NovelToon NovelToon
HALIM

HALIM

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Fantasi / Iblis / Epik Petualangan
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: ILBERGA214

HALIM

Di dunia yang dikuasai oleh kegelapan, Raja Iblis dan sepuluh jenderalnya telah lama menjadi ancaman bagi umat manusia. Banyak pahlawan telah mencoba menantang mereka, tetapi tidak ada yang pernah kembali untuk menceritakan kisahnya.

Namun, Halim bukanlah pahlawan biasa. Ia adalah seorang jenius dengan pemikiran kritis yang tajam, kreativitas tanpa batas, dan… kebiasaan ceroboh yang sering kali membuatnya berada dalam masalah. Dengan tekad baja, ia memulai perjalanan berbahaya untuk menantang sang Raja Iblis dan kesepuluh jenderalnya, berbekal kecerdikan serta sistem sihir yang hanya sedikit orang yang bisa pahami.

Di sepanjang petualangannya, Halim akan bertemu dengan berbagai ras, menghadapi rintangan aneh yang menguji logikanya, dan terlibat dalam situasi absurd yang membuatnya bertanya-tanya apakah ia benar-benar sedang menjalankan misi penyelamatan dunia atau justru menjadi bagian dari kekacauan itu sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ILBERGA214, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 17: Bayangan Perjalanan

Langkah kaki Halim dan Rian terus berlanjut di sepanjang jalan setapak yang kini mulai melebar. Aroma tanah basah masih tersisa setelah hujan di malam sebelumnya, dan sinar matahari yang menembus celah pepohonan memberikan kehangatan yang menenangkan. Di balik ketenangan itu, pikiran Halim masih terus teringat kata-kata oleh sosok berjubah hitam yang muncul sebelumnya

..."Teruslah berjalan ke barat, dan kau akan menemukan lebih banyak informasi."...

Kata-kata itu terngiang di benaknya. Meski sosok itu tidak menunjukkan niat bermusuhan, ada sesuatu yang mengganggu di balik sikap tenangnya. Terutama dia bisa tahu tentang niatnya mengalahkan Raja Iblis.

..."Kenapa dia tahu tentang itu?" gumam Halim pelan....

..."Eh? Kakak ngomong sesuatu?" Rian menoleh, berusaha mengikuti langkah Halim yang sedikit melambat....

..."Ah, nggak." Halim menggeleng cepat. "Aku cuma mikir. Udah hampir sampai desa, nggak capek?"...

...Rian mengangkat bahu kecilnya. "Sedikit, tapi aku kuat kok!"...

Halim tersenyum tipis. Anak ini memang terlihat lelah, tapi semangatnya membuatnya bertahan. Rian mengingatkannya pada anak-anak desa yang pernah ia kenal, polos, ceria, dan penuh rasa ingin tahu. Sayangnya, perang dan kehadiran monster merenggut semua itu dari banyak anak-anak.

..."Kalau aku berhasil ngalahin Raja Iblis," pikir Halim, "nggak akan ada lagi anak yang harus ngalamin hal kayak Rian."...

..."Eh... Iyakah kak?"...

Tapi tiba-tiba...

...Bruukk!...

Rian tersandung akar pohon yang menjalar di jalanan. Tubuhnya terjatuh ke tanah, menyebabkan debu tipis berterbangan.

..."Rian!" Halim langsung berlutut, membantu bocah itu bangkit. "Kamu nggak apa-apa?"...

..."Aku... aku nggak apa-apa." Rian mengusap lututnya yang sedikit lecet, berusaha menahan rasa sakit....

Halim merogoh kantong kecil yang tergantung di pinggangnya. Dari sana, ia mengeluarkan selembar kain bersih dan sebotol kecil ramuan obat. Dengan hati-hati, ia membersihkan luka Rian dan membalutnya.

..."Begini," ucap Halim sambil mengikat perban dengan rapi. "Kalau ada luka, jangan dibiarkan. Luka kecil pun bisa jadi berbahaya kalau nggak diobati."...

...Rian mengangguk, matanya berbinar kagum. "Kakak tahu banyak soal ini ya? Kakak dulu seorang tabib?"...

...Halim tertawa pelan. "Bukan. Tapi waktu ******aku****** masih kecil, aku sering jatuh dan luka-luka. Jadi, aku belajar sendiri gimana cara ngobatin luka."...

Rian tersenyum, lalu berdiri perlahan. Meski lututnya sedikit perih, semangatnya kembali terlihat.

..."Yuk, kita lanjut kak!"...

..."Jangan buru-buru. Pelan-pelan aja," ucap Halim sambil menepuk bahu bocah itu....

