Cerita ini mengisahkan tentang seorang pemuda bernama Andreas yang bernasib menyedihkan selama bersama keluarganya sendiri.
Setelah ibunya dan kakak pertamanya membawanya pulang ke rumahnya, alih-alih mendapat kasih sayang dari keluarganya, malah dia mendapat hinaan serta penindasan dari mereka.
Malah yang mendapat kasih sayang sepenuhnya adalah kakak angkatnya.
Akhir dari penindasan mereka berujung pada kematiannya yang tragis akibat diracun oleh kakak angkatnya.
Namun ternyata dia mempunyai kesempatan kedua untuk hidup. Maka dengan kehidupan keduanya itu dia gunakan sebaik-baiknya untuk balas dendam terhadap orang-orang yang menindasnya.
Nah, bagaimanakah kisah selengkapnya tentang kisah pemuda yang tertindas?
Silahkan ikuti terus novel PEMBALASAN PUTRA KANDUNG YANG TERTINDAS!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikri Sa'ati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PPKYT 011. Terkesan pada Pandangan Pertama
Apa yang dibincangkan oleh Pak Hendrick serta istri dan kedua putrinya, Leonard telah mendengar sebagian besarnya. Waktu itu dia sudah berada di kamar mewahnya yang juga masih belum tidur.
Pemuda licik itu menyaksikan pembicaraan Pak Hendrick beserta anak istrinya dari kamera CCTV melalui layar laptopnya.
Dia sungguh menikmati perbincangan itu yang membuatnya amat senang. Karena sampai detik ini keluarga Pak Hendrick masih berada di pihaknya dan masih membelanya, ketimbang berpihak pada Andreas apalagi membelanya.
Kecuali Stephanie, Leonard bisa melihat kalau kakak pertamanya itu sudah mulai bersimpati pada Andreas. Terkesan mulai membelanya, menurutnya.
Tapi itu tidak jadi masalah bagi seorang Leonard. Yang penting Pak Hendrick serta istrinya masih mempercayainya, masih dalam kendalinya. Apalagi dia dengar Pak Hendrick akan menyerahkan perusahaan orang tua itu kepadanya.
Tinggal sekarang, bagaimana menghadapi Andreas.
Rasa kagetnya masih belum hilang saat melihat Andreas masih hidup. Bahkan bukan saja segar bugar, malah Andreas sekarang tampak berbeda, tampak berani.
Rasa sakit akibat tamparan Andre masih juga dia rasakan hingga sekarang. Dia tidak menyangka pemuda lemah itu bisa memiliki kekuatan yang begitu besar secara tiba-tiba.
Menamparnya sedemikian rupa hingga membuatnya tersungkur jatuh. Hal itu menambah kebencian dan rasa sakit hati pada Andreas semakin menjadi.
Tapi itu tidak jadi masalah bagi pemuda licik yang punya rencana besar terhadap keluarga Grayden itu.
Sepanjang keluarga Grayden masih mempercayai seorang Leonard, masih berpihak padanya dan tidak mengendus niat busuknya, Andreas tidak akan ada apa-apanya.
Menyadari akan hal itu, senyumnya tambah semakin lebar hingga tampak seperti seringai binatang buas.
Sementara itu Andre benar-benar meninggalkan kediaman keluarga Grayden dengan kebutan tekad.
Dia telah berhasil membawa dirinya dan jiwa Andreas keluar dari rumah yang bagai neraka bagi seorang Andreas, rumah di mana nyawa Andreas telah meninggalkan raganya.
Kalau bukan karena sebuah keajaiban dari Tuhan, kalau bukan karena dihantar oleh jiwa Andre, separuh jiwa Andreas tidak akan kembali ke raganya yang kurus itu lagi.
Ini sungguh suatu keajaiban yang amat-amat langka!
Sekarang, ke mana tujuan Andre setelah keluar dari kediaman keluarga Grayden?
Tentu dia akan ke rumah sahabatnya Andreas, yaitu Julian Robert. Karena di situ barang-barang Andreas disimpan, termasuk pakaiannya. Pakaian dari hasil penjualan lukisannya, bukan dari pemberian keluarga Grayden.
