidak ingin kehilanganmu," Arya merebahkan keningnya di pundak Viona.
Sungai itu dengan derasnya membawa mereka ke hilir. Tubuh mereka terombang ambing hanyut terbawa sungai. Tubuh mereka terhempas batang, ranting pepohonan.
Dan pada akhirnya, lelah menyerang. Arya dan Viona menyerah dengan keadaan. Mereka berdua akhirnya masuk ke dalam pusaran air sungai.
...----------------...
Sementara itu di daratan, Bima meminta pertolongan kepada orang-orang yang ada di jalan. Bima menunjuk ke pembatas jalan yang hancur. Mobil saudaranya terjun ke dalam sungai. Para pengguna jalan menepi. Salah seorang dari mereka melaporkan kecelakaan ke pos polisi terdekat.
Sebagian dari mereka bersama Bima turun ke tepian sungai. Mereka dibantu petugas pemadam kebakaran menemukan mobil Arya yang sebagian tenggelam.
Petugas pemadam kebakaran turun ke sungai memeriksa isi mobil. Kaca jendela mobil bagian belakang pecah. Sudah bisa dipastikan penumpang berhasil keluar. Tapi melihat arus sungai yang deras, mereka bisa saja hanyut terbawa arus.
Bima memberikan data Viona dan Arya kepada pihak kepolisian. Yumna yang berada di atas jalan, mengabarkan kecelakaan tersebut kepada Alvaro.
Karena hari sudah gelap, pencarian akan dilanjutkan besok hari. Bima berharap besok Viona akan ditemukan. Bima dan Yumna masuk ke dalam mobil mereka.
Bima menghubungi bos sekaligus iparnya, meminta izin besok tidak bekerja. Bima akan ikut pencarian Viona. Alvaro memberikan izin.
"Yumna, tolong rahasiakan masalah ini dari Mama dan Bunda. Semoga besok ada berita baik," kata Bima.
"Iya Kak. Kak Bima jangan lupa istirahat. Kak Bima harus sehat."
Bima mengantar Yumna kembali ke rumah keluarganya. Sedangkan Bima kembali ke penginapan.
Bima bersyukur sekali Alvaro menugaskan dia ke Kota Anjar Aru untuk menemui relasi bisnis Alvaro. Walaupun hanya sekejap melihat Viona setidaknya Bima tahu Viona dalam keadaan sehat.
Bima mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat isya. Bima mengangkat tangannya meminta kepada Yang Maha Kuasa untuk keselamatan Viona dan diberikan kemudahan untuk menemukan Viona.
...----------------...
Setelah seminggu berlalu, Viona dan Arya belum juga ditemukan. Petugas kepolisian memperluas pencarian sampai luar kota. Bima dan petugas kepolisian juga mencari di rumah sakit terdekat. Tapi tetap saja tidak menemukan Viona dan Arya.
Alvaro yang mempunyai kantor cabang di Kota Bandar Asih yang jaraknya satu jam dari Kota Anjar Aru memutuskan untuk sementara tinggal di sana. Alvaro juga menyebar orang untuk mencari Viona.
"Bos, orang kita menemukan Tuan Arya di sebuah klinik kecil dekat Sungai Ratu," lapor Raka.
"Apakah benar dia Arya?"
"Benar, tapi tidak ditemukan Nyonya Viona," jawab Raka.
"Ayo kita ke sana," Alvaro melaju dengan kursi rodanya.
Raka dan Alvaro tiba di sebuah klinik kecil dekat sungai. Raka membantu Alvaro keluar dari mobil. Raka mendorong kursi roda Alvaro masuk ke dalam klinik.
Dokter klinik menyambut anggota keluarga Arya. Dokter menyebar foto Arya ke media sosialnya agar keluarganya datang menjemput. Dokter klinik menemukan Arya mengapung di sungai.
Saat itu kondisinya sangat lemah. Wajahnya bengkak akibat kelamaan di dalam air. Kulitnya juga mengelupas. Kepala dan beberapa anggota tubuhnya memar akibat terpukul benda keras.
"Maaf Dok, apakah Arya ditemukan sendiri? Sebelum kecelakaan terjadi, dia bersama istri saya," tanya Alvaro.
"Kami menemukan mayat yang mengapung tidak jauh dari sini. Dari pakaian yang dia pakai, mayat itu seorang wanita. Mayat itu tidak bisa lagi dikenali. Wajahnya hancur, tubuhnya dimakani ikan. Bapak jika ingin mencek silakan ke Rumah Sakit Bhayangkara," kata Dokter.
"Terima kasih Dok. Kami permisi," pamit Alvaro.
Raka dan Alvaro keluar dari klinik. Walaupun dalam hati kecil Alvaro sangat yakin mayat yang ditemukan itu bukan Viona, Alvaro harus membuktikan dengan mata dan kepalanya sendiri. Alvaro meminta Raka mengantarnya ke Rumah Sakit Bhayangkara.
"Bos, bagaimana dengan Arya? Apa kita tinggalkan dia begitu saja?" Raka menatap Alvaro dari balik kaca spion.
"Suruh beberapa orang berjaga-jaga. Dia harus menjelaskan sesuatu," Alvaro melipat kedua tangannya ke dada.
Raka menghidupkan mesin mobil dan menuju ke Rumah Sakit Bhayangkara. Jujur di dalam hati, Alvaro merasa takut. Alvaro takut mayat yang akan mereka temui itu adalah mayat istrinya. Alvaro berlagak kuat di hadapan Raka.
Setibanya mereka di Rumah Sakit Bhayangkara dan melewati berbagai macam prosedur, Alvaro dan Raka masuk ke dalam kamar mayat. Petugas mengeluarkan mayat yang ada di dalam lemari. Petugas kemudian membuka penutup mayat.
"Ini yang kami temukan di dalam tasnya," petugas itu mengeluarkan KTP dan menunjukkannya kepada Alvaro.
"Ti ... tidak, tidaaaaaaaak!"
"Bos, tenang bos," Raka menahan tubuh Alvaro yang hampir jatuh.
"TIDAAAAAAAAAK!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...