Perjalanan pun berlanjut. Burung-burung berkicau riang di dahan-dahan, dan sesekali terdengar suara gemercik air dari sungai kecil di kejauhan. Udara hutan yang sejuk membuat perjalanan terasa lebih ringan.

Setelah beberapa jam, akhirnya pepohonan mulai menipis. Dari celah dedaunan, terlihat hamparan ladang gandum yang menguning diterpa sinar matahari. Tak jauh dari sana, sebuah desa kecil berdiri dengan rumah-rumah kayu sederhana. Asap tipis membumbung dari cerobong, menandakan aktivitas dapur yang sedang sibuk.

..."Itu dia!" Rian berseru girang....

...Halim menghela napas lega. "Akhirnya."...

Namun, sebelum mereka melangkah lebih jauh, seorang pria berbadan kekar dengan pakaian sederhana mendekat dari arah desa. Tatapannya penuh kewaspadaan.

...Halim memberikan isyarat kepada Rian "Dari sini, saat nanti di tanya orang asing kamu diam saja ya. Anggap saja semuanya yang kakak katakan itu benar. Bisa?" ucap Halim sambil jongkok memegangi kedua pundak Rian...

..."Baik kak"...

Pria itu pun semakin mendekat dan akhirnya menyapa Halim dengan nada berat, sedikit tegas.

..."Siapa kalian?" tanyanya tegas....

...Halim segera menjawab dengan nada tenang. "Saya Halim, seorang pengelana dan ini adik saya, kami berasal dari desa yang diserang monster."...

Pria itu mengamati mereka sesaat, lalu matanya melembut saat melihat kondisi Rian yang berdebu dan terluka.

..."Anak malang," gumamnya lirih. "Ikut aku. Kalian pasti butuh istirahat."...

Mereka mengikuti pria itu memasuki desa. Penduduk desa yang melihat kedatangan mereka memandang dengan rasa ingin tahu. Beberapa anak kecil berlari-lari di sekitar mereka, sementara para wanita sibuk menjemur pakaian di halaman rumah.

..."Desa ini kelihatan damai," gumam Halim....

..."Untuk sekarang," balas pria itu. "Tapi kami selalu waspada. Monster dari pegunungan kadang turun ke sini."...

Halim mengangguk. Serangan monster memang menjadi momok di banyak desa. Itulah alasan kenapa ia bersikeras untuk mengalahkan Raja Iblis — agar ancaman itu berakhir.

Tak lama kemudian, mereka tiba di sebuah rumah kecil yang terlihat hangat. Pria itu membukakan pintu dan mempersilakan mereka masuk.

..."Istriku akan menyiapkan makanan," katanya ramah. "Kalian bisa istirahat di sini sebentar."...

..."Terima kasih," ucap Halim tulus....

Rian duduk di kursi kayu, matanya berbinar saat mencium aroma roti panggang yang keluar dari dapur.

..."Enak banget baunya!"...

...Pria itu tertawa kecil. "Anak-anak memang suka roti buatan istriku."...

Sementara Rian menikmati suasana, Halim menyandarkan tubuhnya di dinding, memejamkan mata sejenak. Meski perjalanan masih panjang, setidaknya untuk saat ini, mereka berada di tempat yang aman.

Jauh di lubuk hatinya, Halim tahu bahwa ketenangan ini hanya sementara. Sosok berjubah hitam itu telah memperingatkannya — sesuatu sedang menanti di depan.

1
ZeroBite
bukannya ingin menjatuhkan, kalau pakai AI tetap diedit juga. kontras antara bab 1 dan bab-bab selajutnya sangat jauh, bab 1 tulisannya agak berantakan tapi jelas tulisan manusia dan bab-bab selanjutnya rapih tapi terlalu terstruktur khas chat GPT.

sekarang semakin banyak yang mengedit dengan chat GPT tanpa revisi membuat tulisan kurang hidup. saya tahu karena saya juga pakai 2 jam sehari untuk belajar menulis. Saya sangat afal dengan pola tulisan AI yang sering pakai majas-majas 'seolah' di akhir kalimat secara berlebihan dengan struktur khas yang rapih.

ya saya harap bisa diedit agar lebih natural.
ERGA: jika ada saran lagi. mohon bimbingannya dan jangan sungkan
ERGA: Terimakasih sarannya kak. saya targetkan revisi kembali per 10 episode. selamat membaca
total 2 replies
⧗⃟ᷢʷ🍁🍌 ᷢ ͩW⃠J͢aeᷢz°⚡♚⃝҉𓆊🏚
Gue mampir.
Udah baca eps 1 ini, ceritanya lumayan menarik. Kapan² gue kesini lagi ya kalau ada waktu, Semangat.
ERGA: terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!