Renatta Putri Setiawan, seorang gadis berusia 22 tahun. Hidup dalam kemewahan dan kemanjaan dari keluarganya. Apapun yang menjadi keinginannya, selalu ia di penuhi oleh orang tua dan saudaranya.
Namun, suatu hari gadis manja itu harus menuruti keinginan orang tuanya. Ia harus mau dijodohkan dengan seorang pria berusia 40 tahun, agar keluarga Setiawan tidak mengalami kebangkrutan.
Renatta yang membayangkan dirinya akan hidup susah jika keluarganya bangkrut, terpaksa menerima perjodohan itu. Asalkan ia tetap hidup mewah dan berkecukupan.
Gadis itu sudah membayangkan, pria 40 tahun itu pasti berperut buncit dan berkepala plontos. Namun, siapa sangka jika pria yang akan dijodohkan dengan dirinya ternyata adalah Johanes Richard Wijaya. Tetangga depan rumahnya, dosen di kampusnya, serta cinta pertama yang membuatnya patah hati.
Apa yang akan Renatta lakukan untuk membalas sakit hatinya pada pria yang pernah menolaknya itu?
****
Hai-hai teman Readers. Kembali lagi bersama Author Amatir disini.
Semoga cerita kali ini berkenan, ya.
Ingat, novel ini hanya fiksi belaka. Tidak ada ikmah yang dapat di ambil setelah membacanya.
Terima Gaji.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Five Vee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Persiapkan Dirimu Setelah Ini.
Waktu makan malam tiba.
Pasangan pengantin baru itu tengah bersiap di ruang ganti. Sore tadi, Richard tidak melakukan apa yang di pikirkan oleh Renatta.
Pria itu hanya mengajak sang istri untuk tidur, dan tidak melakukan hal lain.
Renatta dapat bernafas lega karena sang suami tidak memaksanya.
“Waktu masih panjang.”
Ucap Richard saat melihat tatapan sang istri. Sepertinya pria itu tahu apa yang ada dalam pikiran Renatta.
“Kenapa menatapku seperti itu?” Tanya Richard dari pantulan cermin.
Pria itu tengah mematut diri, sementara sang istri duduk di sofa yang terletak di belakang Richard.
Kepala Renatta menggeleng pelan.
Gadis itu kemudian bangkit, merapikan sedikit kerah kemeja yang suaminya gunakan.
“Tampan.” Ucap Renatta.
Membuat Richard seketika memicingkan matanya.
“Apa kamu merayuku?” Tanya pria itu.
Renatta mencebikkan bibirnya. “Untuk apa merayu? Om sudah resmi menjadi suamiku. Om tidak akan bisa menolakku, apalagi mengatakan jika aku anak yang masih bau minyak telon.”
Richard terkekeh mendengar ucapan sang istri. Pria itu kemudian melingkarkan kedua tangan pada bahu gadis itu.
“Ternyata kamu masih mengingatnya?” Tanya pria itu sembari menyunggingkan sudut bibirnya.
“Siapa yang bisa lupa? Pertama kali mengungkapkan perasaan, langsung di tolak mentah-mentah.” Ucap Renatta sembari bersedekap.
“Coba kamu pikir, pria berumur tiga puluh tahun mana yang menerima gadis berusia dua belas tahun?” Tanya Richard dengan mengangkat sebelah alisnya.
Renatta mengerucutkan bibir seperti bebek.
“Ya. Tapi setidaknya jangan berbicara seperti itu. Om tahu, aku sakit hati sampai saat ini.”
Richard terkekeh. Ia kemudian mengecup bibir manyun sang istri.
“Aku sudah menjadi suamimu. Jadi hilangkan sakit hati itu.” Ucapnya setelah melihat mata gadis itu yang melotot tajam.
Renatta memukul lengan sang suami dengan kencang.
“Hei, Om. Apa kamu tidak ingat bagaimana dulu sering menolakku? Kenapa sekarang om jadi me-sum begini?”
“Aku melakukannya dengan istriku. Tidak ada salahnya.” Richard kembali mendekatkan wajah, membuat Renatta dengan cepat menghindar.
“Keluargaku pasti sudah ada di bawah. Aku harus segera turun.” Ucap gadis itu sembari berjalan menuju pintu keluar.
Ia tidak ingin meladeni Richard lebih lama.
Richard menatap kepergian sang istri dengan sudut bibir yang tersungging.
“Aku harus bisa mengembalikan rasa cinta itu di hatimu. Setidaknya suatu saat nanti kamu tidak akan membenciku semakin dalam.” Ia berbicara sendiri, kemudian menyusul sang istri untuk turun.
****
Ternyata benar keluarga Setiawan telah berada di ruang keluarga rumah itu.
“Apa kami terlambat?” Tanya Richard sembari duduk di samping sang istri.
