NovelToon NovelToon
Shadows In Motion

Shadows In Motion

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: KiboyGemoy!

Karya Asli By Kiboy.
Araya—serta kekurangan dan perjuangannya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KiboyGemoy!, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 28

Saat di perjalanan, Syam merasa lelah jadi dia berisiniatif buat berhenti di apartemen Rifan. biasanya pun ia mampir untuk istirahat. Syam pun tau betul sandi apartemen Rifan.

Sesampainya di depan apartemen pemuda itu agak sedikit merasa beda dengan suasana apartemen Rifan, biasanya akan terasa suram seperti tak ada penghuni. Tapi sekarang serasa di huni.

Tidak peduli, Syam memilih untuk berpikir positif saja. Ia membuka pintu apartemen dengan bibir yang bergerak kecil menyanyikan sebuah lagu.

Badan pemuda itu perlahan bergoyang menikmati lagu yang ia nyanyikan. Membuka kulkas, mengambil sebotol air kemudian meneguknya dengan lega.

"Rifan, apa kamu memakan sesuatu sehingga tingkahmu begitu aneh?"

Mendengar suara perempuan dari belakang membuat Syam tersentak kaget. Dengan penuh keraguan namun dalam hati takut, ia berbalik, matanya membulat dan...

"Aaaa, kamu siapa!" teriak Syam menyandarkan tubuhnya pada kulkas.

Araya mengerjapkan matanya. "M-maling!!!" Gadis itu berlari mengambil sedok nasi dan memukul-mukul Syam sehingga pemuda itu meringis kesakitan, bagaimana tidak, saat kepalanya terpukul Araya memakai tenaga dalam.

"Sakit, woy! Sakit!"

"Dasar maling!!!"

Pak

Pak

Pak

Syam menangkap sendok di tangan Araya, gadis itupun sedikit mundur.

Syam menatapnya dari atas sampai bawah, matanya menbulat terkejut.

"Kamu siapa?" tanya Syam penasaran.

"Harusnya aku yang bertanya," jawab Araya.

"Kenapa bertanya balik? Ngapain kamu di apartment sepupu saya?"

Hah???...

✧⁠\⁠(⁠>⁠o⁠<⁠)⁠ノ⁠✧

Setelah kejadian itu, Syam dan Araya memilik duduk di ruang tamu, beda sofa. Entah kapan mereka akrab namun semuanya begitu tiba-tiba.

"Menurutku Rifan tidak seperti itu," sela Araya tidak setuju pada ucapan Syam yang mengatakan Rifan tidak memiliki hati.

"Memangnya menurut kamu dia gimana?"

Araya berpikir sejenak, ia menarik napas. "Dia seperti pangeran, penyelamat, dan juga malaikat. Dia ... seperti malaikat," ucapnya dengan bibir yang mengembang.

Syam ikut tersenyum. "Wow. Tapi, di mataku Rifan adalah manusia es, kayak patung, dan seperti tanah yang datar."

Araya menyipitkan matanya. "Itu tidak benar, heh! Rifan memiliki sikap yang hangat dan tenang."

"Tidak, tidak, aku sepupunya. Aku tidak pernah melihat dia seperti itu padaku," ucap Syam tidak terima.

"Aku tidak peduli yang terpenting itu yang aku rasakan."

"Cieee, suka yah sama Rifan?" tanya Syam tiba-tiba saja, membuat Araya langsung diam dengan mata yang mengerjap.

Sebelum menjawab pintu apartemen terbuka menampilskn Rifan yang kini melangkah ke arah mereka yang terlihat asik.

"Nah, pangeran hangat sudah datang," ucap Syam namun Rifan hanya melangkah ke arah Araya.

"Kenapa pakai baju seperti itu?" tanyanya membuat Araya menunduk dan melihat baju yang cuman di atas pusar namun lengannya menutupi ketiak.

"Seperti apa?" tanya Araya bingung.

"Ganti baju sana." Araya berdiri, wajahnya terlihat kesal.

"Memangnya kenapa, Rifan? Ini baju bagus kok."

"Raya, ganti." Araya mendengus sebelum akhirnya dia berbalik meninggalkan ruang tamu.

Syam terkekeh geli. "Kayaknya ada yang jatuh cinta deh, tapi ngga tau siapa," sindirnya.

Rifan hanya bisa menghela napas. "Apa yang kamu lakukan di apartemen ku?"

"Seperti biasa. Istirahat, namun kagetnya malah ketemu sama cewek secantik itu," ucapnya membuat Rifan tidak suka.

"Tidak usah memujinya."

Syan terkekeh-kekeh. "Santai dong."

"Eh, sudah berapa lama dia di sini?" tanha Syam.

"Lima bulan."

Yap, Araya dan Rifan sudah menjadi teman selama lima bulan. Syam yang berjaya orang tua Rifan akan segera pulang, ternyata tidak jadi. Karena masih banyak yang harus mereka urus.

