NovelToon NovelToon
Surat Terakhir Ayah

Surat Terakhir Ayah

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Anak Yatim Piatu / Mengubah Takdir / Penyelamat
Popularitas:14.7k
Nilai: 5
Nama Author: Dfe

Tegar adalah seorang ayah dari dua anak lelakinya, Anam si sulung yang berusia 10 tahun dan Zayan 6 tahun.

Mereka hidup di tengah kota tapi minim solidaritas antar sekitarnya. Hidup dengan kesederhanaan karena mereka juga bukan dari kalangan berada.

Namun, sebuah peristiwa pilu membawa Tegar terjerat masuk ke dalam masalah besar. Membuat dirinya berubah jadi seorang pesakitan! Hidup terpisah dengan kedua anaknya.

Apakah yang sebenarnya terjadi? Bisakah Anam dan Zayan melalui jalan hidup yang penuh liku ini? Jawabannya ada di 'Surat Terakhir Ayah'

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Berpisah

Seperti tak habis-habisnya balasan untuk Zambo, masih di dalam lapas.. Dia yang dulu sering menghajar para narapidana tanpa ampun kini dijadikan samsak hidup oleh beberapa orang yang memang menyimpan dendam padanya.

Mereka sengaja memukul kepala, menendang, atau sekedar memberi tatapan intimidasi atas teritorial mereka yang makin sempit karena kedatangannya dan ketiga temannya.

"Harusnya sipir itu juga ikut merasakan apa yang kita rasakan. Dia juga tahu kejadian yang sebenarnya, tapi kenapa dia bebas berkeliaran di luar sana?!" Agus menatap benci ke arah Aji.

"Iya. Dasar penghianat. Lihat saja, nanti saat giliran penyidik menginterogasi ku, aku akan mengatakan jika sipir itu juga ikut terlibat menganiaya si Tegar sampai mati. Biar kita semua sama-sama membusuk di penjara." Geram salah satu teman Agus tersulut emosi.

Bukannya takut akan ancaman mereka, Aji justru pergi begitu saja. Tidak peduli dengan gertakan mereka. Karena sebenarnya, Aji lah orang yang mengungkap fakta tentang kasus Tegar kepada Tirta Nugraha. Dia membeberkan kejadian yang sebenar-benarnya, pun dengan bukti kematian Tegar yang sengaja direkayasa oleh Zambo dan kawan-kawannya.

Aji tak peduli dengan akibat yang dia terima ketika berani mengungkap kebenaran. Mungkin dia akan mendapat hukuman kurungan penjara, mungkin saja dia akan dipecat, atau mungkin sanksi sosial lainnya.. tapi itu lebih baik dari pada terus diam, menutup mulut seolah tidak terjadi apa-apa di sekitarnya.

Katanya akan ada pengacara untuk membela hak-hak Zambo meski jelas-jelas dia sudah ditetapkan sebagai tersangka, tapi sampai sekarang tak ada satupun pengacara yang mau mengajukan diri untuk mendampingi Zambo dan kawan-kawannya.

Seperti pepatah sudah jatuh tertimpa tangga, Zambo mendengar kabar bahwa Marlina depresi dan di rawat di rumah sakit jiwa karena tidak kuat dengan pemberitaan besar-besaran atas kasusnya.

Marlina terbiasa dengan kenyamanan dan ketenaran kasus Zambo membuat hatinya runtuh. Seluruh harta disita, status sosial yang diagungkan sekarang tak bisa menyelamatkan dirinya dari keterpurukan, ditambah dengan denda 10 milyar yang harus Zambo bayar karena dia juga terjerat kasus penyalahgunaan narkoba.

Hari berganti, ketika Zambo dan yang kawan-kawannya meratapi nasib mereka di balik jeruji penjara, Anam dan Zayan melalui hari mereka seperti biasa. Ya, pagi sekolah, siangnya mulung sampai sore. Banyaknya bantuan dari sana sini tidak membuat keduanya berpangku tangan.

"Bang, orang-orang pada kenapa ya? Mendadak baik semua sama kita?" Zayan sudah siap dengan karung di tangannya.

"Nggak tau Za." Jawab Anam singkat.

Ketika mereka akan berangkat mencari barang bekas, sebuah mobil berhenti di depan pekarangan rumah, perhatian keduanya langsung teralihkan. Siapa yang berkunjung, pikir mereka.

"Ah, ini rumah Lo dua orang?"

Dia adalah engkong Abut. Kedua bocah itu melihat Abut dengan pandangan kebingungan. Tapi tetap diam menunggu apa maksud kedatangan Abut ke rumah mereka.

"Mau kemana?" Tanya Abut sudah duduk di tepian bangku bambu di depan rumah Anam dan Zayan.

"Mulung pak. Kayak biasanya, ya bang?!"

"Iya."

Abut terdiam sesaat. "Lo dua orang mau tinggal bareng engkong? Nanti Lo orang nggak usah susah-susah cari barang bekas lagi."

