NovelToon NovelToon
Surat Cinta Untuk Alana

Surat Cinta Untuk Alana

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Enemy to Lovers
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: bulan.bintang

Alana, gadis SMA yang 'ditakuti' karena sikapnya yang galak, judes dan keras kepala. "Jangan deket-deket Alana, dia itu singa betina di kelas kita," ucap seorang siswa pada teman barunya.

Namun, di sisi lain, Alana juga menyimpan luka yang masih terkunci rapat dari siapa pun. Dia juga harus berjuang untuk dirinya sendiri juga satu orang yang sangat dia sayang.

Mampukah Alana menapaki lika-liku hidupnya hingga akhir?
Salahkah ketika dia menginginkan 'kasih sayang' yang lebih dari orang-orang di sekitarnya?


Yuk, ikuti kisah Alana di sini.

Selamat membaca. ^_^

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bulan.bintang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20 | Puisi

Alana kembali masuk sekolah, namun dia tetap jaga jarak dengan Gala. Sikapnya juga masih sama seperti biasa, judes, galak dan ditakuti. Sebutan ratu singa, siluman singa dan sejenisnya sangat melekat padanya, sehingga yang lain lebih sering menyebut Alana dengan nama itu ketika mereka tengah bertukar cerita.

Seperti pagi ini, hampir seluruh penghuni Dirgantara dikejutkan oleh sesuatu yang ada di mading sekolah. Bukan berita maupun cerita, namun sebuah puisi tanpa judul. Yang membuat banyak spekulasi karena adanya kata 'singa betina' yang sangat familiar.

Hari boleh berganti, waktu boleh berlalu.

Namun rasaku padamu tak boleh padam, atau lebur menjadi debu.

Aku tak bisa lupa kenangan tentang pertemuan pertama kita, di mana kulihat manik hitammu tak sedikit pun melirik ke arahku.

Kau abai, kau dingin bagai perasaanku ini, yang ... mungkin hanya kurasakan seorang diri.

Kau tahu, bagaimana aku menyimpan rasa ini, selama ini, sendiri?

Bagaimana aku menahan untuk tidak menyentuhmu saat kamu tepat di hadapanku? bagaimana aku menahan untuk tidak melampaui batas, meski semua itu, bisa saja kulakukan?

Karena mengungkapnya tak semudah aku meneriakkan namamu dalam hati. Menyatakannya tak segampang membuamu naik darah setiap hari.

Ah ... aku ingin suatu saat nanti, kau sadar akan sosok ini. Sosok yang senantiasa mengagumimu dalam bayang semu. Sosok yang ... mungkin saja tak pernah terlintas dalam benak dan hatimu.

Teruntuk 'singa betinaku'

Puisi itu sudah bersliweran di beranda sosial media, di story whatsApp, dalam story instagram juga cuitan di twitter. Banyak yang berkomentar, -betapa romantisnya kata-kata itu dan betapa beruntungnya 'singa betina' itu dicintai begitu dalam.

Alana yang saat itu tengah mendengarkan musik sembari membaca novel, dikejutkan oleh gerakan Sisi yang tiba-tiba melepas earphone dari telinganya.

"Apaan sih? Ganggu aja!" Alana menoleh kesal, dia berusaha meraih benda itu dari temannya.

"Lo harus liat ini, Na. HARUS!" Sisi menyodorkan ponselnya tepat di depan wajah Alana.

Detik berjalan menegangkan dan setelahnya ...

"Siapa yang bikin?" Alana menatap tajam ke arah Sisi dan Vio. Keduanya menggeleng pelan, "kita tahunya itu udah ada di mading, Na. Lo liat aja sendiri. Udah rame banget. Nih, banyak yang komen kalo tu puisi buat lo karena ada 'singa betina' di bawahnya."

"Si!!" Vio menyikut temannya dan melirik Alana yang berwajah merah padam.

Dia berdiri lalu melangkah pergi.

Gue nggak bisa diemin, ini pasti ulah Gala. Emang dasar setan!!!

