Tomo adalah seorang anak yang penuh dengan imajinasi liar dan semangat tinggi. Setiap hari baginya adalah petualangan yang seru, dari sekadar menjalankan tugas sederhana seperti membeli susu hingga bersaing dalam lomba makan yang konyol bersama teman-temannya di sekolah. Tomo sering kali terjebak dalam situasi yang penuh komedi, namun dari setiap kekacauan yang ia alami, selalu ada pelajaran kehidupan yang berharga. Di sekolah, Tomo bersama teman-temannya seperti Sari, Arif, dan Lina, terlibat dalam berbagai aktivitas yang mengundang tawa. Mulai dari pelajaran matematika yang membosankan hingga pelajaran seni yang penuh warna, mereka selalu berhasil membuat suasana kelas menjadi hidup dengan kekonyolan dan kreativitas yang absurd. Meski sering kali terlihat ceroboh dan kekanak-kanakan, Tomo dan teman-temannya selalu menunjukkan bagaimana persahabatan dan kebahagiaan kecil bisa membuat hidup lebih berwarna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon J18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Robot Kardus
Proyek Robot Kardus Dimulai dengan Inspirasi Mendadak
Hari itu, Tomo terbangun dengan sebuah ide brilian di kepalanya. Sebenarnya, ide ini terinspirasi dari acara kartun tentang robot raksasa yang ia tonton malam sebelumnya. Dalam kartun itu, robot penyelamat dunia berhasil menumpas alien jahat. Tomo merasa sangat tertarik, hingga akhirnya ia memutuskan untuk membuat robotnya sendiri—tentu saja, versi kardus.
Saat sarapan, Ibu yang sedang menyiapkan bekal untuk Tomo memperhatikan putranya yang tampak tenggelam dalam pikiran. "Tomo, kamu kenapa senyum-senyum sendiri? Jangan bilang kamu mau minta beli mainan robot baru lagi," kata Ibu dengan nada menggoda.
Tomo meneguk susunya dan menggeleng. "Bukan, Bu. Aku mau bikin robot dari kardus! Besar, keren, bisa berdiri, dan... aku bakal ajak teman-teman untuk bantuin! Namanya... 'Robot Kardus Tomo 2000!'"
Ibu tertawa kecil sambil menaruh bekal di tas Tomo. "Wah, ide yang hebat! Tapi jangan lupa ajak Budi sama Arif, ya. Pasti bakal lebih seru kalau kalian bikin bareng."
Dengan semangat yang menggebu-gebu, Tomo langsung mengirim pesan kepada kedua sahabatnya, Budi dan Arif, tentang rencananya membuat robot kardus. Tak butuh waktu lama, mereka setuju untuk datang sore harinya setelah pulang sekolah.
---
Hari yang Panas, Kardus yang Berserakan
Sore itu, matahari bersinar terik. Rumah Tomo sudah berubah menjadi gudang kardus bekas. Ruang tamunya dipenuhi kotak-kotak bekas dari berbagai ukuran—kardus dari pengiriman barang online, kotak sepatu lama, hingga kotak cereal kosong yang sudah dicuci bersih.
Budi tiba pertama kali. Ia masuk ke ruang tamu sambil membawa kardus besar. "Tomo! Aku bawa ini dari rumah! Besar, kan?"
Tomo melompat dari sofa dan memeriksa kardus itu. "Mantap, Budi! Ini bakal jadi tubuh robot kita."
Tak lama kemudian, Arif muncul dengan dua kardus kecil di tangan dan gulungan kabel bekas yang ia temukan di gudang ayahnya. "Ini kardus buat tangannya, terus aku bawa kabel juga! Mungkin bisa kita pakai buat bikin robotnya kelihatan lebih canggih."
Tomo melotot kagum. "Wah, keren! Bakal jadi robot paling hebat di dunia! Oke, kita mulai!"
Mereka bertiga langsung sibuk memotong, menempel, dan merangkai kardus. Tomo memimpin proyek ini dengan penuh semangat. Ia menginstruksikan Budi untuk merakit bagian tubuh robot sementara Arif sibuk merancang desain kepala robot yang, dalam bayangannya, akan terlihat futuristik.
Namun, dengan segera mereka menemui masalah pertama.
"Tangan robot ini... kok panjang sebelah, ya?" tanya Budi dengan wajah kebingungan, sambil memegangi potongan kardus yang aneh.
Tomo mengerutkan dahi sambil mengamati hasil kerja Budi. "Iya, kayaknya terlalu panjang. Tapi nggak masalah! Kita bilang aja ini robot dengan tangan super panjang buat nangkep penjahat!"
Mereka tertawa keras mendengar solusi absurd Tomo.
---
Robot Kardus Makin Absurd
Arif, yang dikenal paling teliti, sedang sibuk menggambar wajah robot dengan spidol hitam. Ia memberi robot itu mata bulat besar dan mulut lebar yang tersenyum. Namun, tiba-tiba ia berhenti dan mengamati hasil karyanya.
"Tunggu... ini malah mirip hantu!" seru Arif sambil tertawa.
Tomo dan Budi mendekat untuk melihat. Mata robot yang digambar Arif memang terlihat terlalu besar, hampir seperti mata karakter hantu di film horor. Mereka tidak bisa menahan tawa.
"Hahaha! Robot hantu!" kata Tomo sambil terbahak.
"Bener, robot kita lebih mirip monster daripada robot penyelamat," tambah Budi.
