Gadis suci harus ternoda karena suatu keadaan yang membuat dia rela melakukan hal tersebut. Dia butuh dukungan dan perhatian orang sekitarnya sehingga melakukan hal diluar batas.
Penasaran dengan ceritanya, simak dan baca novel Hani_Hany, dukung terus yaa jangan lupa like! ♡♡♡♤♤♤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
"Kamu membela anakmu Ria, jelas² dia salah. Pasti gara² dia anakku melajukan kendaraannya dengan kencang hingga kecelakaan." ucap ibu Zahra dengan bernada tinggi, dia tidak terima akan kepergian sang putri untuk selamanya.
"Ssttt sudah lah bu, semua sudah takdir Allah." ucap Rio, ayah Zulfa. Dia berusaha memeluk isterinya supaya tidak berontak. Usai mengurus administrasi, jenazah akan dibawa pulang ke rumah orang tua Zulfa di Gowa. Usai pemakaman, Zain masih ingin tinggal dipemakaman untuk meminta maaf pada sang isteri.
"Zulfa, maaf kan aku. Meski aku belum bisa mencintai kamu tapi kita sudah pernah bersatu. Doaku semoga kamu tenang di alam sana! Sekali lagi maaf kan aku." ucap Zain dalam hati, kemudian berdiri untuk meninggalkan pemakaman. Sang kakak Inal masih menunggu diparkiran.
"Terima kasih bang sudah menungguku." Zain masuk dalam mobil, waktu sudah menjelang sore dan mendung.
"Kamu sudah cinta sama Zulfa?" celetuk Zainal tiba². Zain hanya menggelang sambil menatap luar jendela. "Kenapa?" tanya Inal lagi.
"Gak tau, aku memang sudah melakukan bersamanya tapi aku masih mengingat Diana." ucapnya jujur. "Kamu gimana bang? Sudah cinta sama Ni'mah? Kalau ku lihat² kalian akur." tanya Zain curiga. Karakter Zain lebih mirip ayahnya, yang mudah jatuh cinta dengan wanita. Berbeda dengan Zainal, dia lebih susah jatuh cinta tapi setia.
"Aku jalani saja. Cinta akan tumbuh seiring berjalannya waktu, untuk akur tentu! Apa enaknya berantem." ucap Inal enteng, dia orangnya suka dengan kedamaian. Zainal mampu menerima pernikahannya dengan lapang dada, berbeda dengan Zain yang merasa berat. "Pernikahan itu seumur hidup Zain, jadi gak boleh main²." imbuhnya.
"Waktu kalian nikah, jujur bang aku kaget banget! Kamu tau bang? Ternyata Ni'mah isteri kamu itu sahabat Diana dan Hana." Zain menjeda ucapannya melirik sang kakak sekilas.
"Hhhmm Imah sudah cerita." jawab Inal.
"Ciee panggilan sayang ya!!! Hana itu orang yang ku taksir bang, tapi malah udah dinikahi orang. Kalau Diana itu masih pacar aku bang, kami sudah pernah melakukannya." ceplos Zain terlalu jujur dengan sang kakak.
"Kamu ini." ucap Inal sambil geleng² kepala melihat tingkah sang adik.
Sesampainya di rumah Zulfa, Zain dan Zainal turun beriringan. Terdengar bisik² tetangga Zulfa bahwa kematian Zulfa tidak wajar, masak pengantin baru sudah jadi duda. Namanya manusia biasa, bahkan Zain tidak pernah ada rencana sedikit pun untuk membunuh Zulfa, tapi takdir lah yang mengantarkan Zulfa untuk kembali kepada TuhanNya.
"Sabar." tepukan tangan sang kakak memberikan semangat bahwa semua sudah takdir Allah.
Sebulan berlalu, Zain berpamitan pada sang ibu untuk pergi ke Palopo.
"Mau apa kamu kesana?" tanya ibu Rianti yang sedang duduk di depan televisi sambil meminum teh hijau kesukaannya.
"Ayah akan kesana. Zain ingin ikut bu." jawab Zain memelas supaya ibunya mengizinkan.
"Ayah mu ada pekerjaan nak. Bekerja lah bersama abangmu nak, fokuslah di perkejaan itu sambil mencari pengganti Zulfa." ucap ibu memberi saran.
"Aku sudah memiliki penggantinya bu. Ibu gak perlu repot² mencarikan wanita untukku." jawab Zain tegas. "Aku masih ingin kerja sesuai keinginanku bu." imbuhnya.
Di Morowali, Diana sudah menjalani hari²nya dengan tenang. Dia mendapatkan teman baru, tetangga baru, dan hidup di daerah baru tentunya.
"Kenapa aku teringat Zain ya? Padahal sudah berapa bulan aku disini!" gumam Diana ketika sudah pulang mengajar disiang hari. Diana membereskan tasnya yang berisi buku, dompet dan ponsel. Mengganti pakaiannya menjadi pakaian rumahan, dia tinggal di Mes atau fasilitas kampus. Luar biasa!
Di Palopo, Zain kebingungan mencari Diana.
"Coba tanya Hana deh!" gumamnya kemudian melajukan motornya ke rumah Hana.
"Kak Zain. Masuk kak." ucap Hana ramah. "Ada apa ya kak?" tanya Hana ketika mereka telah duduk di ruang tamu. Tetiba Hasyim datang menjabat tangan Zain.
"Sebenarnya saya kesini ada perlu sedikit." Zain menjeda ucapannya. "Kamu tahu dimana Diana?" tanya Zain serius.
"Oh. Diana merantau kak, kalau bukan di Morowali di Kalimantan. Itu sih terakhir dia bilang." jawab Hana jujur. Memang selama ini mereka belum pernah komunikasi karena kesibukan masing². Memang ada whatsapp grup tapi jarang dibuka.
"Begitu. Terima kasih informasinya Hana. Oya maaf aku gak sempat undang kamu waktu nikah. Dan sekarang isteriku sudah meninggal." ucap Zain menjelaskan kepergiannya selama ini.
"Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. Kami turut berduka kak. Maaf kami gak tahu." jawab Hana menatap suaminya lekat merasa bersalah.
"Gak apa Hana, semua sudah berlalu." jawabnya sambil tersenyum. "Oya, kamu ada nomor Diana?" tanyanya.
"Ada kak, ku kirim di wa ya!!!" jawab Hana singkat.