Anam dan Zayan saling pandang. Makin tidak mengerti maksud pembicaraan Abut pada mereka.

"Engkong mau angkat Lo orang jadi anak engkong. Tinggal di rumah engkong, sekolah dan kebutuhan lainnya, engkong yang tanggung! Mau?"

Kaget. Tentu saja, apalagi ini terlalu mendadak. Bagi Anam dan Zayan kehidupan mereka setelah kepergian bapaknya hanya berkutat pada sekolah dan mulung saja, tapi sekarang.. Ada yang menawarkan mereka untuk merubah nasib, tidak lagi menjadi pemulung.

"Kami tidak punya siapa-siapa, hanya memiliki satu sama lain. Kami tidak mau dipisahkan." Kata Anam menyuarakan isi hatinya.

"Tidak ada yang minta kalian berpisah. Lo orang berdua jadi anak-anak engkong." Kata Abut mengerti kekhawatiran Anam.

Anam berpikir sejenak, melihat ke arah adiknya. Memperhatikan penampilan Zayan kemudian, Zayan memakai kaos kebesaran milik almarhum Tegar, dengan rambut sudah panjang lebih dari batas telinga, badannya tidak segempal dulu, bocah itu terlihat tak terurus.

"Kamu mau Za?" Tanya Anam menanyakan pada adiknya.

"Aku ikut abang aja. Kalau ada Abang, aku mau." Jawab Zayan mantab.

Abut terlihat senang. Dia tersenyum, tangannya direntangkan untuk memeluk kedua bocah lelaki itu. Meski terasa aneh, Anam dan Zayan tetap ikut berhambur ke dalam pelukan lelaki tua itu. Ah.. Mungkin nanti akan lebih cocok jika Abut dipanggil kakek daripada menyebutnya ayah.

Abut masuk ke dalam rumah kedua bocah itu, dia tidak sungkan duduk di bangku kayu yang salah satu kaki bangkunya diganjal pecahan genteng karena sudah lapuk dimakan rayap. Atap rumah terlihat dihiasi sarang laba-laba, padahal rumah itu masih ada penghuninya. Dan lantai tanah yang tidak rata, sebagian titik ada yang menggunung ada juga yang amblas.

Bagaimana mungkin Abut yang kaya raya berkeinginan menjadikan Anam dan Zayan anak angkatnya? Faktanya, lelaki tua itu begitu tertarik dengan kedua bocah tersebut sejak pertama kali melihat mereka. Lagi pula, Abut tidak memiliki anak laki-laki. Dari pernikahannya, dia dikaruniai tiga orang anak perempuan. Dan ketiganya sudah menikah. Sayangnya, tidak ada satu anakpun yang ikut tinggal bersama Abut. Di usianya yang semakin tua, Abut jelas kesepian. Istrinya sudah lama meninggal. Itulah alasan dirinya ingin mengangkat Anam dan Zayan sebagai anaknya.

Sore itu, Ria kembali ke rumah Anam dan Zayan. Tentu saja seperti biasa, dia membawakan makanan untuk kedua bocah itu.

Langkahnya terhenti saat melihat Anam dan Zayan sudah ada di depan rumah mereka. Senyum Ria mengembang. Dia berjalan sedikit cepat mengetahui jika dirinya sudah ditunggu anak-anak Tegar itu.

"Udah mandi ya? Rapi banget." Ria memperhatikan keduanya.

"Iya bi. Kami mau pergi." Zayan yang bicara.

"Eh, pergi? Pergi kemana? Ke makam bapak kalian?" Tebak Ria.

Zayan menggeleng. Matanya memandang ke arah tas sekolah Anam dan dua plastik merah besar yang ada di samping bangku bambu. Mata Ria memicing, kenapa dia tidak menyadari adanya barang-barang itu.. Dan untuk apa mereka memasukkan pakaian mereka ke dalam plastik?

"Mau kemana?" Ulang Ria. Senyumnya sudah hilang.

"Mau ke rumah pak juragan, katanya kita disuruh tinggal di sana mulai sekarang, ya bang?!" Masih Zayan yang bicara.

"Juragan siapa? Kalian jangan bercanda. Ngapain beresin baju ditaruh di plastik kayak gitu, mau minggat?" Bentak Ria sedikit emosi.

"Nggak bi. Kami emang mau pergi kok, tapi bukan minggat. Ya, mau ditaruh di mana.. Kita nggak punya tas gede, ya bang?! Ah kamu kenapa diem terus sih bang? Ngomong bang, ngomong! Kasih tau bi Ria biar dia paham." Zayan menepuk paha Anam yang masih betah diam.

"Nam?" Ria seperti meminta penjelasan pada bocah yang kemudian menghela nafas panjang itu.

"Iya bi, kami akan pergi. Ikut tinggal bersama juragan kami di tempat pengepulan barang bekas, namanya pak Abut. Tadi siang dia ke sini, minta kami ikut dengannya.. Kami mau. Tapi, kami mau beres-beres baju dulu. Juga pamitan dengan bi Ria.."

