Pergolakan bathin , antara dendam dan kebenaran seorang anak manusia di masa itu.
Dengan segala kelemahan nya yg membuat diri nya terasa begitu di rendahkan oleh orang sekelilingnya.
Bahkan tanpa kemampuan apa pun , ia amat begitu menderita.
Hingga pada waktu nya , diri nya menemukan keberuntungan yg tidak terhingga,.
Apa yg selanjut nya terjadi ,,..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zakaria Faizz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#5 Baru.
Pada ke esokan hari nya , di saat matahari belum terlalu menampak kan wajah nya.
Danurwedha , bocah berusia tiga belas tahun berambut gimbal ini sudah pun meninggalkan rumah nya.
Ia menuju anak kali Opak dan terus menyebrangi menuju masuk ke dalam hutan guna bertemu dengan kakek Tohsara.
Hati bocah itu saat ini sudah sedemikian gembira nya.
Setiba nya di tempat pertama kali ia bertemu dengan kakek Tohsara, bocah ini pun menghentikan langkah kaki nya.
Kepala nya celingukan mencari orang tua tersebut.
Kemana kakek Tohsara, pikir nya dalam hati.
Agak cukup lama juga ia menunggu , hingga saat itu matahari sudah hampir naik sepenggalah di atas cakrawala , tetapi orang tua itu belum menampak kan batang hidung nya.
Saat hati bocah ini sudah mulai gelisah,
Apakah kakek Tohsara telah membohongi ku, ahh,..seperti nya ia bukan lah seorang manusia, melainkan makhluk jejadian penunggu hutan ini sebaik nya ku kembali saja , daripada harus menunggu nya, berkata di dalam hati Ďanurwedha.
Bocah ini berniat untuk pergi dari tempat itu, ia pun bangkit berdiri dan hendak melangkah pergi, tiba-tiba ia mendengar suara,
Berjalan lah menuju arah utara, saat kau menemukan sebuah sendang , berhenti lah di situ,
Suara itu terdengar jelas sekali di telinga Danurwedha.
Kakek Tòhsarà, kata nya dalam hati.
Tidak menunggu lama, bocah ini pun menuruti perintah itu menuju ke arah utara dari dalam hutan ini.
Agak cukup lama, tiba lah ia di sebuah sendang yg tidak terlalu besar, air nya cukup jernih.
Dan di dekat sendang itu terdapat sebuah goa.
Di depan goa tersebut berdiri lah kakek Tohsara sambil memegang tongkat nya.
" Mari lah , masuk ke dalam goa ini " ajak Kakek Tohsara kepada Danurwedha.
Bocah itu pun langsung mengikuti langkah kaki orang tua tersebut , masuk ke dalam goa.
Pintu goa tersebut sebenar nya tidak lah terlalu besar , tetapi begitu masuk ke dalam goa ini ternyata sangat luas dan lapang.
Di beberapa dinding goa terlihat lukisan dari beberapa orang yg sedang memperagakan jurus-jurus ilmu silat.
Setelah cukup dalam masuk ke dalam goa tersebut.
Danurwedha di suguhi pemandangan yg cukup indah.
Ada sebuah kolam yg tidak terlalu luas dan memiliki beberapa ekor ikan yg berenang kesana kemari begitu riang nya, air nya yg sangat jernih sehingga menampakkan apa yg ada di dalam kolam tersebut.
" Duduk lah di situ,.." seru Kakek Tohsara kepada Danurwedha.
" Disini kek ?" tanya bocah itu sambil menunjuk ke sebuah batu pipih bulat yg tidak terlalu besar yg terdapat di dalam kolam tersebut.
" Benar,..." sahut Kakek Tohsara.
Danurwedha pun melakukan apa yg di perintahkan oleh orang tua ini , ia masuk ke dalam kolam tersebut dan langsung duduk bersila di atas batu pipih tersebut.
" Apakah kau bersedia menjadi murid ku ?" tanya Kakek Tohsara kepada Danurwedha.
" Tentu saja aku bersedia kek,.." jawab Danurwedha.
Lalu kakek Tohsara pun memberitahukan beberapa syarat yg harus di lakukan oleh Danurwedha agar ia bisa menjadi murid nya , salah satu nya adalah untuk tidak menceritakan, apalagi memberitahukan tempat tersebut kepada orang lain.
Danurwedha yg setuju , akan tetapi ia masih penasaran dengan alasan sang kakek , untuk tidak mengatakan tempat tersebut kepada orang lain.
" Seperti yg telah di ketahui bersama, bahwa seluruh pengikut dari Kanjeng Gusti pangeran Haryo Jipang itu adalah musuh dari penguasa sekarang ini yg telah ber tahta di Pajang, maka sampai saat ini kakek memang harus menyembunyikan jati diri kakek yg sesungguh nya, agar kelak tidak akan ada masalah dengan mereka yg sudah berkuasa itu, terlebih untuk mu sendiri Ngger,..sebaik nya jangan menyebutkan sebagai salah seorang keturunan orang kepercayaan dari Kanjeng Gusti Pangeran Haryo penansang itu , itu lah pesan kakek kepada mu " terang Kakek Tohsara kepada bocah ini.
" Baik kek,..!" jawab Danurwedha.
Untuk selanjut nya, Kakek Tohsara pun mendekati tubuh Danurwedha yg duduk di atas batu pipih tersebut.
Ia bergerak seperti angin saja , cukup cepat, tiba-tiba telah berada di belakang bocah ini, tanpa menyentuh air kolam tersebut.
" Bersiap lah,.."
