"sakiiitttt."
"Aaahhh perut ku sakit sekali, tolong perut ku sakit!"
Siti terus menjerit karena perut nya sakit bukan kepalang, di usia kehamilan nya yang menginjak lima bulan ia harus pendarahan. tapi bukan cuma rasa sakit akibat pendarahan saja yang membuat dia takut, melainkan ia melihat tangan berbulu meremas remas perut.
KRAAAAUUKK.
KRAAAAAUUUK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7. Tertimpa kelapa
Eko panik sekali karena berulang kali mengetuk pintu tapi tak kunjung di buka oleh istri nya, dia baru sampai karena perjalanan memakan waktu sekitar lima belas menit dan itu pun sudah ngebut sekali. rombongan Pak RT sebenarnya sudah datang dari tadi dan juga sudah keliling di rumah, namun mereka tidak melihat apa apa sehingga mengira aman.
"Mbak Pus nya mungkin masih syok, sudah kamu keliling tadi dan tidak ada apa apa kok." ujar Pak RT.
"Tapi dia kirim foto memang ada, Pak!" Eko menunjukan ponsel nya.
"Ini memang gambar orang kalau di lihat dari bayangan nya, tadi saya sudah kesana juga tapi tidak ada apa apa!" sahut Fatno.
"Lebih baik di dobrak saja lah, Ko!" saran Antoni teman nya Eko.
Tidak ada pilihan lain sekarang dan Eko juga sangat takut istri nya akan celaka, jadi dengan beramai ramai mereka harus mendobrak rumah polisi muda satu ini. Eko sudah pasti panik sekali, dia yakin memang ada yang mengganggu karena Puspita sempat menunjukan gambar nya.
"Cepetan di buka, takut nya kenapa napa seperti istriku!" seru Umar juga ada di sana.
Karuan saja Eko tambah pucat karena menurut kabar yang beredar Siti meninggal akibat di makan kuntilanak, mana Puspita juga dalam keadaan hamil sehingga perasaan Eko sudah pasti tidak karuan sekarang. mau langsung masuk kedalam dan melihat keadaan sang istri, tapi masih terhalang pintu ini.
"Puspita lagi hamil juga kan?" Antoni menatap Eko.
"Jangan membuat ku tambah takut, Ton!" sentak Eko yang cemas.
"Jangan debat dulu, ayo kita usaha membuka pintu nya sekarang!" Tamrin juga datang untuk membantu.
"Ayo lah terbuka, ku mohon cepat terbuka!" harap Eko melihat pintu berulang kali bergoyang karena di dobrak.
BRAAAAAK.
BRAAAAAK.
BUUUUMMM.
Pintu kayu itu lepas dari engsel nya dan jatuh menimpa lantai dengan suara yang sangat keras sekali, bahkan ada kerami nya yang pecah juga akibat benturan. namun Eko tidak peduli dengan hal itu, yang penting adalah istri nya dulu untuk di lihat, apa kah baik baik saja atau sudah celaka karena perjalanan dan membuka pintu pun harus memakan waktu yang cukup lama.
"Puspita! kamu di mana, Sayang?" Eko berteriak memanggil istri nya.
"Rumah sebesar ini cuma sendirian, mana suami juga jarang pulang." gumam Tamrin merinding sendiri.
"Ya nama nya juga cari uang, sampai tidak pulang ya di jabani." sahut Antoni.
Mereka mengikuti langkah nya Eko yang menuju kamar utama, para warga sudah saling pandang ketika mencium bau amis yang keluar dari sana, dan benar saja detik kemudian Eko menjerit keras melihat Puspita tergeletak dengan sela kaki mengalir darah segar.
"PUSPITAAAAA!"
"Ya Allah dia pendarahan kah ini?!" warga bertanya serentak.
"Sama dengan istriku, dia pendarahan juga." Umar mulai lemas melihat keadaan Puspita karena mengingatkan pada Siti.
"Periksa seluruh ruangan ini, jangan jangan memang ada yang masuk dan berbuat jahat!" Antoni langsung bergerak.
"Istrikuuuu, Ya Allah kenapa kau ambil istriku?!" Eko menangis memeluk istri nya.