Meski begitu, mereka memutuskan untuk tetap melanjutkan proyek. Kali ini, mereka mencoba memasang kabel yang dibawa Arif sebagai aksesoris tambahan agar robot tampak lebih canggih. Tapi, di tengah-tengah proses, kabel itu justru kusut dan tersangkut di kaki robot.
"Aduh! Kabelnya macet!" keluh Arif sambil berusaha melepaskannya.
Tomo tertawa lagi. "Nggak apa-apa, kita bisa bilang ini robot yang dililit kabel biar kuat!"
Setiap kali ada masalah, mereka selalu menemukan alasan absurd untuk menjadikannya bagian dari desain robot mereka. Proyek yang awalnya dimaksudkan untuk membuat robot sempurna justru berubah menjadi kekacauan yang penuh tawa.
---
Robot Kardus Tomo-Budi-Arif 3000 Lahir!
Setelah berjam-jam bekerja, akhirnya mereka berhasil menyelesaikan robot mereka—meskipselotip yang hampir habis, tangan yang terlalu panjang, kaki yang goyah, dan kepala yang terlihat seperti hantu. Robot itu diberi nama resmi "Robot Kardus Tomo-Budi-Arif 3000" sesuai dengan kesepakatan mereka.
"Tapi kita belum tahu apakah robot ini bisa berdiri sendiri," kata Budi.
Arif mengangguk. "Betul, jangan-jangan kita udah susah payah bikin, tapi malah roboh nanti."
Tomo tampak penuh percaya diri. "Tenang aja, robot ini pasti bisa berdiri tegak. Yuk, kita cobain."
Dengan penuh semangat, mereka bertiga berdiri di depan robot dan menghitung mundur. "Tiga... dua... satu..."
Mereka mendorong robot itu ke posisi berdiri. Untuk beberapa detik, robot tersebut berdiri tegak. Mereka semua bersorak gembira.
"YES! Berhasil!" teriak Tomo dengan penuh kemenangan.
Tapi, tak lama kemudian, salah satu kaki robot mulai goyah. Perlahan tapi pasti, robot itu jatuh ke samping, langsung menimpa Tomo yang tak sempat menghindar.
"BRUK!"
Tomo terduduk di lantai, tertimpa puing-puing robot kardus yang kini berantakan. Namun, alih-alih marah atau kecewa, ia tertawa keras. "Hahaha! Ini robot paling gagal yang pernah ada!"
Arif dan Budi yang melihat kejadian itu juga tertawa terbahak-bahak. "Robot ini lebih cocok jadi robot penjahat daripada penyelamat dunia," ledek Arif.
---
Membawa Robot ke Sekolah
Meski robot mereka gagal berdiri, mereka sepakat untuk tetap membawa robot itu ke sekolah esok hari. Mereka ingin menceritakan pengalaman lucu mereka kepada teman-teman sekelas dan guru.
Keesokan harinya, di kelas, Tomo, Budi, dan Arif mempresentasikan Robot Kardus Tomo-Budi-Arif 3000 di depan teman-teman mereka. Mereka menceritakan seluruh kekacauan yang terjadi selama proses pembuatan. Mulai dari tangan yang terlalu panjang, kepala yang terlihat seperti hantu, hingga robot yang akhirnya jatuh menimpa Tomo.
Semua teman-teman dan guru mereka tertawa mendengar cerita itu. Bu Ani, guru seni mereka, bahkan memberikan penghargaan khusus untuk "Robot Kardus Paling Menghibur".
"Biarpun robot ini nggak sempurna, tapi yang paling penting kalian sudah bekerja keras dan menikmatinya. Prosesnya pasti seru, kan?" kata Bu Ani sambil tersenyum.
Mereka bertiga mengangguk setuju. Ternyata, kegagalan robot mereka justru menjadi sumber kegembiraan. Mereka belajar bahwa yang paling penting bukanlah hasil akhirnya, tapi kebersamaan dan tawa yang mereka bagikan selama proses itu.
---
Pelajaran dari Robot Kardus
Setelah hari itu, Tomo, Budi, dan Arif merasa bangga dengan robot mereka, meskipun tidak berhasil seperti yang mereka harapkan. Mereka menyadari bahwa proyek robot ini lebih dari sekadar membuat sesuatu dari kardus—ini adalah tentang kebersamaan, persahabatan, dan menemukan kesenangan di tengah kekacauan.
Sambil duduk di kantin, mereka mengenang kembali kejadian-kejadian lucu selama proyek tersebut.
"Kapan lagi kita bikin robot kocak kayak gini?" tanya Tomo sambil tersenyum.
"Mungkin kita bisa bikin robot dari... ember bekas minggu depan?" usul Budi.
"Atau kita bikin mobil balap dari kaleng susu!" tambah Arif.
Mereka tertawa bersama, menyadari bahwa selama mereka bersama-sama, apapun yang mereka buat, akan selalu penuh dengan tawa dan kebahagiaan.
---
Meskipun Robot Kardus Tomo-Budi-Arif 3000 gagal berdiri, pengalaman membangunnya adalah sesuatu yang tidak akan mereka lupakan. Mereka belajar bahwa yang paling penting bukanlah hasil sempurna, tapi proses yang penuh kegembiraan dan tawa. Dan itulah yang membuat petualangan robot kardus mereka menjadi salah satu kenangan terindah dalam hidup mereka.