Alexa seorang gadis cantik yang memiliki wajah bulat seperti tomat yang menyukai seorang pria tampan di kantor nya. "Sampai kapan pun aku tidak akan pernah tertarik dengan wanita berwajah bulat. Walaupun dia secantik bidadari sekali pun aku tidak akan tertarik. "ucap Chavin (pria yang disukai Lexa).
Dengan seiring nya waktu tanpa disadari mereka pun berpacaran. Chavin menerima cinta Lexa karena alasan tertentu. Tapi Lexa selalu diperlakukan tidak baik. Chavin suka membandingkan Lexa dengan wanita lain. Dan akhirnya Chavin memutuskan untuk berpisah dengan Lexa. Tak disangka- sangka Lexa mengalami kecelakaan yang membuat wajah nya yang bulat menjadi tirus mungkin disebabkan dia sakit parah.
Apakah setelah wajah Lexa tirus Chavin menerima cinta Lexa kembali dengan tulus???
Apakah Lexa akan tetap mengejar cinta Chavin atau malah sebaliknya!!! Nantikan kisah mereka selanjutnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wida_Ast Jcy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25. MELAWAN TRAUMA
Melawan rasa trauma, Alexa hari-hari setelah kecelakaan itu merupakan perjuangan berat bagi Alexa, baik secara fisik maupun emosional.
Suara keras seperti klakson atau deru mesin mobil sering kali membuat jantungnya berdegup kencang, seolah-olah mengembalikannya ke momen yang mengerikan itu. Moment moment yang hampir merenggut nyawanya.
Malam-malamnya dipenuhi mimpi buruk, bayangan truk besar yang mendekat, suara rem mendadak, jeritan manusia, selalu menghantui hingga tubuhnya terlempar tanpa daya.
Trauma itu begitu dalam hingga ia sering terbangun dalam tidurnya dengan napas yang tersengal sengal. Dengan keringat yang membasahi seluruh tubuh.
Perasaan takut yang belum sepenuhnya hilang, membuat dirinya susah untuk berfikir jernih, tapi ia tetap berusaha bangkit apapun itu hambatannya.
Suatu pagi disaat Alexa mencoba berjalan di lorong rumah sakit dengan alat bantu, yang setia menemani nya.
Tiba tiba Dokter Exel mendekatinya. Dengan senyuman hangat dibibir nya "Alexa" ucap nya lembut sambil menepuk pundak Alexa.
"Saya tau ini sulit untuk mu Alexa. Tapi saya yakin kamu bisa menghadapi semuanya ini. Mungkin kenangan buruk itu tak kan pernah hilang sepenuhnya. Tapi ingat lah kamu pasti ada cara untuk mengatasi nya. Kamu harus semangat Alexa." ucap Dr. Exel.
Satu kalimat itu akan selamanya ada dalam benak Alexa. Ia berpesan dalam dirinya bahwa untuk melawan trauma tidak bisa dilakukan sendirian. Langkah pertama ialah menerima trauma itu sebagai pengalaman. Bukan sebagai ketakutan. Bisiknya.
Dokter Exel adalah psikolog yang selalu mendampingi Alexa sejak awal dan sangat berperan dalam membantunya mengatasi trauma tersebut.
Dr. Exel berbicara dengan lembut tetapi tegas.
“Alexa, trauma itu adalah cara tubuhmu untuk melindungimu. Itu adalah alarm yang memberi tahu bahwa kamu pernah berada dalam situasi berbahaya.
Tapi sekarang, kamu aman. Yang perlu kita lakukan adalah meyakinkan tubuhmu bahwa bahaya itu sudah berlalu. Ingat bahaya itu hanya mimpi buruk yang harus kamu buang. "ucap dokter Exel.
Alexa mendengarkan apa yang dikatakan Dr Exel. Dia hayati dengan seksama perkataan dokter Exel dan ia telaah satu kata demi satu kata itu.
Dokter Exel memperkenalkan teknik cara pernapasan diri jika Alexa mengalami perasaan cemas
“Tarik napas perlahan, tahan, lalu hembuskan. Fokus pada suara napasmu sendiri. Itu akan membantumu kembali ke saat ini,” katanya.
Alexa mulai mencoba teknik itu setiap kali ia merasa takut. Awalnya sulit, tetapi seiring waktu, ia merasa lebih terkendali. Menghadapi ketakutan secara Langsung.
Setelah beberapa minggu terapi, Dr. Exel mengajak Alexa mencoba exposure therapy pendekatan yang bertujuan untuk menghadapi pemicu trauma secara perlahan.
Langkah pertama adalah mendengarkan rekaman suara klakson truk di ruangan yang aman. Awalnya, Alexa merasa tidak sanggup. Tangannya gemetar, dan keringat dingin membasahi dahinya. Ia berteriak meminta tolong seperti orang linglung.
Dan dokter Exel yang melihat nya berusaha membuat nya tenang. “Kamu tidak sendiri, Alexa. Aku ada di sini bersamamu, kamu tidak perlu takut. Buang perasaan takut mu itu Lexa. buang jauh jauh. "kata Dr. Exel.
