Trisha Adalah gadis yang tinggal di sebuah desa di australia, keluarganya sangat ketat dengan pergaulannya, ia bersama sepupunya Freya hanya di perbolehkan bekerja dirumah dan membantu pekerjaan rumah, bahkan ia tidak di perbolehkan untuk bekerja atau pun kuliah. Sampai di suatu ketika Freya membawa kabar bahagia pada Trisha bahwa ia akan menikah dengan seorang lelaki yang berasal dari ibu kota. Kedua keluarga membuat perjodohan itu, dan semuanya mulai di sibukan untuk acara pernikshsn, namun tanpa disangka-sangka Trisha bertemu dengan seorang lelaki tampan di sebuah toko kue. Pandangan mereka berdua bertemu, Trisha hanya memandang lelaki itu biasa saja, namun tidak dengan lelaki rupawan bernama Adrian, yang ternyata lelaki yang akan di jodohkan dengan Frey.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Purpledee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 25. Apakah akan menjadi awal yang baik?
Suara alarm berbunyi memekakan telinganya, tangannya meraba-raba nakas yang ada di samping tempat tidurnya untuk mematikan Alarm. Trisha beranjak duduk dengan mata yang masih tertutup, ketika ia perlahan membuka matanya, ia melihat Adrian yang masih tertidur di atas sofa.
Meskipun hubungan mereka sudah membaik, namun Trisha belum bisa mengijinkan Adrian tidur bersamanya.
“Adrian, bangun! Kau harus bekerja.” Kata Trisha dengan suara yang masih serak. Namun saat ia akan berlalu ke kamar mandi Trisha terhenti karena melihat meja berantakan dengan sisa makanan. Ia menghela nafas berat dan berputar balik. Trisha mengambil telpon yang menempel di dingding yang akan terhubung ke ruangan pelayan dan dapur.
“Selamat pagi Nyonya,”
“Iya selamat pagi. Em… tolong kirimkan seseorang untuk membereskan kamarku.” kata Trisha.
“Baik Nyonya.”
“Terima kasih.”
Trisha menutup telpon, Ia berdecak saat melihat Adrian yang masih tertidur. Trisha duduk di pinggiran sofa lalu menggoyah-goyahkan tubuh Adrian.
“Bangun! kau akan terlambat bekerja.”
“Aku masih ingin tidur sayang, lima menit lagi.”
“Tidak! cepat bangun dan bersiaplah, akan ada pelayan yang akan membersihkan kamar.”
Adrian yang menurut beranjak, ia memeluk Trisha beberapa saat lalu pergi ke kamar mandi. Sementara Trisha sendiri, membereskan sofa. Ia melipat selimut dan menyimpan bantal itu ke tempat asalnya yaitu di tempat tidur.
Tapi Trisha sempat berfikir beberapa saat untuk mencuci seprai yang melekat di kasurnya itu. Tanpa berfikir lagi, ia melepaskan seprai di kasurnya dan mengambilnya. Disaat waktu bersamaan suara ketukan pintu terdengar.
“Masuk!”
Pintu terbuka, Lydia datang untuk membersihkan kamar Trisha. “Selamat pagi Nyonya.”
Sapa Lydia, ia menatap Trisha yang sedang membawa seprai. “Tolong ya, bersihkan semua yang ada di meja itu.” Kata Trisha sambil melihat pada meja yang penuh sisa makanan.
“Baik Nyonya.”
Lydia bergegas memberisihkan semua sisa makanan di meja itu, sementara Trisha mengetuk pintu kamar mandi. “Adrian boleh aku masuk?”
Lydia sempat terhenti menatap Trisha yang berdiri di depan pintu kamar mandi. “kau ingin mandi bersamaku, sayang?” kata Adrian dari balik pintu.
“Jangan bicara aneh, Aku ingin mencuci seprai saat aku mandi nanti, jadi tolong simpan ini di dalam.” kata Trisha. Pintu kamar mandi pun terbuka, Tangan Adrian mengulur dan mengambil Seprai itu dari Trisha. Namun tidak hanya mengambil seprai ia juga menarik tangan Trisha ke dalam kamar mandi.
