Seorang gadis cantik lulusan pesantren menikah dengan pemuda tampan yang sederhana
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Orang Suusah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 Butuh Sesuatu
Siang pun tiba ,Vano dan Riza baru selesai dengan operasi darurat mereka. Vano langsung kembali keruang kerjanya, dan tidak lupa memesan makan siang melaluwi aplikasi pemesanan online. Sesampainya di ruang kerjanya, pria itu tidak mendapati istrinya di dalam.
"Kemana dia." gumam Vano sambil melepaskan jas dokternya.
Kemudian perhatian Vano teralih dengan sepatu Yasmin yang berada di bawah ranjang tidurnya.
Vano pun mendekat untuk memeriksanya di balik tirai abu abu.
Senyum manis terukir di bibir Vano, begitu mendapati istri nya yang sedang tidur meringkuk di ranjang yang biasa ia gunakan untuk beristirahat.
Pukul dua belas siang, Yasmin terbangun karena mendengar suara alaram ponsel Vano.
" Astagfirullah." ucap Yasmin yang langsung terjaga dan bangun.
Ia langsung menggunakan sepatunya, kemudian turun dari ranjang. Di lihatnya Vano sedang duduk di kursi kerjanya tertidur sambil bersandar. Bunyi alaram ponsel yang berada di depannya, tidak membangunkan pria itu.
Yasmin terlihat bingung harus melakukan apa, ia ingin mematikan alaram ponsel itu, namun takut.
Ia terus saja berdiri di depan meja kerja Vano, sambil sesekali melihat Vano.
Tiba tiba...
" Astagfirullah halazim Yasmin...." ucap Vano yang kaget lagi melihat Yasmin berdiri di depanya.
Karena pakaian Yasmin yang serba hitam dan tertutup, membuat Vano mudah sekali kaget melihatnya jika Yasmin berdiri tiba tiba di depanya.
" Kamu ngapain berdiri di situ. " tanya Vano sambil mengelus dadanya.
" Maaf, saya hanya mau membangunkan mas saja, karena ponselnya bunyi terus. " jawab Yasmin berdiri menjauh sedikit.
" Itu hanya alaram sholat zuhur di ponsel saya. " jawab Vano sambil mengusap wajahnya.
Kemudia ia menatap Yasmin yang terus menunduk itu.
" Saya sudah belikan makan siang buat kamu, kamu makan dulu saya mau kemusholah sebentar. " ucap Vano sambil membuka tas plastik yang berisi beberapa jenis makanan.
Yasmin hanya diam saja, sampai Vano keluar ruangan menuju masjid.
"Oi. " ucap Iyan yang baru terlihat.
"Yan, kamu dari mana aja baru kelihatan, terus kenapa tiba tiba ngilang. " tanya Vano penasaran.
" Sori Van, aku tiba tiba ada urusan darurat, ibu di kampung telpon aku suru balik, katanya ada urusan penting. " jawab lyan.
" Memangnya sepenting apa sih, sampe nggak ngangkat telpon sama sekali. " tanya Vano kesal.
" Ibu aku tiba tiba bahas perjodohan, makanya aku langsung pulang. " jawab lyan terkekeh.
" Whats... kamu serius, terus gimana. " tanya Vano kaget.
" Ya, mau nggak mau aku harus terima, toh calon yang akan di jodohkan juga gadis baik baik. " jawab Iyan yang terlihat sangat senang.
" Terus kamu terima." tanya Vano yang penasaran.
" Ya jelas, aku juga udah cukup umur buat menikah, lagi pula aku pengen ngebahagiyain ibu. " jawab lyan.
"Terus kapan hari bahagianya. " tanya Vano yang juga ikut senang.
" Untuk akad nikahnya sih udah, tinggal resepsinya aja. " jawab lyan.
Tiba tiba dari kejauhan terlihat Riza datang menghampiri mereka.
"Oi Yan, lu kemana aja. " tanya Riza yang juga penasaran.
" Apa sih Za, ngomongnya pake lu gw lu gw begitu.." ucap lyan yang tidak suka mendengar logat anak anak gaul jaman sekarang.
" Iya sori, aku cuma penasaran aja kamu kemana, tiba tiba ngilang. " jawab Riza.
"Pulang kamupung buat nikah. " jawab Vano tiba tiba.
" Haaa.... kamu serius Vann. " tanya Riza yang ikutan kaget mendengarnya.
" Tanya aja sama orangnya." jawab Vano menyenggol lyan.