Alana mempercepat langkah. Sebagai pengurus osis, dia tahu di mana bisa mendapatkan kunci mading disimpan.

Setelah kunci di tangan, Alana menuju mading yang kini penuh dengan siswa siswi yang memotret atau sekedar perang asumsi di sana.

"Minggir!!" Teriakan Alana seketika membuat kerumunan itu terbelah, memberi akses padanya untuk mendekat.

Alana membuka kaca mading, lalu menarik kertas putih itu dengan kasar.

Saat di depan ruang osis, Alana bertemu dengan Galih, kakak kelas yang kini menjadi pacar sahabatnya. Cowok itu menatap Alana dengan senyum mengembang.

"Hai, Na. Kok buru-buru?"

Galih cepat menyingkir saat Alana hampir menabrak dirinya yang sengaja menghalangi langkah gadis itu. Tanpa sepatah kata pun, Alana pergi begitu saja.

Gadis itu kembali ke kelas, menuju meja di pojok belakang.

BRAKK!!!

Gala terkejut bukan main, ponsel di tangan hampir terjatuh. Dia melirik sekilas ke arah gadis yang berdiri di sampingnya, lalu berkata dengan nada santai.

"Kenceng banget tu muka, maskernya belom dibilas, Jeng?"

Lagi-lagi bukan jawaban yang didapat. Gala kembali 'dikecup' oleh Alana. Dia meringis kesakitan sembari mengusap pipinya yang memerah.

"Lo ada masalah apa sih? Hobi banget bikin tanda tangan di pipi gue? Kalo sayang mah bilang, nggak usah ngajak perang." Gala tersenyum kecut dan kembali tersentak saat Alana melempar gumpalan kertas ke wajahnya.

"Ngapain lo bikin ginian segala!"

Gala terdiam, dia sudah tahu soal itu karena di sosial media sudah ramai dibahas. Namun dia tak menyangka jika yang bersangkutan akan melabraknya seperti ini.

Gala menghela napas lalu kembali membaca barisan kalimat yang sudah dia lihat sebelumnya.

"Bukan gue yang bikin, Na. Lo liat sendiri, tulisannya mirip ceker ayam, beda sama tulisan gue."

Rio menyikut temannya, "Bro, itu ketikan bukan tulisan tangan." Sementara Adit dan Juna menahan tawa.

Gala menepuk keningnya namun tak ada kata lain yang dia keluarkan.

Suasana kelas menjadi hening, bisik-bisik yang tadi terdengar seketika lenyap entah ke mana.

Alana melayangkan pandang membuat teman-temannya segera menyimpan ponsel mereka -mengakhiri pengambilan foto dan video.

Sementara di rumah, Bastian tengah berkutat di ruang kerjanya. Dia memilah beberapa barang dan menyusunnya dalam kardus, sedang Hanna berdiri melipat tangan dengan tubuh bersandar di daun pintu. Matanya tajam menatap Bastian yang masih menyortir barang-barang miliknya.

"Hanna, aku minta maaf. Aku menyesal, aku akan jelaskan pada keluargaku tentang ini semua, termasuk membersihkan namamu di mata mereka. Aku menyesal, Han. Tolong, pikirkan kembali ucapanmu itu." Bastian memohon dengan raut wajah memelas juga telapak tangan yang ditangkupkan erat.

Hanna tersenyum kecut, lalu melempar sebuah amplop coklat ke arah meja.

"Semua nggak akan bisa bikin aku lupa perlakuan mereka, termasuk kata-katamu dulu dan aku minta, jangan sekali-kali kamu injakkan kaki di rumah ini lagi. Jangan ganggu Alana. Cukup aku yang merasakan semuanya."

Wanita itu bersiap pergi, namun dia mengurungkan langkahnya dan kembali menatap Bastian yang kini terduduk lesu.

"Waktu kamu hanya sampai jam 2. Aku nggak mau Alana kembali bertemu dengan Ayahnya yang nggak punya otak!"