“Adrian hentikan! Aku tidak ingin melihatmu telanjang! Jangan cipratkan air padaku.” kata Trisha dari dalam kamar mandi.
Lydia yang mendengar itu berhenti sesaat, matanya berkilat dipenuhi rasa kesal, ia menggengam keresek sampah begitu kuat sampai buku jemarinya memutih.
“Adrian hentikan! Ada Lydia diluar, aku malu!”
Setelah itu Trisha pun keluar dengan wajah dan pakaian yang sedikit basah, Trisha melihat Lydia yang menatapnya tajam. “A-apa ada sesuatu?” tanya Trisha.
“A-ah tidak Nyonya, saya akan segera selesaikan ini.”
“Maaf jika ini mengganggumu.”
Lydia menggeleng sambil tersenyum hambar. Trisha pergi mengambil beberapa pakaian lalu duduk disofa sambil memainkan ponselnya, sesekali ia juga melihat Lydia.
Trisha mengerutkan keningnya, ia merasa ada sesuatu yang ganjil dari tatapan Lydia padanya. Tak berselang lama kemudian, Adrian pun keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan kimono. Pandangannya bersirobok dengan Lydia yang tengah membersihkan meja.
Adrian segera berpaling dan menuju ruang ganti. “Nyonya, semuanya sudah beres. Saya permisi.”
“Oh… baiklah, terima kasih.”
Setelah Lydia pergi, Trisha kembali duduk dan melihat ke arah ruang ganti. "Tidak mungkin ada sesuatu diantara mereka, dia berselingkuh dengan Anna bukan berarti dia juga selingkuh dengan pelayan di rumahnya, bukan." Trisha mencoba membantah apa yang ia pikirkan.
...○○○...
Pekerjaan menumpuk saat Trisha baru saja kekantor.Trisha menghela nafas berat saat dia duduk lalu menepuk pipinya dua kali, dan ia pun mulai bekerja. Trisha yang fokus pada pekerjaannya ber jam- jam lamanya, sampai ia melewatkan makan siangnya.
Waktu berjalan begitu cepat sampai langit mulai berubah menjadi gelap, dan satu persatu para karyawan pun mulai pulang. Tapi tidak dengan Trisha yang masih Fokus. Di pukul tujuh malam, semua pekerjaannya pun selesai. Ia terkejut saat melihat Jam dinding di kantornya sudah menunjukan pukul tujuh malam.
“Astaga aku akan terlambat makan malam kalau begini.”
Trisha pergi dengan terburu-buru, namun saat ia keluar dari gedung kantor, ia melihat Adrian yang tengah menunggu di mobil, yang nampak ketiduran. Ia menghampiri mobil Adrian lalu mengetuk kaca mobil.
“Adrian?”
Adrian terbangun mendengar suara Trisha, dan ia segera turun dari mobil. “Trish aku menunggumu lama sekali disini.”
“Kau tidak bilang akan menjemputku.” kata Trisha dengan alis yang menaut.
“Sudahlah, ayo, kita akan terlambat makan malam.”
Sesampainya di rumah, mereka berdua langsung mengganti pakaian lalu segera turun keruang makan untuk makan malam. Semua anggota keluarga sudah berkumpul disana, dan mereka menyambut kedatangan Trisha dan juga Adrian. Mereka semua berdiri di saat tuan Jeradin mulai memasuki ruang makan, dan duduk setelah tuan Jeradin duduk. Tuan Jeradin nampak tersenyum di saatmelihat semuanya tersenyum.
“Apa ada hal yang mengambirakan hari ini?” yanya tuan Jeradin.
“Ada ayah…” Esme tersenyum lalu melihat Trisha sekilas “Selama satu bulan ini omeset di perusahaanku mulai membaik, kata karyawanku disana, Trisha yang mengurus semua penjualan.” kata Esme. “Benarkah itu nak?”
“Tidak kek, ibu hanya melebih-lebihkan.” Kata Trisha sambil menunduk.
“Oh ya, setelah makan malam kalian temui aku di ruang kerja.”
Adrian dan Trisha saling bertukaar pandangan.
Setelah makan malam selesai Adrian dan Trisha menuju ruang kerja Tuan Jeradin. Mereka berdua berdiri dihadapan tuan jeradin sambil menundukan kepalanya. “Kenapa kalian menunduk, seperti orang yang punya salah?”