“Tidak, Rich.” Papa Roy menjawab sang menantu.
“Terlambat pun tidak masalah. Kami bisa mengerti.” Mama Luna datang dengan membawa teh di temani oleh seorang asisten rumah.
“Bagaimana jika kita makan malam dulu. Mengobrolnya nanti saja.” Usul Papa Jonathan.
Semua orang setuju.
Mereka pun menuju halaman belakang rumah mewah itu. Tempat dimana pesta pernikahan di gelar, yang kini di jadikan tempat makan malam.
Makan malam berjalan dengan tenang. Sesekali papa Roy dan papa Jonathan mengobrol tentang masalalu mereka.
Mama Dona dan mama Luna membahas tentang produk-produk kecantikan masa kini.
Sementara, Richard dan Randy membicarakan tentang pekerjaan.
Renatta merasa terabaikan. Semua orang sibuk dengan pembahasannya masing-masing.
Ia seperti tak terlihat diantara mereka.
Gadis itu pun memotong daging di atas piringnya dengan kesal.
Merasa sang istri sedang merajuk, Richard menarik piring gadis itu. Tangan pria itu dengan cekatan memotong daging menjadi potongan kecil-kecil hingga mudah dinikmati.
“Makanlah.”
Renatta mendengus. Ia bukannya tak bisa memotong daging, tetapi dirinya merasa diabaikan.
Setelah makanan habis, masih di halaman belakang itu. Obrolan pun kembali berlanjut.
“Bagaimana jika mama tinggal disini sampai akhir tahun?” Ucap mama Luna. Ketika pembicaraan mereka kini membahas tentang kapan akan kembali ke Australia.
Ucapan mama Luna membuat Renatta tiba-tiba terbatuk. Dengan cepat Richard memberikan air putih pada sang istri.
“Untuk apa, ma?” Tanya papa Jonathan.
“Ya, mama masih ingin menghabiskan banyak waktu dengan Richard dan Renatta.” Ucap wanita paruh baya itu dengan santai.
Renatta menatap Richard sembari menggeleng pelan. Ia tidak ingin tinggal bersama mama Luna terlalu lama.
Bukan karena tidak menyukai mama mertuanya, atau bukan karena tidak cocok dengan wanita paruh baya itu.
Namun, Renatta tahu bagaimana antusiasnya mama Luna saat memiliki menantu. Ia pasti akan menjadi bahan bulan-bulanan mertuanya itu.
“Ma, tidak perlu.” Richard berbicara.
“Lagipula, aku dan Rena membutuhkan ruang untuk berdua. Meski kami sudah saling mengenal sejak lama, tetapi kami tidak pernah berpacaran sebelumnya. Aku harap mama mengerti maksudku.” Sambungnya lagi. Ia mengedipkan sebelah matanya pada sang mama. Berharap wanita paruh baya itu mengerti maksud ucapannya.
Mama Luna mengerucutkan bibirnya. Padahal ia ingin menghabiskan waktu lebih lama bersama Renatta.
Ingin membawa menantunya pergi berbelanja, mengenalkan gadis itu pada teman-teman lamanya di Jakarta. Memamerkan pada orang-orang, jika putra bujang lapuknya kini telah beristri.
“Aku janji, ma. Liburan akhir tahun nanti, aku dan Rena akan mengunjungi kalian kesana.” Ucap Richard kemudian.
“Ah, itu ide yang bagus, kak. Sekalian kalian berbulan madu.” Johanna menambahkan. Wanita itu juga mengerti perasaan Renatta.
“Benar, ya?” Seketika raut wajah mama Luna berubah, kembali berbinar seperti sebelumnya.
Renatta tersenyum kecil sembari mengangguk.
“Mama akan mencarikan kalian tempat mana yang bagus di kunjungi untuk pengantin baru.” Ucap mama Luna lagi.
“Kami juga akan ikut.” Papa Roy menambahkan.
“Ya. Kalian memang harus ikut. Agar kalian tahu tempat kami disana.” Papa Jonathan setuju.
Obrolan para besan kembali berlanjut.
Renatta menatap ke arah sang suami, gadis itu kemudian sedikit mendekatkan wajahnya lalu berbisik.
“Terimkasih, om.”
Richard menyunggingkan sudut bibirnya.
“Ada imbalannya.” Bisik pria itu.
Renatta pun memicingkan matanya. Pria itu baru saja memberinya kartu sakti. Kenapa sekarang justru meminta imbalan? Pikir gadis itu.
“Persiapkan dirimu setelah ini.”
Ucapan Richard itu membuat Renatta menelan ludahnya dengan kasar.
****
Bersambung.
dimana mana bikin gerah 😜🤪
aku baru nemu cerita ini setelah kesel nunggu cerita sisa mantan 😁