Mencertakan tentang gadis miskin dari desa Senja Rinjani yang menjadi asisten rumah tangga. stelah beberapa tahun bekerja,anak sang majikan Awan Abimana jatuh hati padanya. Cinta mereka sangat manis,meski senja dari kalangan bawah orangtua Awan sangat menyayangi Senja. Apalgi ibu Awan sudah sangat menyayangi Senja sejak awal senja datang kerumahnya sebagai asisten dirumahnya. Nyonya Arumi ibu Awan sangat menginginkan anak perempuan,namun sayang kecelakaan saat Awan masih kecil merenghut rahimnya. itu juga yang menyebabkan awan tidak memiliki saudara. Namun cinta manis mereka tak berlangsung lama setelah Senja melahirkan anak pertamanya Awan bertemu kembali dengan wanita dimasa lalunya. Wanita yang telah menenmani awan sejak lama. Namun mereka harus berpisah saat Awan memutuskan study nya kelyar negri. Wanita bernama Hana itu memilih laki-laki lain yang lebih mapan dan sukses dari Awan. Namun setelah pertemuannya kembali dengan Hana saat Hana menjadi seorang janda hati Awan terus goyah,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Suryandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HONEYMOON YANG INDAH
Hingga akhirnya Awan dan Senja kini sudah tiba di Paris.
Mereka menuju penginapan yang sudah mereka pesan sebelumnya. Wajah bahagia Senja pun tidak bisa lagi ditutupi, senyumnya terus mengembang di wajah cantiknya.
"Kau senang beib"? Tanya Awan pada Senja sambil mengelus sayang rambut istrinya itu.
"Tentu saja, kau tau mas semua ini tidak pernah berani ku mimpikan meski ingin. Tapi Tuhan itu Maha Baik mengizinkan ku merasakan semua ini. Bisa memiliki suami sepertimu" ucapnya
"Ask you wish beib" kata Awan
Senja pun menganggukkan kepalanya, "semua sudah kamu beri mas, hanya kamu jangan pernah berubah" ucapnya lalu memeluk tubuh suaminya itu erat.
Awan yang mendapatkan perlakuan manis dari istrinya tentu saja sangat bahagia, hatinya menghangat dia pun mengecup pucuk kepala istrinya itu penuh kelembutan dan kasih sayang.
"Love you Senja Rinjani" ucapnya pada istri kecilnya itu.
"Love you more mas" balasnya. Lalu Awan mencium tangan Senja.
Waktu tak berselang lama, kini mobil yang mengantar mereka telah sampai disebuah hotel mewah di Paris.
Setelah turun, mereka disambut hangat oleh pegawai hotel disana. Setelah itu Awan mulai proses cek in hotel, setelah mendapatkan kunci kamar mereka, mereka berjalan menuju kamar tersebut.
Senja begitu takjub dengan kemewahan hotel yang kini mereka tempati. Sedangkan Awan sepanjang lorong saat berjalan menuju kamar Awan seolah enggan melepaskan pelukannya.
Koper-koper mereka pun dibantu dibawakan oleh bell boy masuk kemar yang mereka tempati.
Akhirnya mereka memasuki kamar, jenis kamar suite room sengaja Awan pilih untuk mereka agar merasa nyaman.
Saat memasuki kamar Senja terkagum-kagum melihatnya. Design kamar yang mewah, ranjang besar dihias bunga-bunga ala-ala pengantin baru tersuguh disana.
Matanya melihat sekeliling ruangan memindai kemewahan kamar tersebut.
Lalu dari belakang, "greb" Awan memeluk istrinya. Ditaruhnya rahang tegasnya itu dipundak Senja mesra.
"Kau suka beib"? Tanyanya.
"Suka mas, suka banget malah. Terimakasih ya mas" ucapnya
"Apa pun untukmu" jawabnya, sambil terus mengendus leher istrinya itu.
Senja pun mulai merasakan geli dan hangat akibat hembusan nafas Awan.
"Mas geli, jangan seperti itu" ucapnya dengan nada manja.
"Aku suka wangimu beib" ucap Awan.
"Lengket banget aku mandi dulu ya" kata Senja, kini jantungnya sedang tidak aman. Setiap kali berdekatan dengan Awan masih saja berdetak lebih keras.
"Mandi bersama saja" ucapnya.
"Mas" ucap Senja manja, kini wajahnya sudah seperti kepiting rebus memerah. Gemas sekali rasanya Awan melihat istrinya itu.
"Kenapa hem"? Ucapnya menggoda sang istri
"Jangan gitu ah" Senja masih mode malu-malu.
"Kenapa harus malu, mas suami mu. Lagian mas sudah melihat semuanya" ucapnya terus menggoda Senja.
Namun tanpa aba-aba Awan langsung menggendong istrinya itu ala bridal style. Senja pun menjerit karena kaget. Lalu mengalungkan tangannya keleher sang suami.
Didalam kamar mandi Awan menurunkan istrinya itu dari gendongannya. Lalu melepaskan satu persatu kain yang melekat ditubuh sang istri.
