Di tengah kekalutannya, Ayuna malah dipertemukan dengan seorang wanita bernama Lara yang ternyata tidak bisa mengandung karena penyakit yang tengah dideritanya saat ini.
Siapa sangka wanita yang telah ia tolong itu ternyata adalah penyelamat hidupnya sehingga Ayuna rela melakukan apapun demi sang malaikat penolong. Apapun, termasuk menjadi Ibu pengganti bagi Lara dan juga suaminya.
Ayuna pikir Lara dan Ibra sudah nenyetujui tentang hal ini, tapi ternyata tidak sama sekali. Ayuna justru mendapatkan kecaman dari Ibra yang tidak suka dengan kehadirannya di antara dirinya dan sang istri, ditambah lagi dengan kenyataan kalau ia akan memiliki buah hati bersama dengan Ayuna.
Ketidak akuran antara Ayuna dan Ibra membuat Lara risau karena takut kalau rencananya akan gagal total, sehingga membuat wanita itu rela melakukan apapun agar keinginannya bisa tercapai.
Lantas akankah rencana yang Lara kerahkan selama ini berhasil? Bisakah Ibra menerima kehadiran Ayuna sebagai Ibu pengganti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon safea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25
"Kamu yakin mau pulang sekarang?" Entah sudah berapa kali Ayuna mendengarkan pertanyaan itu, ingin protes pun Ayuna tak berani melakukannya.
"Yakin, Pak. Saya kan udah baik-baik aja sekarang, jadi nggak perlu dirawat lagi." Kalau sudah begini apa mau dikata, Ibra hanya bisa menghembuskan napasnya lalu mulai merapikan beberapa barang milik Ayuna.
Sebenarnya Ibra tidak ingin menuruti keinginan Ayuna yang satu ini. Memang gadis itu mengatakan kalau keadaannya sudah baik-baik saja, ia juga mengatakan kalau tidak ada yang salah dari tubuhnya.
Kemarin itu dokter yang menangani Ayuna memberikan saran agar ia dirawat selama tiga hari ke depan, namun Ayuna memilih untuk pulang karena tidak ingin merepotkan Ibra.
"Hati-hati." Ayuna sedikit dibuat terkejut karena Ibra yang tiba-tiba saja memegang pinggangnya saat dirinya baru akan turun dari ranjang.
Hey, bahkan jarak antara ranjang dan lantai yang sekarang tengah mereka pijak tidak terlalu jauh dan itu artinya Ayuna tidak membutuhkan bantuan sama sekali.
"Mobilnya sudah siap, Pak. Kita bisa pergi sekarang." Baru saja Ibra akan mengambil barang-barang yang telah ia kumpulkan, namun kalah cepat dengan pergerakan tangan Asher yang sangat cepat.
"Ayo, Ayuna." Meskipun ia sudah membawa barang-barang tadi di tangannya, Asher juga lah yang membantu Ayuna agar berjalan keluar dari kamar inapnya ini.
Lalu apa yang dilakukan oleh Ibra? Tentu saja pria itu hanya bisa menatap bingung ke arah punggung tegap Asher yang semakin menjauh.
Apa-apaan ini? Kenapa asistennya itu turut membantu Ayuna? Bukankah yang seharusnya membantu Ayuna adalah dirinya? Dan lagi, kenapa Ayuna mau-mau saja dibantu oleh Asher?
Matahari telah terbenam seutuhnya saat mereka bertiga memasuki mobil yang sudah terparkir di depan pintu masuk. Mungkin kalau Ayuna berjalan lebih cepat, bisa saja ia melihat indahnya langit di kala senja.
"Apa ada sesuatu yang mau kamu makan, Ayu?" Pertanyaan itu Ayuna terima bersamaan dengan sebuah selimut yang menutupi tubuh bagian depannya.
"Eum, pizza?" Jawaban yang Ayuna keluarkan sepertinya diluar ekspektasi Ibra, lihat saja bagaimana cara pria itu membulatkan kedua netranya.
"Kamu baru keluar dari rumah sakit, jangan makan yang cepat saji begitu. Yang lain saja, ya?" Siapa pun tolong ingatkan Ayuna agar tidak terbuai dengan kelembutan yang tengah Ibra tunjukkan padanya saat ini.
"Maksud saya makanan yang lebih sehat, supaya proses penyembuhan kamu juga lebih cepat." Sejujurnya tak ada satu jenis makanan pun yang melintas di kepala Ayuna, pizza tadi juga ia hanya asal sebut saja.
"Saya akan makan apa pun yang Bapak pesankan." Ini lebih baik rasanya, Ayuna juga jadi tidak perlu banyak berpikir dan ia yakin kalau Ibra pasti tidak akan asal memilih makanan.
"Pak, saya mau meminta maaf. Karena saya, Bapak jadi tidak bisa bertemu dengan rekan kerjanya Bapak padahal sudah membuat janji sebelumnya." Saat dimana suasana mobil sedang hening, Ayuna malah mengucapkan kalimat yang berhasil menarik perhatian Ibra sepenuhnya.