“Alexa, aku tahu ini tidak mudah. Tapi kamu harus yakin kamu bisa melewatinya. Mungkin traumamu tidak akan benar-benar hilang, tapi kamu bisa belajar untuk mengatasinya. Tanam kan pada dirimu Alexa kamu harus bangkit."katanya lagi.
Kata-kata itu terus terukir di benak Alexa. Ia mulai memahami bahwa untuk melawan trauma, ia tidak bisa melakukannya sendirian.
Langkah pertama adalah menerima trauma itu. Dengan keluarga yang selalu memberikan semangat kepada nya dan sahabat yang selalu ada untuk nya.
MELAWAN TRAUMA
Hari-hari setelah pascaoperasi pertama adalah perjuangan berat bagi Alexa. Serta rasa trauma yang dialami nya.
Ketakutan terus membayangi setiap langkahnya. Setiap malam, ia selalu bermimpi hal hal yang sama yang membuat dia jadi tak tenang dan takut.
Di tengah semua rasa ketakutan itu, Alexa tahu hal itu tidak cukup untuk dirinya. Dia tidak bisa seperti ini, terus menerus.
Ia harus bangkit karena dukungan keluarga, sahabat setianya Ninda dan dokter yang membimbingnya untuk langkah demi langkah demi kembalinya kesembuhan.
Dr. Exel seorang psikolog yang selalu mendampingi Alexa itu. Ia menjadi figur dalam pemulihan kesembuhan Alexa.
Dalam tenang dan sabar, dia membuat Alexa merasa aman untuk mengekspresikan ketakutan-ketakutan yang ia alami.
“Trauma adalah cara tubuhmu melindungimu, Alexa,” ucap Dr. Exel suatu hari.
“Namun, sekarang kita perlu mengingatkan tubuhmu bahwa bahaya itu sudah berlalu. Jadi kamu tidak perlu takut lagi. kerena kamu sudah aman.” ucap dokter Exel.
Awalnya, Alexa merasa sulit untuk menerima semua itu. Tetapi, dalam perasaan takut yang menyerang itu. ia mencoba untuk menepiskannya. Dan sedikit demi sedikit perasaan dan hatinya bisa menenangkan pikiran nya yang tak keruan itu.
Setiap kali rasa takut menyerang. Selain terapi, Alexa mendapatkan kekuatan dari orang-orang terdekatnya. Ibunya selalu setia mendampingi di setiap sesi terapi, memberikan pelukan hangat setiap kali Alexa merasa lelah.
Ayahnya, meski tak banyak bicara, memberikan kehadiran yang penuh ketenangan, menjadi tempat bersandar yang tak tergantikan.
Sahabatnya, Ninda, juga tak pernah meninggalkan sisi Alexa. Ia sering mengajaknya berbincang, memberi dukungan yang terus menerus ia lakukan, bahkan menceritakan hal-hal lucu, atau menemani ia untuk berjalan-jalan di taman.
Ninda berkata dengan tulus “Alexa, kamu orang kuat yang paling aku kenal."ucap Ninda.
"Ikutilah tiap langkah kecil mu jangan pernah kamu melupakannya. kamu tidak pernah menyerah kamu pasti kuat melangkah untuk Kesembuhan mu. " ucap Ninda lagi dengan semangat.
Alexa sedikit mulai melihat harapan. Setiap langkah kecil yang diamati Alexa, seperti mengambil langkah dalam lorong ruangan sakit tanpa menggunakan bantuan alat lagi.
Dan mendengarkan klakson tanpa kepanikan lagi, menjadikan suatu hal yang sangat luar biasa yang membuatnya merasa jauh lebih baik.
Ia mulai memahami bahwa kesembuhan bukanlah menghilangkan insiden trauma, ia hanya perlu belajar melakukan nya dengan ada nya motivasi motivasi.
Dengan terapi seta dukungan keluarga, ia tumbuh perlahan lahan menjadi baik, dengan fikiran yang kuat ia pasti bisa sembuh dengan cepat.
“Alexa”. bisik ku, perjalanan mu belum selesai” Mau sampai kapan kamu menjadi lemah. Ingat lah kamu wanita kuat. Bukan itu impian mu dari dulu untuk menjadi wanita kuat. Bisik ku.
Yah aku harus bangkit aku harus bisa. aku harus sembuh. Aku harus percaya diri. Aku adalah wanita kuat. Walaupun penampilan ku bukan lexa yang dulu. tapi aku tetap lexa yang sama. Trauma ini tidak bisa membuat ku lebih terpuruk lagi.
Namun, Alexa tahu satu hal yaitu dia tidak sendiri lagi dalam perjuangannya. Rasa trauma akan meninggalkan jejak tetapi tidak akan membiarkan mengalah.
Alexa memilih untuk membuang semuanya itu mengambil langkah, dan meyakinkan bahwa dia lebih kuat daripada kekhawatiran nya.
BERSAMBUNG..