"Makasih ya bi, selama ini bibi udah baik sama kami. Nggak ngejauhi kami, di saat orang orang-orang musuhin kami.. Makasih setiap hari ngasih kami makan, bersihin rumah kami juga. Suatu saat, kami pasti balas semua kebaikan bibi."

Ria berurai air mata. Dia memeluk kedua bocah itu, tangannya yang tadi memegang baskom berisi nasi, sayur bayam dan tempe goreng, tergantikan dengan mendekap kepala Anam dan Zayan.

"Makan dulu ya.. Bibi suapin." Keduanya mengangguk setuju.

Mobil Abut datang lagi, Ria baru percaya ketika berbicara dengan Abut. Wanita itu bahkan menangis haru, dia berpesan untuk menjaga Anam dan Zayan, tidak menyia-nyiakan mereka, dan jangan menjadikan mereka pembantu gratisan. Ya, Ria berani mengatakan itu semua. Dan Abut berjanji akan memperlakukan Anam dan Zayan seperti anaknya sendiri.

"Habiskan dulu makannya ya.. Jangan nyisa. Nanti.. Jangan nakal di sana, sekolah yang pinter, yang rajin... Bibi doakan semoga kalian jadi anak hebat dan sukses.. Aamiin."

"Aamiin. Makasih ya bi.." Zayan menelan susah payah makanan yang ada di mulutnya karena dia ikut menangis.

Sore itu, Ria menatap matahari menghilang di bawah garis cakrawala dengan perasaan sedih tapi juga ada harapan di sana, dia terus melambaikan tangan pada mobil yang membawa Anam dan Zayan menjauh pergi. Padahal dia tidak tahu, apakah yang di dalam mobil juga melambaikan tangan padanya atau tidak.. Karena hanya itu yang bisa dia lakukan sebagai salam perpisahan.

1
Riaaimutt
deuh suami ria jahat bgt sama anak kecil juga
untung nya suami ku orangnya baik hati bijaksana dalam permusyawaratan perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍
klo sikapmu sprti itu trs, lama² anakmu juga ogah idup samamu..
arogan bener jadi manusia, udah kek Fir'aun bae
𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍
masih ada aja manusia yang hormat hanya karna hartanya🤦🏻‍♀️
🍊 NUuyz Leonal
susah sih kalau orang nya modelan kayak Aline ini semua semua di salah kan ke orang lain padahal dia sendiri yang membuat hidup nya seperti itu
🍊 NUuyz Leonal
sepertinya lebih berbahaya jika celine bersama kamu
ㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤ𒈒⃟ʟʙᴄ
heh alin berkaca lah sebelum terlambat bgt menyadari kesalahan mu😒😒😒dari tadi asik nyalahin orang dasar 🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️
ㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤ𒈒⃟ʟʙᴄ
sebenarnya sangkala itu kenapa benci banget sama zayan dan Anam yaa🤔🤔🤔🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️
Dewi kunti
dipecat aj sopir yg gak tahu diri kong
Rahmawati
km sudah gk dianggap anak lagi line, mending km pergi aja, celine akan lebih terurus kl tinggal sm engkongnya
Rahmawati
ini knp kok sengkala benci bgt sm anam dan zayan,,
🍊 NUuyz Leonal
apapun bisa terjadi jadi jangan pernah melihat atau menilai apalagi membenci seseorang dengan kadar porsi yang berlebihan
𝐙⃝🦜尺o
si mandor so iye, gak tau apa2 mau tuduh sembarangan akhirnya dipecat kan
Rahmawati
bagus anam km pinter kl mau sukses
Was pray
belajar terus anam dan zian, harta dipakai habis , tapi kl ilmu dipakai bertambah
𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍
lagian, org kerja itu nyari duit..
bukan nyari muka
𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍
baru mandor tapi udah petantang petenteng
𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍
nam sibuk masak pak, gak bisa ikut olimpiade /Facepalm/
𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍: kesian..
masih sekwildapa aja dari dlu😌
𝐓𝐄𝐓𝐄𝐇 𝐇𝐈𝐍𝐘𝐀𝐈☝🏿🌚: mana ada.. nam sibuk ngelus dada dan paha
total 2 replies
𝐓𝐄𝐓𝐄𝐇 𝐇𝐈𝐍𝐘𝐀𝐈☝🏿🌚
aih bulu 😱
𝐓𝐄𝐓𝐄𝐇 𝐇𝐈𝐍𝐘𝐀𝐈☝🏿🌚: aih dah diganti kertas 🤭
𝐓𝐄𝐓𝐄𝐇 𝐇𝐈𝐍𝐘𝐀𝐈☝🏿🌚: typo Thor
total 4 replies
🍊 NUuyz Leonal
buktikan namza Klian pasti bisa
seperti kata kong abut berubah lebih baik untuk kalian sendiri
🍊 NUuyz Leonal
bulu 😳😳😳
bulu apa ini 🤔🤔🤔
🍊 NUuyz Leonal: bulu apa itu???
Dfe: apa apa?
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!