Tentu saja Andre harus mengumpulkan ingatan tentang alamat Julian terlebih dahulu dalam dirinya, meski tidak tergolong susah. Hingga akhirnya dia sampai juga di rumah Julian, seorang pemuda yang mulai sekarang dia harus menganggapnya sebagai sahabatnya pula.
Tidak susah seorang Andre masuk ke kediaman keluarga Robert yang cukup besar dan megah itu. Para penjaga sudah mengenal sosok Andreas. Jadi, begitu dia muncul di pintu gerbang, para penjaga langsung mempersilahkan dirinya masuk.
Kemudian tanpa berlama-lama, dengan bergegas Andre melangkah menuju pintu masuk. Namun baru saja dia sampai di depan pintu, dan belum juga menekan bel atau mengetuk pintu masuk, pintu utama itu seketika terbuka.
Andre sedikit terkejut dibuatnya, akan tetapi tidak membuatnya tersuruk. Dan belum juga otaknya dapat menerka-nerka siapa yang membuka pintu, orang yang membukanya sudah nongol di depan matanya dengan jelas.
Bukan Julian, sahabat Andreas, tapi....
★☆★☆
Belum lama pintu utama terbuka, seketika muncul sebentuk paras yang amat cantik dari seorang gadis remaja yang beranjak dewasa.
Tampak dari wajah cantiknya ekspresi terkejut bagai melihat orang asing, tapi di situ terselip senyum tersembunyi yang begitu menawan.
Sama halnya pula dengan Andre, tampak terkejut begitu melihat gadis remaja itu dengan ekspresi bagai melihat orang yang tak dikenal.
Sejenak dia berusaha mengumpulkan ingatan Andreas tentang anak Nyonya Monika selain Julian. Namun dia hanya mampu mengingat kakak Julian yang bernama Valencia dan adiknya yang bernama Cornelia.
Andre berusaha mengingat lagi, namun dia tetap gagal mengingat tentang gadis berambut lurus sebahu ini.
Sehingga untuk beberapa saat lamanya kedua insan itu hanya saling tatap dalam diam. Sampai akhirnya....
"Si-siapa?"
"Siapa?"
Satu kata bernada bertanya itu sukses terucap dalam dua suara yang berbeda dari keduanya yang boleh dibilang secara bersamaan.
Menyadari hal itu keduanya langsung disergap suasana canggung, berikut sikap malu-malu dari sang gadis.
"Oh maaf, aku Andre, teman Lian," Andre segera menetralisir suasana dengan memperkenalkan dirinya duluan. Sikapnya dibuat sebiasa mungkin agar si gadis tidak memikirkan yang tidak-tidak tentang dirinya.
Masalahnya, di kediaman keluarga Grayden beberapa saat yang lalu sikapnya begitu dingin dan datar, bahkan terkesan sangar. Sedangkan dia tidak ingin sikap semacam itu terbawa sampai di depan gadis yang sama sekali belum dikenalnya itu.
"Aku...."
Belum lengkap si gadis berucap yang seperti hendak memperkenalkan dirinya, sebuah suara yang sedikit berisik terdengar dari belakang gadis itu. Tapi kali ini Andre dapat mengenalnya, yang tidak lain adalah Cornelia.
"Kamu ngobrol sama siapa, Aline? Kok nggak diajak masuk!"
"Ini, tamu," sahut gadis yang dipanggil Aline itu dengan suara lembut. "Katanya teman Kak Lian."
Pintu masuk tampak dikuak lebih lebar lagi. Maka muncullah sosok gadis cantik seumuran Aline berambut ikal coklat kemerahan yang bernama Cornelia, adik Julian.
"Eee, rupanya Kak Andre," sapa Cornelia begitu dapat melihat jelas sosok Andre.
"Kamu ini gimana sih, Aline?" omel Cornelia seolah memarahi. "Kakak tersayangku datang, kamu nggak suruh masuk. Kak Andre tuh bukan tamu tahu!"