Sehabis ia berkata demikian, orang tua itu pun langsung melakukan gerakan dengan kedua telapak tangan nya , ia mulai menyentuh pada bagian tubuh dari bocah itu.
Dari kepala , hingga turun pada leher dan berlanjut pada bagian punggung nya , serta terakhir pada bagian pinggang nya.
Ia melakukan perlahan seperti seorang yg tengah mengurut.
Beberapa kali terlihat wajah Danurwedha meringis seperti sedang menahan sakit.
Bahkan tak jarang ia pun berteriak, karena merasakan sakit yg teramat sangat akibat sentuhan tangan kakek Tohsara.
Tetapi semangat nya yg tinggi, ia bertahan hingga kakek Tohsara selesai melakukan nya.
" Seluruh letak urat nadi dan syaraf mu telah benar semua nya, ini akan sangat membantu mu di saat melakukan latihan-latihan ke depan nya, sehingga kau akan mudah menyerap semua ilmu yg akan kakek berikan kepada mu itu, bagaimana keadaan mu sekarang ?" tanya kakek Tohsara kepada Danurwedha.
" Terasa lebih ringan kek,..!" jawab bocah itu.
" Sekarang kita keluar,.aku akan memulai memberikan latihan kepada mu dasar-dasar ilmu silat " kata Kakek Tohsara.
Ia pun mengajak Danurwedha keluar dari dalam goa tersebut.
Setelah berada di luar , sang kakek berjalan ke sebelah kanan goa ini, tidak terlalu lama tiba lah di tempat yg agak lebih lapang, dengan beberapa pohon yg tidak terlalu besar terdapat di sana.
Kakek Tohsara memerintahkan kepada Danurwedha untuk berdiri di tengah dari tanah yg agak lapang ini.
Bocah itu menurut saja perintah kakek Tohsara ini.
Ia berdiri dengan tegak di tengah -tengah tempat itu.
" Pentangkan kaki mu, dan kepalkan kedua tangan mu, letak kan pada bagian sebelah pinggang mu, hirup udara dalam-dalam dan lepaskan perlahan,.lakukan "
Terdengar perintah kakek Tohsara kepada Danurwedha.
Bocah berambut gimbal ini pun melakukan nya , ia membentangkan kedua kaki nya dan mengepalkan kedua tangan nya yg ia taruh di kedua belah pinggang nya itu.
Untuk selanjut nya kakek Tohsara pun memberikan perintah , agar bocah itu memajukan sebelah kaki nya pada bagian kanandi ikuti pula dengan ayunan tangan nya yg terkepal itu seperti gerakan orang yg sedang meninju.
Beberapa kali arahan dari kakek Tohsara masih salah di lakukan oleh Danurwedha.
Tetapi ia pun segera memperbaiki gerakan.
Demikian lah , sejak hari itu, Danurwedha telah di tempa kakek Tohsara untuk mampu menjadi seorang yg memiliki kemampuan ilmu silat yg tinggi.
Dan sejak hari itu pula , bocah ini secara rutin dan terus menerus belajar ilmu silat pada sang kakek yg di temui nya di dalam hutan itu.
Pertemanan nya dengan Parta menjadi terganggu.
Pada suatu hari , putra Ki Jagabaya ini mempertanyakan hal tersebut kepada Danurwedha..
"Mengapa akhir-akhir ini, kau sangat sulit untuk di temui Dan,..?" tanya Parta pada suatu sore.
Memang pada saat itu Danurwedha baru saja kembali dari tempat nya berlatih.
" Ah,..tidak " jawab bocah ini sambil meletak kan peralatan memancing nya.
Padahal pada saat itu alat pancing nya ini seperti tidak pernah di gunakan sama sekali sebelum nya.
"Apakah kau marah pada ku , Dan,.?" tanya Parta lagi.
Danurwedha menatap tajam ke arah teman nya ini.
" Untuk apa aku marah pada mu Ta,..kau lah satu-satu nya teman ku yg ada di kademangan ini, tidak ada yg lain lagi,aku sangat bangga bisa bersahabat dengan mu,.." jawab Danurwedha.
Akan tetapi jawaban bocah ini belum lah memuaskan hati Parta, ia merasa ada sesuatu yg lain yg tengah di alami oleh sahabat nya ini.
" Aku tidak apa-apa Ta,..hanya memang masih ingin sendiri " ucap Danurwedha.
Ia mengajak masuk ke dalam rumah nya si Parta ini.
Akan tetapi di tolak nya , sebab ia masih ingin membantu orang tua nya di kademangan.
" Aku harus segera kembali Dan,..bapak ku masih di sibuk kan dengan keamanan kademangan kita ini, banyak begal yg tengah berkeliaran, yg menurut sebahagian orang adalah bekas dari sisa-sisa lasykar Jipang yg kalah itu " terang Parta sambil meninggalkan Danurwedha.
Mentari memang sudah sangat me rendah di ufuk barat , sebentar lagi malam akan turun.
Hati Danurwedha agak tergelitik mendengar ucapan teman nya tadi.
Benar kah , orang-orang yg sering melakukan perampokan itu adalah bekas dari sisa-sisa Laskar Jipang, atau ini hanya fitnahan saja, kata nya dalam hati.
Hati nya tidak tenang dengan ucapan teman nya itu.Sehingga malam itu Danurwedha sangat sulit untuk memejamkan mata nya.
Esok, hal ini akan ku tanyakan kepada kakek Tohsara , kata nya dalam hati.
dan pada akhirnya jadi prajurit mataram
nggak sabar juga nunggu kedatangan si alap alap hitam dan ingin tahu bagaimana aksinya