Rifan tidak mempermasalahkan itu, yang terpenting Araya tenang.

Syam menganggu, namun ia tetep menatap Rifan dengan tatapan menggoda. Benar-benar tidak disangka pemuda yang dia anggap tanah datar bisa juga yah mencuri perhatian perempuan.

"Aku pikir kamu tidak akan mendapatkan kekasih," ucap Syam.

"Dia teman, bukan kekasih," jawabnya benar-benar datar.

Sebelum kembali bersuara Rifan kembali melanjutkan. "Apa tugas yang kuberikan padamu sudah selesai?"

Disitulah Syam menggaruk tengkuk leher yang tidak gatal. "Baiklah, baiklah, aku akan pergi sekarang." Syam berdiri.

"Tapi ... aku akan memberitahu Tante bahwa kamu menyimpan seorang perempuan di apartemen, Babay!"

"Syam!"

Syam hanya terkekeh, berlari keluar Apartemen.

Rifan menghela napas kasar, ia melirik ke arah lantai dua, menunggu Araya yang tidak kunjung terlihat.

Ia berdiri, berjalan menuju tangga dan berjalan ke kamar.

Tok

Tok

Araya yang baru selesai mengganti baju berjalan dan membuka pintu kamar.

Pemuda yang berada diambang pintu itu menatap Araya dari bawah hingga atas. Celana sepaha dan kaos sudah enak dipandang.

"Bukan berarti aku melarang mu berpakaian seperti itu. Hanya saja lelaki lain tidak boleh melihatnya," ucap Rifan membuat Araya mengangguk paham.

"Aku tidak tau kalau sepupu kamu akan datang. Aku pikir itu kamu," ucap Araya merasa bersalah.

"Dia memang seperti itu, abaikan saja."

"Bagaimana perasaanmu?" tanya Rifan perhatian.

Araya tersenyum. "Aku tidak apa-apa, hanya saja aku ingin tau bagaimana cara menghilangkan bekas ciuman," ucap Araya dengan polos.

Rifan terkejut mendengar kata itu. "Untuk apa menanyakan hal seperti itu? Apa Devan menciummu?" Kedua tangannya menyentuh pipi Araya.

Araya mengangguk jujur, hal itu membuat Rifan merasakan panas dalam tubuhnya.

"Di mana saja yang dia cium? Di sini, di sini, atau di ... sini." Menunjuk kening, pipi, leher, dan terakhir di bibir.

Araya melepas tangan Rifan dari wajahnya. "Di kedua pipi, ku. Dia ingin mencoba mencium bibir-ku tapi aku terus memberontak." Gadis itu menjelaskannya.

"Aku sudah mencuci wajahku lebih dari lima kali, dan aku tetap merasa tidak nyaman," lanjutnya.

"Dia kelewatan," ucap Rifan, suara pemuda itu terdengar kesal dan berat.

Araya mengangguk. "Hmm, apa kamu tau bagaimana caranya? Aku benar-benar merasa tidak nyaman, atau kulanjut saja mencucinya?"

Rifan menggeleng. "Nanti kulitmu rusak."

Araya mendengus, berjalan ke arah sofa kamar dan duduk di sana, Rifan pun ikut duduk di sofa solo.

"Terus aku harus bagaimana?"

"Apa kamu mau menghilangkannya?" tanya Rifan tiba-tiba.

"Emh!" Araya mengangguk dengan cepat.

Rifan berdiri, duduk di sebelah Araya. "Apa kamu serius?" tanya Rifan.

Araya memgangguk dengan yakin. "Ehm! Sangat yakin!"

Rifan terkekeh gemas, kemudian mengelus kedua pipi Araya menggunakan ibu jarinya. "Baiklah, akan ku hilangksn bekas ciumannya," lirihnya dengan suara berat, salivanya pun sulit tertelan.

Araya mengangguk.

Cup!

Mata Araya terbelalak saat Rifan mencium pipinya, bibir pemuda itu berhenti di sana, Araya mulai merasakan pipinya basah dan sesuatu mulai mengenyut.

Entah, Araya tidak tahu harus bagaimana namun dia tidak bisa menolak, gadis itu tertekun di tempat.

Rifan menarik dirinya. "Bekasnya sudah tidak ada," ucapnya.

Araya hanya tersenyum kikuk denhan anggukan kecil. "O-oh, hehe, makasih."

"Belum selesai, sebelahnya lagi."

1
Alexander
Ceritanya bikin aku terbuai sejak bab pertama sampai bab terakhir!
Kiboy: semoga betah😊
total 1 replies
Mèo con
Terharu, ada momen-momen yang bikin aku ngerasa dekat banget dengan tokoh-tokohnya.
Kiboy: aaa makasih banyakk, semoga seterusnya seperti itu ಥ⁠‿⁠ಥ
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!