Setelah malam naas penjebakan yang dilakukan oleh Adik tirinya, Kinanti dinyatakan hamil. Namun dirinya tak mengetahui siapa ayah dari bayi yang dikandungnya.
Kinanti di usir dari rumah, karena dianggap sebagai aib untuk keluarganya. Susah payah dia berusaha untuk mempertahankan anak tersebut. Hingga akhirnya anak itu lahir, tanpa seorang ayah.
Kinanti melahirkan anak kembar, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Kehadiran anak tersebut mampu mengubah hidupnya. Kedua anaknya tumbuh menjadi anak yang genius, melebihi kecerdasan anak usianya.
Mampukah takdir mempertemukan dirinya dengan laki-laki yang menghamilinya? Akankah kedua anak geniusnya mampu menyatukan kedua orang tuanya? Ikuti kisahnya dalam karya "Anak Genius : Benih Yang Kau Tinggalkan."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SyaSyi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keberangkatan Kinanti dan Gio ke Yogyakarta
"Sayang, apa semua sudah siap?" tanya Gio kepada sang istri.
"Iya sudah, ayo kita berangkat!" ajak Kinanti.
Gio menarik satu buah koper dan Erland satu koper milik Kinanti, keluar dari unit apartemen milik Gio.
"Er, saya titip perusahaan ya sama kamu selama saya tak ada di Jakarta," ujar Gio kepada sang asisten.
"Iya, Tuan. Semoga perjalanan Tuan menyenangkan," sahut Erland dan Gio menganggukkan kepalanya.
Mereka kini sudah dalam perjalanan menuju bandara. Gio tampak menggenggam tangan istrinya dengan mesra, dan sesekali menciumi tangan istrinya. Membuat Erland merasa iri dengan kemesraan bosnya itu.
Untungnya hal itu tak lama, jalanan masih sangat lancar. Mereka kini sudah sampai di bandara. Erland menurunkan barang-barang milik bosnya.
"Kamu langsung pulang saja, Er. Ini tips untuk kamu. Terima kasih sudah mengantarkan saya," ujar Gio sambil memberikan dua lembar uang berwarna merah.
Gio dan Kinanti memasuki area terminal tujuan, sedangkan Erland memilih untuk langsung pulang.
"Andai kamu mau menjadi milik aku, pasti saat ini aku sudah bahagia. Tak merasa iri lagi, melihat kemesraan Tuan Gio dan Nyonya Kinanti," ucap Erland lirih. Dia teringat senyum manis wajah wanita yang sempat bertemu di tempat makan.
Sama halnya dengan Tia, dia pun jadi kepikiran Erland.
"Duh, Ti. Jangan aneh-aneh deh! Mana ada orang yang jatuh cinta pada pandangan pertama, mendingan kamu lupakan orang yang tak jelas. Ingat sebentar lagi kamu sudah mau skripsi, lebih baik kamu fokus!" Tia bermonolog sendiri.
Setelah menempuh perjalanan mengudara selama kurang lebih 1 jam, akhirnya Gio dan Kinanti sampai di kota Yogyakarta. Tujuan mereka, langsung menuju rumah Kinanti selama ini Kinanti tempati.
"Assalamualaikum," ucap Kinanti. Rumah itu tampak kotor karena sudah lama tak di tempati.
"Rumah kamu enak juga ya. Asri," ucap Gio.
"Iya, meskipun tak sebagus rumah yang kamu berikan. Rumah ini memiliki banyak kenangan indah untuk aku. Meskipun tak ada kamu dan hidup dengan kesederhanaan, kami tetap hidup bahagia," jelas Kinanti sambil membuka jendela satu persatu agar ada udara.
"Iya, maaf ya. Aku memang dulu laki-laki yang tak bertanggungjawab. Kalian dari dulu tinggal disini?" tanya Gio.
Bagi Gio, inilah waktu untuknya untuk mengetahui banyak kehidupan Kinanti dulu setelah mengetahui dirinya hamil anaknya.