Hanna pergi dan tak lama kemudian, terdengar deru mobil datang di halaman. Alana muncul dengan wajah kusut, membuat sang ibu terkejut.

"Lho, Nak. Kok jam segini udah pulang? Padahal Mama udah niat mau jemput kamu." Hanna melirik jam dinding yang masih menunjuk angka 1 siang.

Alana menjawab dengan suara lirih. Suasana hatinya sangat tidak bersahabat untuk saat ini, namun suara seseorang memanggil membuat semua beban seakan menghimpit tubuhnya.

"Kamu baru pulang, Nak? Papa boleh kan kalau besok-besok jemput kamu? Atau sekedar nganter ... "

Suara Bastian terpotong oleh bentakan Hanna yang cukup keras.

"Nggak! Kamu jangan lupa apa yang aku katakan tadi, Bas."

Alana menatap ayah dan ibunya bergantian. Atmosfer ketegangan membuat suasana mencekam bagai di medan perang. Gadis itu menghela napas diam-diam, batinnya menjerit merasakan perih yang teramat sangat.

Tuhan, kenapa jadi seperti ini? Aku nggak mau mereka pisah, tapi untuk bersama juga tak mungkin lagi. Aku hanya ingin punya orang tua yang lengkap, yang harmonis dan saling menyayangi. Apa itu salah? Tolong, Tuhan. Lembutkan hati mereka agar dapat kembali bersama seperti dulu. Tolong sekali, Tuhan.

Alana mengendap ke kamar saat kedua orang tuanya terus berdebat di ruang keluarga.

Alana membersihkan diri, lalu merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Menatap langit-langit kamar dengan tatapan nanar. Berbagai potongan kejadian hari itu berlarian dalam benak, berbagai wajah muncul membuat Alana menutup wajah dengan bantal.

Dia menoleh saat terdengar dering halus dari ponselnya. "Sisi? Ngapain?"

Alana menempelkan benda pipih itu di telinga, lalu suara temannya terdengar.

"Na, lo kudu liat video yang gue kirim. Lo liat sendiri gimana Gala ngebela lo mati-matian. Dia ngadepin semua haters yang mau jatohin lo."

Setelahnya, Alana membuka video yang dimaksud. Di sana terlihat saat dirinya dengan kasar mengambil puisi itu di mading, lalu saat dia menamp4r Gala dan kejadian selama di kelas terlihat denga jelas. Alana juga membaca komentar yang ada, di mana sebagian mereka menghujat dirinya yang terlalu kasar sebagai cewek dan sebutan itu memang pantas disematkan untuknya, juga pembelaan Gala yang membuatnya menghela napas.

Tuhan, aku harus gimana lagi?

*

1
Nadin Alina
Halo kak, salam kenal kak🤗
Bulanbintang: Halo, Kak Nadin. Salam. 🤗
total 1 replies
The first child
semangat terus nulisnya thor
Bulanbintang: Terima kasih, ikuti terus kisahnya ya, 😊
total 1 replies
Anisa Febriana272
..
Anisa Febriana272
.
Anisa Febriana272
Novel bagian ini agak seru
Anisa Febriana272: Oh iya kak saya mau coba buat novel nanti kalo selesai kakak mau gk kasih tau apa aja kekurangan nya
Anisa Febriana272: Oh ya kak kakak buat novel apa aja ya saya mau baca
total 14 replies
sakura
..
Nurhani ❤️
aku mampir tour/Drool/jngan lupa mampir balik🤗nanti aku baca lgi
Bulanbintang: Ok. Terima kasih.
total 1 replies
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
lanjut terus Thor /Determined/
Bulanbintang: Bab 15 udah di-up ya, masih direview dulu. Tetap sabar nunggu ya, 🤗
total 1 replies
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
mampir Thor /Smile/
Niki Fujoshi
Keren abis, pengen baca lagi!
Hao Asakura
Bikin terharu sampai mewek.
Wesal Mohmad
Kayak jadi ikut merasakan cerita yang dialami tokohnya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!