Darah masih terus mengalir dari tubuh bagian bawah Puspita, jelas dia mengalami keguguran yang sangat parah sehingga pendarahan nya luar biasa banyak. sampai lantai pun tergenang dengan darah segar, Eko sama sekali tidak jijik saat menyentuh nya.
"Jangan tinggalkan aku, Puspita! maafkan aku yang telat datang." Eko meraung keras.
"Astaga, Puspita keguguran juga dan meninggal!" para Ibu Ibu yang mendengar kabar langsung datang.
"Dia pasti di makan oleh kuntilanak yang mencelakai Siti juga!" teriak Kopsah langsung menuduh.
"Kau ini terus saja membawa nama kuntilanak, siapa tau dia terpeleset dan jatuh." Kinan kesal dengan Kopsah.
"Dasar kau saja yang tidak pernah percaya, tadi siang padahal dia sudah bilang mau cari delingu bengle. tapi tidak jadi karena gerimis, besok baru mau rencana mencari nya!" tutur Kopsah lemas sudah melihat Puspita pucat kehabisan darah di lantai.
Kinan diam saja karena dia juga belum yakin seratus persen bahwa yang menyakiti Puspita adalah bangsa mahluk halus seperti yang Kopsah katakan. kalau Siti memang malam itu kata Umi juga ada kuntilanak nya, tapi Purnama sudah bilang kalau itu bukan ulah kuntilanak, jadi Kinan merasa ini memang keguguran biasa.
"Aku tidak mau di tinggal begini, kembalikan nyawa istriku!" Eko tidak bisa diam.
"Yang tenang dulu, Ko! sabar dan jangan meraung begitu, kita akan cari siapa pelaku nya." ujar Antoni.
"Istriku mati sudah, Ton! siapa yang berbuat jahat begini, anak dan istriku mati." isak Eko begitu perih menerima kenyataan ini.
"Nanti bakal kita usut sampai tuntas, kau ada juga kan foto yang Puspita kirim? nanti kita selidiki dari sana!" ujar Antoni.
"Ya ampun kasihan nya Eko, istri lagi mengandung anak pertama malah harus meninggal begini." bisik Nanda ikut iba melihat nya.
"Nyawa tidak ada yang tau, padahal kalau di pikir tadi siang dia masih sangat sehat." sahut Kinan.
"Ku rasa terpeleset dia ini, kan dekat meja itu! siapa tau saat jatuh perut nya kena ujung meja." tebak Nanda.
Kinan mengangguk karena dia berpikir hal yang sama juga, cuma Kopsah yang yakin bahwa ini ulah nya kuntilanak. pasti nya kuntilanak menangis di pojokan karena selalu di fitnah oleh Kopsah sekarang, tidak melakukan apa apa tapi kena juga.
"Gila memang si Kokop itu, masih saja mau memfitnah kita!" kesal Micel.
"Ya kan gara gara kau juga ini, coba saat itu kau tidak datang maka kita tidak akan kena fitnah!" rutuk Wati.
"Dasar Kokop saja yang punya dendam pribadi pada bangsa kita, awas saja nanti dia." geram Micel jadi dendam.
"Kau jangan macam macam ya, aku tidak mau di sidang oleh Purnama lagi." Wati tau apa yang Micel pikirkan.
"Aaahhhh kesal sekali aku!" Micel mencak mencak di dekat pohon kelapa.
Buaaaaak.
"Aaaagkkkk!" Wati menjerit keras karena kepala nya tertimpa buah kelapa akibat pohon di tendangi Micel.
Micel kaget karena ketua nya jatuh ketanah, sebenarnya tidak menempel tanah melainkan melayang sedikit di udara karena mereka memang tidak menjejak tanah sama sekali, jadi pas pingsan pun melayang saja.
"KETUA!"
"Kau memang anak buah durhaka, kau kurang ajar!" Wati masih sempat memerahi Micel walau kepala sangat puyeng.
"Maafkan aku, Ketua!" Micel takut sekali kalau kena amuk.
Memang nasib kuntilanak sedang apes sekali sekarang, selain kena fitnah gara gara Micel yang tertawa kala itu, sekarang ketua malah harus tertimpa buah kelapa sampai mau pingsan karena sangking sakit nya.
Selamat pagi guys ku, jangan lupa like dan comen nya ya. terima kasih dan semoga suka, malam mingguan kemana nih rencana nya guys?
siap thor....lanjoooot