Kemudian Awan melepaskan semua bajunya. Kini mereka sama-sama tanpa sehelai benang pun. Awan menuntun istrinya masuk dalam jacuzzi yang sudah penuh air dan bunga-bunga. Mereka pun masuk didalam sana bersamaan, tangan tanya bagaimana ekspresi Senja saat ini dia menunduk malu, wajahnya sudah bersemu merah menambah kesan kecantikan wajahnya itu.
Senja duduk dipangkuan Awan, setelah dimasukkannya bath bom kedalam jacuzzi tubuh mereka setengahnya kini tertutup oleh busa.
Perlahan tangan Awan mulai membelai perut rata milik sang istri. Lalu satu tangannya merangkak naik memainkan sequisi milik Senja. Dan satu tangannya memainkan yang dibawah sana.
Awan pun terus mencumbu istrinya, hingga ketegangan dibawah sana semakin terasa sesak saja miliknya.
Senja pun merasakan ada ganjalan besar diantara bongkan miliknya. Membayangkannya saja begitu ngeri bagaimana jika anaconda Awan itu masuk kedalam intinya pasti tubuhnya remuk redam bagai dibelah dua. Senja pun bergidik ngeri. Namun rasa sensasi nikmat yang Awan beri menglahkan akal sehatnya.
"Mas..." lenguhnya saat kecupan Awan semakin dalam meninggalkan bekas disana. Gelenjer aneh kini merayapi seluruh tubuhnya. Inti Senja pun sudah sangat lembab dibawah sana.
"Nikmati beib" ucapnya, tangan nakalnya kini terus menggerilya seluruh tubuh Senja. Lalu Awan memutar tubuh Senja agar bisa menghadapnya. Tak mau melewatkan satu kesempatan pun, Awan kini bak anak kecil yang sedang kehausan. Bergantian menyesap sequisi Senja, dan sesekali menghisap ujungnya.
"Uh..mas" lenguh senja dengan nada terbata-bata.
"Jangan ditahan beib, aku suka suaramu" ucapnya. Satu tangannya masih bermain-main dibawah sana. Hingga beberapa waktu Senja tak mampu menahan sesuatu yang akan meledak dibawah sana. Sungguh permainan jari Awn begitu hebat.
"Mas..aku mau pipis" ucapnya terbata-bata
"Keluarkan beib" dan tak lama cairan hangat dari milik Senja pun membanjiri jari Awan.
"Kita ke ranjang ya" ucap Awan karena kini dia pun sudah tak tahan juga.
Tubuh mereka masih sama-sama basah, Awan menggendong tubuh polos istrinya menuju ranjang mereka. Nmun pagutan bibir mereka tak terlepas, Awan terus menyesap manis bibir Senja, begitu juga Senja membalas ciuman Awan tak kalah panasnya.
Kini tubuh Senja sudah seperti koala yang menempel dipohon saja. Lalu Awan perlahan membaringkan tubuh istrinya itu, dia pun kemudian merangkak kebawah mulai memainkan bibirnya dibawah sana milik Senja.
"Ini indah sekali beib, mas nggak tahan lagi" ucapnya
"Mas..." ucap Senja manja
"Kenapa, ingin cepat merasakannya"? Tanya Awan, Senja pun menganggukkan kepalanya.
"Mungkin ini akan sakit, kamu tahan ya beib. Mas akan sepelan mungkin" ucap Awan.
Awan pun memulai penyatuan mereka, beberapa kali mencoba menerobosnya namun gagal. Namun Awan tak mau menyerah. Dan akhirnya, "Krek" terasa sangat sempit disana, seperti ada sobekan. Senja pun menjerit kesakitan, air matanya jatuh begitu saja karena tubuhnya kini seperti dibelah jadi dua.
"Sakit ya, maaf beib. Mas akan pelan nanti akan berganti nikmat" ucap Awan.
Awan pun melai menciumi kembali bibir istrinya, tangannya memainkan dua bukit indah senja dengan perlahan. Hingga akhirnya Awan perlahan menggerakkan tubuhnya maju mundur.
Rasa sakit itu berganti nikmat yang luar biasa Senja rasakan.
Hingga setengah jam kemudian, mereka mendapatkan pelepasan pertamanya bersamaan. Awan pun mengecup kening istrinya itu. Dia benar-benar bahagia karena menjadi orang pertama bagi istrinya. Meski Awan tau dirinya bukanlah laki-laki sempurna dan suci.
"Terimakasih beib, kamu menjaganya untukku" ucapnya.
Senja hnya mengangggukkan kepalanya dan tersenyum malu-malu.
"Love you more beib" ucpnya pada Senja.
"Love you too mas" ucap Senja sambil menyembunyikan wajahnya diceruk leher sang suami.
Hingga akhirnya mereka kini tertidur dengn lelap dengn posisi saling memeluk. Tubuh mereka terasa sangat lelah, karena mereka bermain hingga beberapa kali. Awan seolah tidak ada capek-capeknya. Barulah pukul dua dini hari mereka mulai istirahat.