Adrian dan Trisha menegakan kepalanya, lalu tuan jeradin menyodorkan sesuatu dimejanya. Adrian nampak kebingungan. “A-apa ini?” tanya Adrian.
“Pergilah berbulan madu.”
“Heh?” gumam Trisha dan Adrian bersamaan.
“Ini tiket untuk ke hawai. Kalian ini sudah hampir satu tahun menikah tapi belum berbulan madu. Pergilah lusa.” kata Tuan Jeradin. Adrian dengan senang hati menerima tiket itu lalu undur diri dari ruangan kakeknya bersama Trisha. Sesampainya di kamar Adrian nampak sangat bahagia tapi tidak dengan Trisha yang hanya duduk disamping tempat tidur sambil termenung.
“Trish?” panggil Adrian. “Hm? Kenapa?” Adrian mengelus kepala Trisha sambil tersenyum. “Kau tidak senang kita akan berbulan madu?” tanya Adrian. “Tidak, aku senang.” kata Trisha. Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamar. “Masuk!” Seru Adrian.
“Tuan muda, Ibu anda memanggil anda.” kata pak Adam.
“Ada apa Ibu malam-malam memanggilku?”
“Dia meminta anda untuk menemaninya pergi ke asrama nona Hana.”
“Ck! Baiklah aku akan kesana.”
Pak adam pun pergi, sementara Adrian mengganti pakaiannya. “Tidak apa-apa kan aku tinggal sebentar?”
“Mn, lagi pula kau pergi bersama ibumu, bukan? Salamkan salamku pada Hana.”
“Tentu saja.”
Trisha bangkit, dan menghampiri Adrian. Ia membantu mengancingkan pakaianya. Adrian tersenyum melihat Trisha yang perlahan mulai membuka hatinya. “Kalau begini aku tidak akan bisa pergi.”
“kenapa?”
“Satu detik pun aku enggan jauh darimu.”
“Apa kau sedang berpuisi tuan?” sindirnya.
Adrian tertawa lalu mengecup pipi Trisha bertubi-tubi. Trisha tertawa geli dan memukul lengan Adrian. “Sudah, ibu pasti sedang menunggumu di bawah.”
Adrian pun pergi. Trisha hanya tersenyum manis, kehidupan pernikahannya mulai lebih baik. Ia bisa merasakan setidaknya baru sedikit, kehidupan bahagia pernikahannya. Jam sudah menunjukan pukul sebelas malam, di manana semua penghuni di mansion sudah tertidur. Namun saat baru saja ia akan menutup mata untuk tertidur, ponsel Trisha berbunyi. Dia kira Adrian yang menelponnya, namun ternyata bukan, itu Freya.
“Halo Frey?”
“Trish apa kau bisa ke rumah sakit sekarang? Bibi Alya masuk rumah sakit, dia sedang kritis.”
“I-ibu kritis? Bagaimana bisa ibu Tiba-tiba kritis.”
“Bibi jatuh di kamar mandi.”
“Oke, aku kesana sekarang.”
Trisha langsung bergegas, ia mengganti pakaiannya, lalu menyambar tas dan mantelnya. Ia menuruni tangga dengan terburu-buru, namun saat ia berada dilantai dua. Ia mendengar sesuatu yang ganjil. Dadanya berdegup dengan kencang, ia mengerjapkan matanya dan menajamkan pendengarannya.
Suara itu terdengar dari kamar Nyonya Audy. Trisha mengeluarkan ponselnya, ia mengendap-endap menuju sumber suara. Pintu kamar Nyonya Audy tidak tertutup dengan rapat jadi ia bisa meliahat apa yang sedang terjadi dari celah pintu itu.
Trisha tidak berani untuk melihat langsung dengan mata kepalanya, jadi ia menggunakan ponselnya untuk melihat apa yang terjadi. Ia mengarahkan lensa kamera ponselnya ke celah pintu dan mulai merekam. Suara itu menjijikan, seperti suara seseorang yang sedang melakukan hubungan badan, dan suara ganjil lainnya.
...○○○...
To Be Countinue...