"Enggak. Dulu aku hanya mengontrak di rumah kontrakan petakan. Aku juga memiliki warung usaha. Sejak dalam kandungan, kembar sudah aku ajak bekerja. Betapa sulitnya aku dulu, saat melewati masa kehamilan tanpa kamu," ungkap Kinanti.
Kinanti bicara sambil tangannya membersihkan debu-debu yang ada. Rumah ini sudah dia tinggal berbulan-bulan.
"Sudah! Kamu duduk saja, biar aku saja yang membersihkan satu persatu," ujar Kinanti saat melihat sang suami ikut membantu menyapu.
"Tak apa-apa. Aku ingin membantu kamu membersihkan rumah ini, aku tak ingin kamu kecapean," ucap Gio.
Gio tampak melihat sekeliling ruangan, dan kini matanya menatap ke foto kedua buah hatinya saat masih kecil yang begitu menggemaskan.
"Lucu ya kembar. Dari kecil sudah terlihat cantik dan ganteng. Gemas aku lihatnya," ujar Gio.
"Iya, alhamdulillah. Meskipun, kehidupan kami dulu sangat sederhana. Kamu tahu tidak? Sejak bayi mereka selalu aku bawa ke warung baso. Aku dulu jualan baso. Namun, setelah kembar beranjak besar, kehidupan kami berubah. Kembar berubah menjadi sosok anak yang genius, mereka kerap mendapatkan uang dari perlombaan yang dia ikuti. Perlahan tabungan kami terkumpul, kami bisa membeli rumah sendiri, dan memiliki tabungan untuk mereka sekolah nanti. Aku selalu mengingatkan mereka untuk menabung, agar bisa sekolah hingga ke jenjang bangku kuliah.
"Maafkan aku. Aku berdosa banget sama kalian. Membuat kalian menderita dan hidup kekurangan," ungkap Gio. Terlihat sekali penyesalan di wajahnya.
"Iya tak apa-apa. Semua itu hanya masa lalu. Lagi pula selama ini kami hidup bahagia kok," ucap Kinanti.
Kinanti berniat menjual rumah itu beserta perabotannya. Dia hanya membawa pakaian saja. Kinanti akan mengirim pakaiannya lewat cargo.
"Habis ini aku ingin ke restoran Dimas. Aku ingin bicara padanya tentang pernikahan kita. Selama ini Dimas selalu bersikap baik kepadaku dan juga kembar. Aku tak ingin dia terus berharap untuk bisa bersama aku," ungkap Kinanti dan Gio mengiyakan.
"Aku juga besok harus mengurus kepindahan sekolah kembar. Sebenarnya aku sayang sama usaha aku, usaha ini yang membuat aku bisa bertahan hidup bersama anak-anak," ucap Kinanti lagi.
"Iya. Kalau kamu mau, kamu bisa berdagang di Jakarta," ujar Gio. Namun, Kinanti sepertinya masih ingin fokus menyelesaikan masalahnya satu persatu. Lagi pula dia ingin fokus mengurus kembar.
Kinanti juga membahas masalah pekerjaan Satria. Banyak tawaran pekerjaan untuk Satria. Tak terasa rumahnya sudah terlihat bersih. Bekerja sama membuat pekerjaan menjadi ringan.
"Kalau aku si intinya tak melarang. Hanya aku ingin mereka lebih mementingkan sekolahnya, hal itu hanya dijadikan sebagai tambahan saja. Kalau memang ada kompetisi perlombaan, aku gak aka melarangnya untuk ikut. Untuk mencari pengalaman sebanyak mungkin. Aku ingin yang terbaik untuk kedua buah hati kita," jelas Gio dan Kinanti mengerti.
Kinanti merasa salut dengan suaminya yang mau membantu dirinya membersihkan rumah. Setelah selesai packing semua pakaian dan membersihkan rumah. Kinanti dan Gio tampak bersiap-siap untuk pergi ke restoran Dimas.