Iyan langsung tersenyum salah tingkah.
" Benar Yan." tanya Riza.
" Ya begitu deh. " jawab lyan terkekeh.
Riza langsung mengakulnya sambil menarik leher lyan.
"Tega bangat, nikah nggak bilang bilang." ucap Riza kesal.
" Ya maaf, namanya juga tiba tiba, aku aja nggak tau kalau bakalan di nikahkan, cuma taunya ada masalah serius makanya ibu suruh aku pulang. " jelas lyan.
" Ya biar pun begitu, setidaknya kamu kirim chat pesan teks atau surat kek, biar kita teman teman kamu semua tau. " ucar Riza kesal.
" Sori Za, hehe..." jawab lyan terkekeh.
" Ah kalian berdua mah sama aja, tiba tiba aja nikah, padahal nggak lagi musim salju di bogor. " jawab Riza yang berlalu meninggalkan mereka menuju musolah.
" Kamu sih Yan." ucap Vano yang juga pergi.
" Yee.. ngomongin orang, kamu juga sama." jawab lyan yang langsung merangkulnya Vano.
Keduanya langsung tertawa dengan nasip pernikahan yang tiba tiba itu.
Sore menjelang, Vano dan Yasmin dalam perjalanan pulang menuju apartement. Sesampainya di rumah, keduanya langsung masuk kedalam kamar masing masing.
Vano langsung merebahkan tubuhnya, karena merasa sangat capek dan letih. Sementara itu, Yasmin langsung membersihkan dirinya, kemudian keluar menuju dapur untuk menyiapkan makan malam.
Ia memasak dengan bahan bahan yang masih ada di kulkas, sebisa mungkin Yasmin mengolahnya agar terlihat bisa menggugah selera.
Magrib pun tiba, Yasmin sudah selesai memasak kemudian masuk kedalam kamar untuk siap siap sholat.
Sementara Vano berada di dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, karena baru saja bangun.
Pukul sembilan malam, Vano tengah duduk di ruang tengah sambil membuat laporan dari kegiatan amal mereka selama beberapa hari. Tiba tiba Yasmin keluar menghampiri Vano, karena ingin menyampaikan sesuatu.
" Mas. " panggil Yasmin.
"Ada apa." tanya Vano yang terus menatap
layar lebtopnya.
" Sa-- saya mau membicarakan sesuatu. " ucap Yasmin yang terlihat ragu ragu.
" Bicaralah." jawab Vano tanpa melihatnya.
Yasmin diam sebentar, sambil meremas jari jari tanganya. Vano yang melihatnya seketika bingung dan penasaran dengan hal yang akan istrinya sampaikan itu.
" Kamu mau bicara apa." tanya Vano sambil meletakan lebtopnya kemudian menatap Yasmin.
Yasmin masih diam saja, karena takut dan malu mengatakanya.
" Ada apa memangnya, kamu sakit. " tanya Vano bingung.
Yasmin langsung menggeleng dengan cepat.
" Terus apa, kamu butuh sesuatu. " tanya Vano lagi.
Yasmin diam sebentar, kemudian mengangguk dengan ragu ragu.
"Butuh apa." tanya Vano.
" Nggak jadi." jawab Yasmin yang langsung hendak masuk kedalam kamar karena malu mengatakanya.
Namun dengan cepat, Vano menahan tanganya kemudian menarik Yasmin hingga terduduk di pangkuanya.
" Jangan buat saya penasaran. " ucap Vano sambil menatap mata Yasmin yang membesar karena kaget.
Tubuhnya membeku, karena kedekatan keduanya yang sangat intim. Bahkan Vano mengeratkan tanganya di pinggang Yasmin, menahan tubuhnya agar tidak jatuh.
" Butuh apa." tanya Vano lagi.
" Sa-- saya. " ucap Yasmin terbata bata kemudian hendak berdiri dari pangkuanVano.
Namun tangan Vano dengan cepat menahan tubuhnya.
" Jawab dulu pertanyaan saya, kamu butuh apa, baru saya lepasin. " ucap Vano menahanya erat.
Yasmin semakin dekdekan tidak karuan.
" Jawab dulu, saya nggak bakalan lepasin kamu kalau nggak jawab. " ucap Vano lagi.
" Sa-- saya, butuh pembalut. " jawab Yasmin yang langsung menunduk malu.
Vano langsung membulatkan matanya begitu mendengar jawaban sang istri.
" Kenapa dia jadi terlihat manis kalau sedang malu.
. " batin Vano sambil tersenyum.