"Maaf, aku nggak tahu," kata Aline, lebih lengkapnya Jazlyne tidak tersinggung dengan omelan Cornelia.
"Si-silakan masuk, Kak," Jazlyne mempersilahkan dengan sikap masih sedikit canggung.
★☆★☆
Andre masuk ke dalam tanpa bersuara, tapi sedikit menarik senyum serta menyuguhkan keramahan pada Jazlyne setelah kedua gadis cantik itu masuk.
"Kak, kok datangnya malam-malam gini sih," kata Cornelia dengan sedikit merajuk manja sambil menggandeng tangan kanan Andre saat dia sudah berada di dalam ruang tamu.
"Kenapa nggak tadi siang aja bareng Kak Lian?" lanjutnya masih dengan pose manjanya. "Aku 'kan bisa langsung ngucapin selamat atas kelulusan Kakak."
"Aku ada urusan sebentar," kilah Andre seraya melirik Jazlyne yang berdiri di samping Cornelia.
"Oh iya kenalin, ini sepupu aku," kata Cornelia seolah paham akan lirikan Andre pada gadis cantik yang ternyata sepupu Cornelia. "Namanya Jazlyne, panggil saja Aline."
"Sepertinya kalian hendak keluar," kata Andre melirik bungkusan kantung kresek yang dipegang Jazlyne. "Mau ke mana?"
"Oh ini, mau ngasikan kue camilan buatan Aline pada security," sahut Cornelia. "Tapi kamu tenang aja, Kak. Aku udah siapin buat kakak."
"Kayak kamu tahu kalau aku kesini aja," kata Andre seperti bergumam.
"Aku selalu berharap kakak datang ke rumah ini, bahkan tinggal di sini," kata Cornelia penuh harap.
Andre tidak menanggapi ucapan Cornelia yang sudah berkali-kali dia ucapkan itu kepadanya. Dia malah menyuruh gadis itu serta sepupunya untuk melaksanakan tujuan awal mereka.
Setelah itu Andre meninggalkan kedua gadis itu menuju lantai dua di mana kamar Julian dan kamarnya berada.
Di kediaman keluarga Robert, Andre diperlakukan seperti keluarga sendiri. Bahkan Nyonya Monika sudah menganggapnya sebagai anak. Jadi, tidak heran kalau dia disediakan kamar pribadi di rumah ini.
"Kak, nggak makan dulu?" kata Cornelia menawarkan sambil masih memandang langkah Andre yang menuju ruang tengah.
"Udah makan," sahut Andre tanpa hentikan langkah. "Tapi kalau kamu antarkan kue buatan sepupumu, nggak papa lah."
"Itu sudah pasti lah, Kak."
Andre terus melangkah hingga hilang dari pandangan Cornelia dan Jazlyne. Dan begitu pemuda yang sudah menarik perhatiannya itu tidak ada lagi wujudnya, baru terdengar gumaman Jazlyne seperti berbicara pada dirinya sendiri.
"Kak Andre ganteng ya?"
Ucapan bernada memuji itu agak pelan, seperti takut orang yang dibicarakan mendengarnya.
"Kamu tertarik pada kakak gantengku itu?" kata Cornelia seraya tersenyum menggoda dan menaik-naikkan kedua alisnya.
"Ih, apaan sih kamu, Nely!" kilah Jazlyne langsung tersipu malu sambil memutar badan, lalu melangkah hendak keluar. "Aku 'kan cuma ngucapin apa adanya. Nggak ada maksud apa-apa."
"Kamu baru melihatnya berpenampilan lusuh kayak gitu, Line," kata Cornelia sambil mengikuti langkah Jazlyne. "Kamu belum melihat Kak Andre berpenampilan keren."
Terus saja kedua gadis cantik itu berceloteh tentang Andre sambil menuju pos dekat gerbang masuk. Jazlyne bertanya ini itu tentang Andre. Cornelia menjawabnya dengan lancar.
Tampak sekali dari perbincangan mereka kalau Jazlyne amat kepo tentang pribadi seorang Andreas.
★☆★☆★
Semoga berkenan....