Bukan, ini bukanlah salah Ayuna. Toh Ibra juga sebenarnya masih bisa pergi menemui koleganya itu, namun ia memilih untuk tetap tinggal dan menemani Ayuna.
"Dan maaf karena saya sudah membuat Bapak kesulitan, padahal Bapak sudah sangat disibukkan dengan banyak sekali pekerjaan selama di sini." Rupanya begini aslinya Ayuna, gadis muda yang tidak enakan.
Apa karena sifatnya ini sehingga Lara bisa meminta apa pun dengan sangat mudah, karena istrinya itu tahu kalau Ayuna tidak akan tega untuk menolak permintaannya?
"Tidak masalah, sudah tugas saya juga untuk menjaga kamu selama kita berada di negara orang. Buang rasa bersalah itu, oke?" Eh? Seharusnya tidak seperti ini jawaban yang Ibra berikan padanya.
Apa jangan-jangan rasa tidak suka yang Ibra miliki untuknya sudah menguap bersama udara yang dingin? Ditambah lagi, Ibra benar-benar bersikap dengan sangat lembut padanya. Apa yang sebenarnya sedang terjadi di sini?
Baru saja Ayuna akan kembali membuka mulutnya, namun urung karena mobil yang mereka tumpangi ternyata sudah tiba di hotel tempat mereka menginap selama di kota ini.
Sekali lagi, Ayuna kembali mendapatkan uluran tangan dari Asher yang selalu siap siaga untuk membantunya. Jangan lupakan senyuman tampan yang selalu ia perlihatkan pada Ayuna seolah tengah meminta agar Ayuna tidak perlu sungkan padanya.
"Biar saya saja, kamu bawa barang-barang yang ada. Jangan sampai ada yang tertinggal." Kali ini Ibra tidak akan membiarkannya sehingga ia pun bergegas keluar dari pintu yang satunya lalu meraih tangan Ayuna untuk kemudian ia genggam.
Tidak Ayuna, kamu tidak boleh terkesima dengan perhatian yang sedang kamu dapatkan dari Ibra. Kamu harus mengingat kalau Ibra adalah suami dari Lara dan kamu tidak seharusnya jatuh hati pada pria ini.
Sebelum memasuki kamar milik mereka, Ayuna sempat kebingungan saat melihat dua orang resepsionis yang menghampiri mereka dan bertanya tentang beberapa hal.
Rupanya mereka bertanya apakah keadaan Ayuna sudah baik-baik saja, bahkan mereka juga menceritakan bagaimana paniknya Ibra malam itu ketika dirinya tak kunjung kembali ke hotel.
"Anu, Pak. Saya ganti pakaian dulu, nanti kasurnya kotor." Ayuna tahu kalau Ibra pasti akan menuntunnya menuju ranjang, makanya ia cepat-cepat mengeluarkan suara.
"Biar saya saja!" Bukan maksud Ayuna untuk meneriaki Ibra seperti tadi, ia hanya tidak ingin merepotkan Ibra lebih jauh lagi.
Tadi itu Ibra hampir saja mencari pakaian ganti untuk dirinya di dalam koper sana yang mana membuat Ayuna panik bukan main, soalnya pakaian dalamnya akan terlihat dengan sangat mudah nanti.
Tanpa sepatah kata pun, Ayuna segera memasuki bilik kamar mandi bersama dengan baju tidur yang ia bawa dalam pelukan. Gadis itu bahkan tidak mempedulikan sosok Ibra yang nampak kebingungan.
Lima menit kemudian Ayuna sudah kembali menampakkan dirinya dengan pakaian yang terlihat lebih nyaman di tubuh mungilnya.
"Ayuna." Padahal Ibra memanggil namanya dengan nada yang lembut, tetapi lihat lah apa yang terjadi pada Ayuna. Tubuhnya sampai tersentak pelan.
"Kamu sudah sepakat untuk menjadi Ibu pengganti, kan?" Satu anggukan Ayuna berikan sebagau jawabannya. Tapi kenapa Ibra memberikan pertanyaan seperti itu padanya?
"Kalau begitu ayo kita lakukan." Ternyata panggilan Ibra tadi tidak ada apa-apanya jika dibandingkan satu kalimat panjang yang satu ini. Ayuna saja sampai membelalakkan kedua matanya dengan sangat lebar.
"Bukan sekarang, saya paham kalau kamu masih ada dalam masa pemulihan. Saya hanya ingin memberitahukan kalau saya telah siap untuk melakukannya bersama kamu." Tidak ada yang bisa Ayuna lakukan selain berusaha menelan salivanya dengan susah payah.
Ayuna pikir Ibra tetap tidak akan menyetujui rencana konyol istrinya, tapi lihatlah apa yang sedang terjadi saat ini. Kalau sudah begini, apa yang harus Ayuna lakukan?
mampir jg dikarya aku ya jika berkenan/Smile//Pray/